Anak mengalami kesulitan belajar atau learning disability? Jangan buru-buru dianggap malas dan kurang pintar. Kenali dulu gejala dan jenisnya berikut ini.
Semua anak memiliki proses tumbuh kembang dan cara belajarnya masing-masing. Sebagai orang tua, mendukung dan menemani setiap prosesnya lebih penting bagi anak dibandingkan memaksanya untuk bisa cepat bisa dalam sesuatu.
Saat proses belajar, ada anak yang mampu menyelesaikan dan menguasai dengan cepat. Namun, ada juga anak yang belum mampu menguasai hal yang dipelajari secepat anak lainnya. Jangan langsung berkecil hati dan memarahi anak, coba cari tahu terlebih dulu. Bisa jadi anak mengalami kesulitan belajar atau learning disability.
Mengutip dari Kemendikbud, dari Federal Register mendefinisikan kesulitan belajar khusus atau special learning disability merupakan suatu gangguan pada satu atau lebih proses psikologi dasar yang meliputi pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan atau tulisan yang dapat diwujudkan dengan kemampuan yang tidak sempurna dalam mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau melakukan perhitungan matematis.
Agstried Elisabeth, M.Psi., Psikolog, seorang Psikolog Sekolah dari Rumah Dandelion juga menjelaskan learning disability adalah istilah yang digunakan sebagai payung besar dalam menyebut masalah belajar yang disebabkan oleh genetik dan/atau faktor-faktor neurobiologis, yang akhirnya mempengaruhi fungsi otak dan berdampak pada isu kognitif dalam proses belajar.
BACA JUGA: 7 Persiapan Anak Sebelum Masuk SD, Orang Tua Penting Ajarkan Semua!
Kesulitan belajar pada anak bisa dilihat dari gejala-gejala yang muncul. Orang tua harus bisa melihat dan merasakan dengan jelas gejala yang terjadi agar kemudian bisa mendiskusikannya dengan psikolog anak atau psikolog pendidikan.
Berdasarkan penjelasan dari Psikolog Agstried, ada beberapa gejala kesulitan belajar pada anak yang dapat terlihat terutama ketika anak memiliki isu belajar dalam membaca, menulis, berhitung, atau juga dalam merencanakan, mengorganisasi, mengingat, atau memusatkan perhatian. Jika dibiarkan, kesulitan belajar bisa mempengaruhi kehidupan seseorang tidak hanya dalam kehidupan akademis, tapi juga kehidupan di luar akademis.
Melansir dari DetikEdu, ternyata gangguan ini dialami oleh 5 hingga 10% anak di dunia. Namun di Indonesia sendiri kesadaran mengenai kesulitan belajar ini masih sangat minim, di mana kondisi tersebut malah disalahartikan pada anak. Sehingga anak dicap malas atau kurang pintar. Padahal, anak dengan IQ tinggi masih dapat mengalami gangguan ini, sehingga tidak berpengaruh pada tingkat kecerdasan atau potensi yang anak miliki.
Kesulitan belajar pada anak memiliki banyak sekali jenis. Beberapa di antaranya seperti ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), diskalkulia (gangguan berhitung), disgrafia (gangguan menulis), disleksia (gangguan membaca), dispraksia (gangguan motorik), masalah executive function, non verbal learning disabilities, oral language disorder, written language disorder, dan specific reading comprehension deficit.
Untuk mengatasi anak yang mengidap kesulitan belajar, orang tua dan guru harus dapat mengenali dan mengidentifikasi terlebih dulu gejala dan jenis kesulitan belajar apa yang dialami anak. Hal ini bertujuan agar anak dapat menerima penanganan yang tepat sesuai dengan jenis kesulitan yang dialaminya.
Psikolog Agstried juga turut menjelaskan, kesulitan belajar biasanya terlihat sebagai jeda antara potensi anak dengan pencapaian intelektualnya. Sehingga, dibutuhkan waktu untuk menegakkan diagnosis tentang kesulitan belajar anak. Penegakkan diagnosis biasanya dilakukan oleh psikolog anak dan biasanya terdeteksi di usia sekolah.
“Kesulitan belajar tidak bisa disembuhkan dan memang menjadi tantang seumur hidup. Akan tetapi, dengan intervensi dan support yang tepat, anak dengan kesulitan belajar dapat perform dengan baik dalam hidup mereka,” jelas Psikolog Agstried.
BACA JUGA: 10 Tanda Anak Siap Masuk SD, Bukan dari Kemampuan Baca dan Berhitungnya!
Cover: Photo by Andrea Piacquadio on Pexels