Memang, sih, mungkin kulit wajah nggak sekencang mereka karyawan wanita di belantara SCBD yang usianya 20-an. Bisa jadi ibu bekerja usia 40 nggak seenerjik cewek-cewek fresh graduate yang kayaknya rela dikasih kerjaan di luar job desc.
Mereka mungkin nggak masalah diminta lembur, maklum masih single. Dibandingkan dengan kita, ibu bekerja di usia 40, harus berbagi waktu antara pekerjaan dan keluarga di rumah. Tapi, justru beberapa alasan berikut ini akan tetap bikin mommies percaya diri, meski ‘saingan’nya banyak yang lebih kinyis-kinyis.
Teruntuk mommies yang punya skill set spesifik dan mumpuni, udah pasti akan sangat tetap dibutuhkan. Apalagi kalau bidang pekerjaannya cukup langka SDMnya.
Di usia 40, sebagai seorang ibu bekerja, mommies pasti punya knowledge, skills, serta pengalaman yang nggak mungkinlah dimiliki mereka yang masih muda. Istilah kata, nih, we’ve been through many, jadi kita jelas lebih tangguh, matang dan dewasa dalam menghadapi tekanan pekerjaan.
Dijamin nggak akan mendengar suara-suara sumbang yang ngomong, “Jangan cuma bisa ngabis-ngabisin duit suami, bun!” Lah, kan, kita ikutan andil bayar kebutuhan hidup. Hahaha…
Bukan kita aja yang bangga kalau melihat anak dan suami mendapatkan pencapaian yang membanggakan. Mereka juga akan merasakan hal yang sama kalau kita terlihat tangguh, matang, dan bekerja dengan baik.
Terutama untuk tanggung jawab terhadap pekerjaan, bolehlah diadu dengan mereka yang masih muda dan mungkin masih banyak yang labil :)
Jarang bangetlah akan ketemu drama kalau kerja bareng sama working mom di usia 40-an, karena biasanya secara usia sudah matang. Jadi perilakunya nggak banyak menciptakan drama. Ya, nggak?
Baca juga: 5 Tren Fashion 2023 Yang Cocok Untuk Ibu Bekerja
Masih berhubungan dengan kematangan usia dan banyaknya pengalaman menjadikan working mothers di usia 40 biasanya stabil secara emosi. Sehingga ketika menghadapi tekanan pekerjaan nggak panikan, tenang, tapi solutif. Bukan yang dikit-dikit ngeluh mental health damage, terus resign. Ups…
Beruntunglah wahai working mothers yang punya pasangan suportif. Ini bisa jadi alasan mommies untuk percaya diri menjalankan 2 peran sekaligus, sebagai ibu bekerja sekaligus ibunya anak-anak.