Ternyata memberikan pendidikan seks untuk remaja bisa membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial dan emosional. Baca terus untuk info lengkap.
Memang ngeri-ngeri sedap, sih, membahas tentang seks sama anak abege. Tapi nyatanya pendidikan seks untuk anak remaja penting banget dilakukan mommies, supaya mereka nggak salah jalan.
Sejatinya memang pendidikan seks haruslah dilakukan sedini mungkin, bahkan saat mereka masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Seiring waktu tentu materi dan diskusi makin dalam dan njelimet, hahaha…
Pendidikan seks untuk para abege sudah pasti merupakan tanggung jawab setiap orang tua, dan juga guru. Orang-orang dewasa yang dianggap sudah lebih banyak makan asam garam ini bisa memberikan informasi yang tepat kepada remaja supaya apa yang mereka dapat dari sumber lain seperti internet, teman, dan film porno misalnya, tidak lantas berujung salah kaprah.
Pendidikan seks yang komprehensif sebenarnya bertujuan untuk membantu remaja memperoleh pandangan positif tentang seksualitas.
Tujuan akhirnya adalah mengajarkan mereka semua keterampilan dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan yang sehat tentang kehidupan seks mereka.
Sehingga pada akhirnya mereka sendiri bisa mengurangi risiko hasil negatif dari perilaku seksual seperti kehamilan yang tidak diinginkan/tidak direncanakan hingga yang paling parah penyakit menular seksual.
Setiap aktivitas yang positif pasti memberikan banyak manfaat, ya, mommies. Termasuk dalam hal ini pendidikan seks untuk para abege.
Penelitian sendiri menunjukkan bahwa pendidikan seks yang responsif dan inklusif secara budaya membantu remaja mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang mereka butuhkan untuk menjadi orang dewasa yang peduli dan berempati.
Pendidikan seks yang dilakukan sejak dini menghasilkan remaja yang bisa mengapresiasi keragaman seksual, sekaligus anti kekerasan seksual.
Mereka juga bisa belajar untuk mengembangkan hubungan yang sehat, mencegah pelecehan seksual anak, serta meningkatkan pembelajaran sosial/emosional.
Selain itu, bimbingan yang tepat akan membuat remaja (terutama remaja perempuan) lebih siap untuk memahami akibat dari kehamilan dini.
Suka tidak suka, kehamilan di usia dini tentu sangat memengaruhi emosional, mental dan fisik. Remaja sampai kapanpun nggak akan siap secara mental untuk menangani kehamilan, persalinan, dan menjadi orang tua.
Seperti yang sudah saya sampaikan di awal, bahwa makin tambah usianya, makin dalam dan njelimetlah diskusi soal seks. Untuk itu, sebagai panduan, waktu yang terbaik untuk diskusi lebih lanjut adalah ketika anak remaja menunjukkan tanda-tanda perilaku seksual yang aktif.
Buang rasa canggung, cari waktu yang tepat, saat orangtua dan anak lagi dalam kondisi santai. Saling terbuka justru membuat anak percaya sama kita, dan bantu mereka untuk membuat keputusan yang bijaksana.
Masih canggung juga? Mintalah pertolongan pada yang lebih ahli, misalnya kepada psikolog keluarga. Minta tips apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan agar pendidikan seks untuk anak remaja bisa berjalan dengan lancar.