Selain 3 magic words, ada etika dasar yang harus dipelajari anak remaja agar hidup di masa depan lebih mudah, lebih menyenangkan, dan lebih berarti.
Mommies suka pada gemes nggak, ketika si anak remaja suka lupa mengatakan 3 magic words, yaitu ‘maaf’, ‘tolong’, dan ‘terima kasih’. Padahal etika dasar tersebut sudah diajarkan sejak balita, dan diingatkan terus sampai remaja.
Semua orangtua tentu berharap memiliki anak yang bermoral baik. Moral yang baik diharapkan membantu anak menghadapi tantangan hidup, dan menjauhkannya dari masalah.
Berikut ini adalah 10 etika dasar di luar 3 magic words, yang bisa mommies ajarkan pada remaja. Mumpung masih tinggal sama kita, nih. Harapannya etika dasar berikut ini bisa membantu anak menjadi manusia bertanggung jawab, terutama di masa depan.
Nggak pernah ada sejarahnya kita dianggap ketinggalan zaman jika selalu bersikap sopan. Menggunakan kata “maaf”, “terima kasih”, dan “tolong” pasti akan selalu dihargai oleh semua orang.
Ucapkan terima kasih ketika menerima bantuan paling sederhana sekalipun. Katakan maaf meski orang yang kita senggol nggak sadar. Sampaikan tolong ketika minta dibantu oleh orang yang lebih muda sekalipun.
Baca juga: Rekomendasi 6 Skincare Untuk Mengatasi Jerawat Remaja
Salah satu sikap yang tampaknya sepele namun penting adalah bersikap tulus. Apakah itu saat menyapa atau berbicara. Ajarkan pada anak, tentang pentingnya menjaga kontak mata dan sesederhana menganggukkan kepala saat menyapa seseorang.
Menjaga kebersihan diri (termasuk lingkungan) juga bisa dikategorikan sebagai etika dasar. Contohnya saja bersin atau batuk dengan menutup mulut atau tidak meludah di tempat umum, itu saja sudah merupakan sikap dasar yang baik, lho.
Ajarkan anak untuk bisa membuat orang di sekitar nyaman dengan selalu menjaga kebersihan diri.
Sebenarnya mungkin bukan egois, tapi di usia peralihan ini, buat remaja, dirinyalah yang utama. Sehingga seringkali perasaan orang lain jadi prioritas kesekian.
Untuk itu, ajari mereka pentingnya menjaga juga perasaan orang lain. Bukan cuma perasaan dirinya yang diutamakan. Ajak anak untuk memposisikan dirinya di ‘sepatu’ orang lain.
Ini bukan hanya tentang mengajari anak remaja untuk bersyukur atas hal-hal yang mereka dapatkan. Tapi juga mengajak mereka untuk bersyukur atas hal-hal yang sudah anak miliki hingga saat ini.
Banyak cara untuk mengekspresikan rasa syukur. Setiap keluarga punya caranya masing-masing. Ajarkan anak bersyukur sesuai dengan nilai keluarga yang mommies anut.
Mau usia lebih tua, atau lebih muda, menghormati orang lain itu penting.
Dan karena rasa hormat berjalan dua arah, kasih paham anak remaja bahwa dengan menghormati orang lain, justru akan membantu mereka mendapatkan rasa hormat untuk diri mereka sendiri.
Meskipun aturan berpakaian lebih loose belakangan ini, bukan berarti sembarangan juga. Maksudnya di sini adalah meminta anak untuk lihat-lihat occasion. Jika memang aturannya pakai seragam, ya, gunakan seragam.
Kalau diundang ke sebuah acara, dan pihak pengundang sudah menyatakan style tertentu untuk busana, hormati pesan tersebut.
Ajari anak bahwa cara berpakaian bisa menciptakan kesan yang baik. Nggak harus mahal, kan? Yang penting pantas untuk occasion tersebut.
Begitu kenal sama yang namanya media sosial, sebagian besar anak remaja jadi lebih sering menghabiskan waktunya di sana.
Yang perlu diingatkan adalah, jejak digital itu kejam. Butuh bertahun-tahun atau bahkan tidak bisa sama sekali untuk menghapus jejak online tersebut.
Itulah sebabnya, mommies harus bisa mengingatkan anak, untuk memposting segala sesuatu secara sadar. Pikirkan baik buruknya. Terutama ketika sedang emosi.
Mungkin bagi anak, terkesan parno, tapi percayalah suatu hari nanti anak mommies akan berterima kasih.