Mungkin semakin banyak orang tua yang aware untuk tidak melakukan kekerasan fisik pada anak. Tapi, bagaimana dengan bentuk kekerasan verbal, mental dan lainnya?
Untuk menjadi orang tua yang mindful butuh proses yang panjang. Rulesnya banyak, sayang anak aja nggak cukup. Butuh kematangan emosi, dan ini nggak selalu mudah dilakukan dalam perjalanan parenting. Belum lagi jika punya trauma masa lalu ditambah berbagai masalah di masai kini. Terkadang, sudah dicegah pun, kekerasan pada anak bisa saja dilakukan orang tua tanpa disadari.
Walau nggak meninggalkan luka fisik yang jelas terlihat, namun bentuk lain kekerasan pada anak berikut bisa meninggalkan luka batin yang membekas.
Kekerasan verbal
Bentuk kekerasan ini paling sering terjadi. Kekerasan verbal rentan terjadi ketika anak berbuat salah, orang tua marah terhadap anak, orang tua punya ekspektasi terhadap anak, anak lalai, dan seterusnya. Bentuk kekerasan verbal antara lain melabeli anak, mengutuki, menghina, berkata kasar, menyindir dan seterusnya. Beberapa contoh:
“Memang kamu tukang bohong, sih.”
“Belajar yang rajin, jangan jadi pemalas, ya!”
“Dasar anak durhaka!” dan seterusnya
Sindiran dan pelabelan bisa mempengaruhi self-esteem anak, lho. Ini bisa membuat anak merasa nggak dihargai, nggak percaya diri dan merasa dirinya buruk.
Kekerasan mental
Pernah bilang ke anak: “Kamu cuma anak kecil, tahu apa?” atau “Kalau kamu nggak dapat nilai 100, maka kita nggak akan pergi berlibur!”, atau “Lihat, tuh, si anu, selalu nurut sama orang tuanya, nggak kayak kamu, bangkang terus!”. Ada juga orang tua yang nggak sadar membandingkan anak dengan dirinya sendiri: “Papa dulu selalu rajin belajar makanya nilainya selalu bagus, nggak main game terus kayak kamu sekarang.”
Mengecilkan anak, mengancam, membandingkan dan mempermalukan anak bisa membuat mereka merasa kerdil dan nggak berdaya. Padahal kita ingin anak berdaya guna, tapi kita sendiri yang menjatuhkan mereka.
Pengabaian
Pelan tetapi pasti, pengabaian atau neglection akan membawa dampak buruk pada diri anak. Ini adalah salah satu bentuk kekerasan pada anak yang dilakukan orang tua secara pasif, baik disadari atau tidak. Orang tua tidak peduli akan kebutuhan atau keberadaan anak, baik fisik, sosial maupun mental. Entah karena terlalu sibuk, atau merasa merawat anak itu menyusahkan, dan alasan lain yang membuat bonding dengan anak tidak terjalin. Akibatnya, anak merasa tidak disayang dan diperhatikan, tidak mendapat rasa aman dan nyaman yang dibutuhkan. Mentalnya menjadi rapuh. Parahnya lagi, jika disertai pengabaian fisik, kesehatan anak bisa terganggu.
Penolakan
Contoh dari bentuk kekerasan pada anak ini, misalnya menolak menyusui, menggendong, merawat anak saat bayi. Menolak menjawab saat anak bertanya, menyuruh anak pergi saat didekati atau dibutuhkan, hingga mengusirnya dari rumah saat sudah remaja dianggap berulah atau membangkang.
“Sana, sana, papa sibuk!”
“Main sendiri saja, kan bisa?”
“Silakan pergi dari rumah ini kalau kamu nggak bisa diatur!”
“Mama menyesal melahirkan kamu, ternyata begini ulahmu!”
Baca juga: Jangan Lakukan 7 Hal Ini Saat Anak Berbuat Salah
Pilih kasih
Mungkin nggak berkata kasar, atau membentak-bentak anak, tetapi perbedaan antara kakak dan adik terlihat tajam. Si kakak berprestasi, si adik kurang menonjol, “Kalau adik mau dibelikan mainan baru seperti kakak, belajar yang rajin dan nilainya bagus seperti kakak, ya.” Si adik penurut, si kakak doyan talk back lalu orang tua lebih keras pada si kakak, sementara si adik dibanjiri pujian terus. Orang tua bahwa setiap anak itu unik, sehingga memaksakan standar yang sama kepada anak.
Memberi contoh atau pengaruh buruk
Misalnya mencontohkan perilaku malas bekerja, membiarkan rumah berantakan dan nggak menjaga kebersihan di rumah. Belum lagi hobi bergosip, merendahkan orang lain, berkata kasar di telepon, dan sebagainya. Pada kasus yang berat, orang tua bahkan ada yang meminta anaknya untuk berbohong, mencuri atau berbuat kekerasan. Tindakan orang tua dan pengaruh lingkungan sosial yang buruk yang terlihat oleh anak setiap hari dapat ditiru anak dan dimaknai sebagai hal yang wajar dilakukan.
Eksploitasi anak
Biasanya ini dilakukan orang tua tanpa disadari saat keadaan begitu menghimpit, terutama soal finansial. Perceraian orang tua, bangkrut, keadaan terpuruk, dan seterusnya sehingga meminta anak berhenti sekolah dan memintanya bekerja saat masih di bawah umur. Kekerasan ini juga bisa berupa pemaksaan kepada anak untuk melakukan pekerjaan rumah tangga yang belum mampu anak kerjakan, atau menuntutnya dewasa sebelum waktunya. Tapi jangan salah, keluarga mapan pun sangat mungkin melakukan kekerasan berupa eksploitasi pada anak ini. Misalnya, merasa anak memiliki potensi untuk menjadi selebriti, lalu orang tua memberdayakan anak untuk menghasilkan uang dengan menjadi artis.
Jika kekerasan pada anak di atas pernah kita lakukan, mari stop segera, sebelum kita menyesal di kemudian hari.
Baca juga: 7 Kesalahan Pengasuhan yang Harus Dihindari Orang Tua Pintar
Follow us on Instagram