Menjelaskan tentang keputusan untuk cerai ke anak remaja tentu sulit, apalagi kalau alasannya orangtua adalah pelaku KDRT atau perselingkuhan. Lalu, bagaimana menyampaikannya?
Orangtua cerai merupakan mimpi buruk bagi semua anak. Namun, bila alasan perceraian adalah karena adanya KDRT maupun perselingkuhan, buat kita, bercerai merupakan jalan terbaik. Tapi, bagaimana menjelaskannya kepada anak kita yang usianya sudah remaja? Menurut riset, usia remaja termasuk dalam kelompok paling rentan terpengaruh oleh perceraian orangtua, terutama dalam hal kesehatan mental. Sebagai orangtua pun, tentu kita tidak ingin hubungan kita dengan anak menjadi rusak.
Yang paling penting dan paling utama harus anak pahami adalah bahwa mereka bukanlah alasan kedua orangtuanya memutuskan untuk cerai. Alasan perceraian mungkin akan sulit diutarakan, tetapi pernyataan ini bisa Anda ungkapkan jauh sebelum memutuskan untuk bercerai. Misalnya, ketika anak tidak sengaja mendapati Anda dan pasangan sedang bertengkar hebat. Meski tidak bisa dipastikan akan mengurangi kesedihan maupun trauma pada anak, setidaknya ia paham bahwa dia bukan penyebab orangtuanya bercerai.
Dilansir Healthyplace.com, anak memiliki hak untuk mengetahui keadaan di antara orangtua mereka, mereka berhak untuk tidak ditipu atau diberikan anggapan bahwa “semuanya baik-baik saja.” Kedua orangtua memiliki kewajiban moral untuk mengatakan kebenaran pada anak bahwa hubungan mereka sebagai suami istri akan berakhir untuk selamanya.
Hal yang sangat sulit untuk diutarakan tentu alasan perceraian, apalagi bila menyangkut KDRT dan perselingkuhan. Anda pun perlu ingat bahwa bagaimanapun juga, Anda dan pasangan adalah orangtua anak. Maka, pastikan ketika menyampaikan hal ini, Anda sudah dalam keadaan siap sehingga Anda tidak perlu menyalahkan pasangan. Namun dalam kasus KDRT, orangtua yang menjadi korban harus memberi tahu anak bahwa perilaku kasar adalah salah dan patut dihindari.
Reaksi yang timbul dari pertama kali anak mendengar bahwa kedua orangtuanya akan bercerai tentu bisa bermacam-macam. Pastikan kita juga siap dengan apapun reaksi mereka karena anak bisa saja memperlihatkan berbagai macam emosi, dari sedih, marah, hingga berontak. Semua perasaan itu adalah wajar dan normal, tetapi kita pun bisa menjelaskan pada anak bahwa penting untuk mengungkapkannya denga cara yang sehat.
Hal yang sangat berat untuk diterima dapat menjadi alasan seorang remaja mengalami gejolak emosi bahkan perilaku yang menyimpang. Namun, Anda bisa menegaskan satu hal pada anak, bahwa apapun yang terjadi, tidak akan ada yang bisa mengurangi betapa besarnya cinta Anda pada anak. Apapun yang terjadi, keamanan anak adalah yang utama buat Anda. Dengan memahami hal ini, maka anak akan tetap bisa mempercayai kita. Sehingga, dirinya pun akan berpikir saat ada keinginan untuk lari dari permasalahan bahkan kabur dari rumah.
Pembicaraan ini tentu tidak bisa hanya dilakukan secara sepihak, di mana hanya Anda yang diberi ruang untuk menjelaskan semuanya. Akan tetapi, Anda patut memberikan ruang dan waktu yang sama pada anak. Ia boleh gantian menyampaikan pendapatnya dan apapun yang ia ingin sampaikan pada Anda, dan tugas Anda adalah mendengarkan.
Perceraian yang disebabkan oleh KDRT tidak bisa secara gamblang diterima oleh anak. Mungkin saja, jauh sebelum Anda menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, anak bahkan sudah lebih dahulu melihatnya langsung. Anda perlu mempertimbangkan intervensi dari pihak berwajib, termasuk psikolog. Karena meski kita mengenal betul karakter anak, kita tidak akan pernah tahu seberapa jauh hal ini bisa memengaruhi kehidupan anak di masa depan. Yang bisa kita pastikan adalah memberikan anak pertolongan yang ia butuhkan agar trauma yang ia alami tidak berkelanjutan.