Selain program pencegahan terhadap bullying, setiap sekolah juga wajib memiliki cara dalam mengatasi bullying jika terjadi di sekolah.
Kasus perundungan atau bullying hingga saat ini masih menjadi salah satu fokus dan perhatian penting di dalam dunia pendidikan. Menurut data KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) hingga Juli 2022, ada 226 kasus kekerasan fisik, psikis, termasuk perundungan yang terjadi.
Sebagai orang tua, penting sekali untuk membekali anak dalam memahami apa saja dan bagaimana bentuk serta jenis bullying. Hal ini agar anak mampu menyadari dan memproteksi diri jika bullying terjadi di sekitarnya.
Dari sisi sekolah, biasanya sekolah sudah memiliki program anti bullying, seperti melakukan sosialisasi hingga menyediakan pos pengaduan apabila terjadi hal yang tidak diinginkan. Beberapa sekolah di daerah Jakarta ini memiliki cara unik dalam mengatasi bullying dan juga cara mencegahnya terjadi di sekolah. Yuk intip satu per satu.
Dalam kesehariannya, Sekolah Cikal dikenal sebagai sekolah yang ramah anak. Dalam penerapan kedisiplinan terhadap peserta didik, Cikal menggunakan filosofi disiplin positif, dimana berbagai tindakan yang tidak sesuai dengan ekspektasi dan norma yang berlaku perlu disadari terlebih dulu oleh masing-masing individu.
Untuk menghadapi kasus bullying di sekolah, Kepala Sekolah SMP-SMA Cikal Amri Setu Jakarta Timur, Izza Dinillah, M.Ed, menjelaskan biasanya ada 2 pihak yang terlibat, yaitu korban dan pelaku. Intervensi yang diberikan kepada kedua pihak tersebut tentu berbeda.
Bagi korban, berikut hal yang harus dilakukan:
Sementara bagi pelaku, ada beberapa hal yang sama, namun dengan sedikit perbedaan seperti berikut ini:
BACA JUGA: Saat Anak Mulai Senang Bolos Sekolah, Apa yang Harus Orang Tua Lakukan?
Selain untuk pelaku dan korban, tentu saja akan ada intervensi yang diberikan secara menyeluruh kepada seluruh komunitas. Dari Dinas Pendidikan sendiri, ada kewajiban bagi sekolah untuk memiliki sesi-sesi untuk pencegahan bullying.
Di Cikal, sesi-sesi pencegahan bullying dilakukan sepanjang tahun dan dilaksanakan secara khusus oleh wali kelas dengan konselor. Program pencegahan bullying ini dilakukan dengan Homeroom, Personal & Social Education, dan budaya sekolah yang dibentuk oleh seluruh komunitas sekolah.
Uniknya, Cikal memiliki kegiatan dan budaya melalui sistem House. Seperti di cerita Harry Potter, Cikal memiliki 4 House yang terdiri dari Centicore, Dragon, Phoenix, dan Unicorn.. Setiap individu yang tergabung dalam komunitas Cikal (termasuk orang tua, staf, murid, dan guru) akan menjadi anggota salah satu house.
Berbagai kegiatan di Cikal akan dijalani berdasarkan house tersebut, misalnya pada kegiatan pesta rakyat, serta sesi-sesi pembekalan kepada orang tua berbentuk Parents Mandatory Workshop yang membahas mengenai perkembangan sosial dan emosional anak dan remaja.
Dalam menghadapi kasus bullying, Global Islamic School (GIS) juga memiliki caranya sendiri. GIS berpendapat, bullying yang terjadi saat ini tidak hanya ada pada fisik saja, tapi juga sampai mengganggu mental atau psikis seseorang. Perkembangan teknologi, sosial, dan budaya, hingga minimnya literasi di lingkungan masyarakat juga dapat memberi dampak pada pola perilaku siswa.
Eni Kusumawati, Tenaga Kependidikan Global Islamic School, menjelaskan beberapa tahapan yang dilakukan untuk menghadapi dan mencegah perundungan di sekolah, serta menjadi program sekolah.
Edelweiss School juga memiliki cara uniknya tersendiri dalam menghadapi kasus bullying jika terjadi di lingkungan sekolah. Sekolah yang satu ini memiliki psikolog khusus untuk sekolah dan Character Building Teachers atau Guru Pembina Karakter untuk membantu para siswa jika terjadi masalah yang menyangkut emosional dan psikologisnya.
Ms Mayang, Psikolog Edelweiss School, menjelaskan bahwa meningkatkan rasa percaya diri pada anak dan mengajarkan anak agar menghargai diri sendiri penting dilakukan, sehingga anak memiliki kekuatan dalam diri masing-masing. Kemudian, perlu juga untuk mengajarkan anak-anak untuk berkomunikasi secara asertif, contohnya anak berani untuk mengatakan “Stop talking about that”, “I don’t like it”, “Go away from me” atau “No”. Serta, mengajarkan anak-anak agar berani untuk menyampaikan apapun yang terjadi ke Trusted Adult seperti Guru-guru, Kepala Sekolah atau Psikolog, dan berani untuk meminta pertolongan.
Selanjut, Ms Novita, Homeroom Teachers (Primary 3) juga menjelaskan agar orang dewasa mampu menghindari sikap menyalahkan kepada anak-anak pada saat kejadian, menunjukan sikap empati kepada anak yang dirundung dengan menanyakan kejadiannya dan membuat anak tersebut nyaman. Orang tua dan pihak sekolah juga perlu membantu dan mengajarkan anak-anak untuk berani membela diri, serta memberikan edukasi kepada anak-anak perihal bullying dan melibatkan orang tua.
Terakhir, Ms Mei Triastutik, Character Building Teachers, turut menjelaskan agar pihak sekolah mampu menerapkan kepada anak-anak agar tidak membalas bullying dengan bullying, menunjukan prestasi dan jangan beri ruang untuk sakit hati, serta melakukan pendekatan kepada pelaku bullying dengan berbicara dari hati ke hati atas perlakuannya dan menasehati juga membantu agar sikap dan perilaku tersebut tidak berulang kembali.
BACA JUGA: 5 Sekolah Ini Menerapkan Tanpa PR Harian, Anak Jadi Bisa Eksplor Kegiatan Lain Sepulang Sekolah
Cover image: Photo by Keira Burton on Pexels