Meskipun sibuk, dr. Reisa Broto Asmoro selalu memiliki waktu untuk quality time bersama keluarga. Ia juga ingin menjadi orang yang bermanfaat untuk sekitarnya.
Reisa Kartikasari atau yang lebih dikenal dengan nama Reisa Broto Asmoro atau dr. Reisa adalah seorang dokter umum yang juga model, aktris, dan pembawa acara. Wanita berbakat dan cerdas ini pernah mengikuti kontes kecantikan Puteri Indonesia 2010 dan berhasil meraih juara kedua, serta mewakili Indonesia dalam Miss International 2011.
Namanya juga semakin dikenal saat menjadi pembawa acara di televisi. dr. Reisa juga merupakan salah satu anggota DVI (Dissaster Victim Identification) yang terlibat dalam proses investigasi beberapa bom terorisme di Jakarta. Saat ini, dr. Reisa sedang menjalankan tugas negara sebagai Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, dan Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Tingkat Pusat.
Dalam artikel kali ini, Mommies Daily berkesempatan berbincang dengan dr. Reisa di sela kesibukannya. Untuk lebih kenal dr. Reisa lebih dalam, simak selengkapnya hasil wawancara berikut ini ya, Mommies.
Menurut saya, yang pertama adalah management waktu. Karena waktu sebenarnya yang banyak habis ketika bekerja, apalagi di luar rumah. Jadi memang harus benar-benar mampu mengatur waktu karena ini menjadi tantangan nomor satu terbesar.
Yang kedua, meninggalkan anak di rumah. Jadi harus menyiapkan support system yang baik. Ini juga merupakan sebuah tantangan bagi saya karena harus menemukan care taker, menemani anak ketika saya sedang tidak berada di situ, dan lain-lain.
Yang ketiga adalah membuat ekosistem yang baik di rumah. Tujuannya adalah agar anak tidak merasa diabaikan. Ini bisa kita mulai dari komunikasi. Orang tua harus menjalankan komunikasi yang baik agar anak bisa mengerti kenapa orang tuanya harus bekerja di luar rumah. Tentunya dengan menggunakan alasan sederhana yang bisa mereka mengerti. Lalu, harus lakukan kebiasaan baik. Contohnya seperti memeriksa kondisi anak, memahami apa yang ada di pikirannya, ekosistem yang baik ketika quality time bersama, serta harus membuat kegiatan positif bersama anak agar ia tidak bosan dan tidak merasa ditinggal.
Time management bagi saya ini merupakan tantangan pertama. Jadi, dari awal saya harus memiliki komitmen. Sebagai ibu bekerja, di mana kata pertamanya adalah ibu, jadi yang diutamakan adalah mengurus keluarga terlebih dulu.
Ketika keluarga di rumah sudah terurus dengan baik dan kebutuhan anak-anak di rumah sudah terpenuhi, barulah saya bisa bekerja ke luar rumah dan berkarya. Kemudian, ketika urusan di luar rumah sudah selesai, saya pastikan saya sudah ada di rumah lagi sebelum mereka tidur. Jadi, saya punya paling nggak sedikit quality time bersama anak-anak setiap harinya.
Saya juga mengupayakan ada hari-hari weekend yang saya habiskan bersama keluarga. Jadi tidak terus-terusan bekerja, tetap ada waktu bersama keluarga yang utama. Meskipun ada penawaran yang sangat luar biasa, tapi kalau dibandingkan dengan kegiatan keluarga yang utama misalnya ketika anak perform di sekolah, saya tetap harus mendahulukan kepentingan anak saya dulu, baru saya menerima pekerjaan di luar.
BACA JUGA: Value Dunia Kerja di Drakor yang Layak Kita Contoh
Saya dari dulu suka banget satu buku yang judulnya The Secret yang ditulis oleh Rhonda Byrne. Karena saya merasa sepemikiran dengan si penulis. Isi bukunya adalah tentang hukum tarik menarik, jadi segala sesuatu yang kita pikirkan akan menarik hal-hal yang datang ke hidup kita.
Jadi saya suka banget dengan pentingnya kekuatan pikiran, supaya bisa dapat terwujud dalam kehidupan nyata kita. Kalau kita mikirnya positif terus, optimis terus, melakuakn kebaikan, nanti yang datang ke hidup kita juga hal-hal yang baik.
Kalau film sebenarnya banyak banget film bagus. Saya suka “Three Idiots“, lalu juga ada “Love Actually”. Tapi kalau yang paling teratas saya suka “Love Actually” karena genre-nya romance dan saya suka film romansa komedi. Menurut saya, belum ada yang bisa menyampaikan love story yang benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata seperti film ini. Soalnya dalam film ini nggak ada tokoh utamanya dan memang bercerita bagaimana seseorang memilih untuk hidup dalam berbagai keputusan hidup yang berbeda. Itu keren banget menurutku, karena ceritanya juga real dan kita juga merasakan dalam kehidupan nyata, tapi dikemas dengan bagus dan manis.
Memang benar bahwa yang paling penting adalah memiliki quality time dengan keluarga. Mau sesibuk apapun, setidaknya harus punya waktu untuk keluarga. Bisa dilakukan dengan liburan bersama setiap beberapa waktu sekali.
Kalau di keluarga saya biasanya bentuk bonding-nya di kamar. Karena anak-anak suka banget main di kamar saya, terus kita main kayak tenda-tendaan, tidur dengan langit-langit yang banyak bintangnya dengan menggunakan lampu, cerita sama anak, nyanyi, atau olahraga bareng.
Tips dari saya, sesuaikan saja dengan love language agar bonding lebih sesuai dengan kebutuhan masing-masing personality. Karena setiap anggota keluarga pasti punya love language yang berbeda.
Suamiku adalah partner dalam mengasuh anak. Ketika aku nggak di rumah dan nggak bisa ada di sekitar anak, kita berbagi tugas. Untungnya dia memang suka sama anak kecil, jadi dia bisa bermain dan seru-seruan sama anak-anak. Bahkan dalam mengerjakan tugas sekolah anak, dia bisa melakukannya dengan lebih seru dibanding saya yang lebih serius.
Life is so fragile, jadi kita harus selalu siap dalam menghadapinya. Sebagai perempuan, memiliki pekerjaan juga punya manfaat yang banyak. Bisa untuk mengembangkan diri dan potensi, bisa memiliki kekuatan finansial, belajar banyak berkomunikasi dan punya pengalaman dengan banyak orang yang latar belakangnya berbeda, serta pastinya juga punya pengalaman yang lebih beragam daripada hanya berada di rumah.
Saya juga ingin anak-anak mengerti kalau bekerja bukan hanya untuk keluarga dan diri saya, tapi juga saya ingin menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama, terutama untuk masyarakat.
Balik lagi, life is fragile. Pertama, mandiri secara finansial bisa membantu menopang kebutuhan keluarga, apabila dibutuhkan. Lalu yang kedua, bisa membantu perekonomian keluarga untuk pengeluaran tambahan atau meningkatkan kualitas yang lebih baik. Misalnya ketika anak mau sekolah, pilihan sekolahnya bisa lebih variatif. Kalau mau jalan-jalan juga bisa lebih banyak lagi tempat yang bisa dituju bersama keluarga, dan lain-lain. Kemudian yang ketiga, perempuan perlu mandiri secara finansial juga untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka.
Harapan saya, semoga segera terwujud yang namanya Electronic Health Records, apalagi yang berhubungan dengan vaksinasi anak. Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) ini kan harus dibawa kemana-mana dan ditulis dengan rapih, sementara kita bisa lihat di beberapa negara lain bukunya sudah dalam bentuk elektronik. Jadi ketika mau pindah kota atau pindah negara, kita tetap bisa tahu riwayat imunisasi anak yang sudah terdata dengan baik. Lalu meskipun beda rumah sakit, tapi tetap bisa deteksi dan tahu medical records seperti riwayat rumah sakitnya, penyakitnya, dan obat-obatannya.
Semoga hal ini bisa segera terwujud di seluruh fasilitas kesehatan yang ada di Indonesia, supaya orang tua lebih mudah dalam urusan kesehatan anak.
BACA JUGA: Perusahaan Ramah Ibu Bekerja Harusnya Memiliki 7 Hal Ini
Cover image: Dok. Istimewa / Reisa Broto Asmoro