banner-detik
EDUCATION

Bahaya Orang Tua Terlalu Memberikan Beban Akademis pada Anak, Ini Kata Studi dan Psikolog

author

Dhevita Wulandari20 Nov 2022

Bahaya Orang Tua Terlalu Memberikan Beban Akademis pada Anak, Ini Kata Studi dan Psikolog

Memberi beban akademis pada anak secara berlebihan ternyata bisa berdampak buruk pada proses belajar dan psikologisnya. Ini bahaya yang orang tua harus tahu.

Semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Ingin anaknya mendapatkan kasih sayang yang berlimpah, makanan yang bergizi seimbang, hingga pendidikan yang cukup dan memadai. 

Namun, ada juga kondisi dimana orang tua tidak menyadari bahwa mereka terlalu memaksakan kehendak dan kemauannya terhadap sang anak, apalagi dalam pendidikan. Anak diwajibkan mendapatkan nilai akademik yang baik, jangan sampai ada nilai yang merah di raport, jangan sampai tidak mendapatkan ranking teratas, dan masih banyak lagi.

Mengutip dari laman resmi Stanford dan menurut studi baru yang dipimpin oleh Jelena Obradović, seorang profesor di Stanford Graduate School of Education, yang diterbitkan 11 Maret 2021 di “Journal of Family Psychology”, ternyata terlalu banyak arahan orang tua terkadang bisa menjadi kontraproduktif.

“Terlalu banyak keterlibatan langsung dapat mengorbankan kemampuan anak-anak untuk mengendalikan perhatian, perilaku, dan emosi mereka sendiri. Ketika orang tua membiarkan anak-anak memimpin interaksi mereka, anak-anak melatih keterampilan pengaturan diri dan membangun kemandirian”, jelas Obradović yang juga mengarahkan Stanford Project on Adaptation and Resilience in Kids (SPARK).

BACA JUGA: 10 Ekskul Unik yang Ada di Sekolah

Obradović juga menjelaskan bahwa orang tua harus belajar menarik diri. Maksudnya adalah orang tua juga harus tahu bahwa mereka terlalu banyak berharap dan memaksakan kehendaknya kepada anak. 

Menurut penjelasan Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., Psikolog Anak dan Remaja, orang tua harus peka dan mulai berhenti terlalu banyak berharap dan memaksakan keinginan terutama dalam memberikan beban akademis pada anak adalah ketika anak mulai melakukan protes, ketika anak tidak menunjukkan kemajuan apapun atau bahkan lambat dan malah menunjukkan motivasi yang menurun. Orang tua juga harus peka ketika anak terlihat tidak bahagia menjalaninya karena terpaksa dan menjauh dari orang tua karena merasa tidak nyaman dikritik terus atas segala hal yang sudah mereka coba lakukan dan usahakan dalam belajar.

Tanda-tanda lainnya yang bisa dilihat pada anak yang merasa terbebani obsesi akademis dari orang tuanya adalah seperti:

  • Anak terlihat murung dan selalu kelelahan.
  • Anak mulai tertutup pada orang tua.
  • Anak berperilaku seperti robot, hanya mengikuti kemauan dari orang tuanya saja.
  • Anak memberontak atau banyak protes.
  • Anak tidak terlihat menikmati aktivitas yang dijalani atau setengah hati.

Jika orang tua terus menerus memberikan beban akademis dan obsesinya pada anak dengan alasan agar anak mendapatkan nilai dan juara yang bagus di sekolah agar sukses di masa depan tapi kenyataannya saat ini sang anak butuh break atau bahkan kelelahan dan burn out, lama-lama hal ini akan dapat berdampak buruk pada psikologisnya.

Anak bisa saja minta mogok sekolah, kehilangan kepercayaan diri, merasa kurang dihargai. Bahkan menurut Vera Itabiliana, dampak terburuk adalah anak mengalami depresi. Terlalu fokus pada akademis juga berisiko ada potensi lain dari anak yang luput atau tidak terlihat dari pandangan orang tua. Bisa saja potensi tersebut justru lebih bisa memberikan masa depan yang cemerlang untuk sang anak di masa depan.

Maka dari itu, orang tua tidak boleh hanya fokus pada akademik saja, tapi juga perlu mengamati apa kelebihan anak di bidang non akademis seperti seni, olahraga, keterampilan, dan masih banyak lagi. 

Sudah banyak kok contoh tokoh dan public figure di Indonesia yang sukses dengan kesungguhan dan usahanya sesuai dengan minat yang ia miliki di luar bidang akademis. Bukan berarti dengan nilai akademis yang kurang bagus, nantinya si anak tidak akan berhasil dan sukses di masa depan. Tapi cobalah untuk perhatikan baik-baik dan mulailah melihat dari apa yang anak minati. Kemudian, berikan dukungan pada anak untuk melakukan apa yang ia minati dengan sungguh-sungguh.

BACA JUGA: 5 Jurusan Kuliah yang Paling Banyak Dicari di Masa Depan, Bisa Jadi Pilihan untuk Anak Menentukan Jurusan

Cover image: Image by master1305 on Freepik

Share Article

author

Dhevita Wulandari

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan