Sorry, we couldn't find any article matching ''
5 Hal yang Harus Disiapkan Sebelum Resign dari Kantor
Sudah mantap untuk hengkang dari kantor? Selain surat, pastikan mommies siapkan lima hal ini sebelum resign dari kantor. Nomor satu sering dilupakan.
Di satu sisi, resign dari kantor itu adalah hal yang biasa terjadi di dunia kerja. Namun di sisi lain, resign termasuk salah satu keputusan besar dalam kehidupan seseorang. Dari satu keputusan itu, ada banyak pertanyaan akan rencana berikutnya:
“Mau pindah kerja ke mana?”
“Mau lanjut kerja, atau buka usaha? Atau mau mengurus anak dan rumah tangga aja?”, dan seterusnya.
Oleh karena itu, keputusan resign nggak bisa diambil sembarangan. Harus ada alasan esensial, bukan sekadar emosional. Sebab, ini bicara tentang pekerjaan yang menopang hidup kita.
Jangan resign karena jenuh. Kalau jenuh, bisa jadi Anda hanya hanya perlu cuti untuk liburan saja, bukan resign? Jangan sampai ketika sudah resign, kemudian menyesal. Oleh karena itu, sebelum resign, lakukan persiapan secara matang.
Baca juga: 6 Pertanyaan yang Wajib Diajukan ke Diri Sendiri Sebelum Resign
Hal yang Perlu Disiapkan Sebelum Resign dari Kantor
1. Tetapkan tujuan resign
Sama halnya kita punya tujuan untuk bekerja, begitupun dengan resign. Seringkali, hal-hal yang nggak enak di perusahaan menjadi pemicu utama keinginan karyawan untuk resign, dan mengaburkan tujuan utamanya. Bos menyebalkan, lingkungan kerja yang nggak kondusif lagi, gaji nggak naik-naik, karir stuck, dan segudang ketidaknyamanan lainnya. Padahal, tujuan resign penting itu sangat penting, sebab inilah yang akan kita lakukan pasca resign nanti.
Tujuan resign bisa bermacam-macam. Misalnya, merasa sudah mantap ingin membangun bisnis sendiri, ingin mengembangkan sayap dan mempraktikkan skill baru di perusahaan lain, peningkatan taraf hidup, atau sudah mantap untuk menjadi ibu rumah tangga sambil membuat konten edukasi seputar parenting.
Kalau resign berlandaskan pada tujuan dan pertimbangan yang matang, niscaya kita bisa melangkah dengan plong, karena resignnya nggak berdasarkan emosi semata.
2. Amankan pekerjaan atau kegiatan baru
Setelah resign, ingin melakukan kegiatan apa? Jika masih tetap ingin bekerja, maka sebaiknya amankan dulu pekerjaan di perusahaan lain. Setidaknya, mengurangi risiko ketidakpastian. Kita pun terbebas dari rasa khawatir akan menganggur dengan batas waktu yang tak tentu. Ingin break dulu dan nggak langsung kerja? Boleh saja. Beri jeda antara waktu resign dengan waktu masuk di kantor yang baru, sehingga mommies punya waktu untuk break sejenak, agar bisa start fresh di kantor yang baru.
Jika mommies resign bukan untuk ngantoran lagi, tentukan kegiatan yang ingin dilakukan. Apakah ingin memfokuskan diri menjadi ibu rumah tangga? Ingin berkecimpung di kegiatan sosial? Ingin membekali diri dengan training, berbagai kursus misalnya kursus membuat kue sebelum membuka toko kue? Ini penting untuk direncanakan karena akan berhubungan dengan persiapan dananya.
Baca juga: 5 Negara Terbaik dan Terburuk di Dunia Untuk Ibu Bekerja
3. Amankan cadangan dana
Pekerjaan boleh berhenti, tapi tagihan jalan terus. Jika sudah mengantongi kartu nama baru di perusahaan baru, sih, bisa dibilang aman. Namun, jika mommies resign sebelum mendapat pekerjaan baru, maka mommies harus menyiapkan sejumlah dana untuk kehidupan minimal enam bulan ke depan.
Begitupun jika mommies ingin merintis profesi menjadi freelancer, atau membuka usaha baru. Di awal merintis, belum tentu langsung dapat project. Bahkan, Anda mungkin perlu sejumlah dana untuk membuat portfolio, biaya meeting untuk prospek ke calon klien, dan seterusnya. Agar keuangan keluarga tidak terganggu, pastikan mommies dan suami sudah membicarakan dan menyiapkan perencanaan keuangan yang baru sebelum resign dari kantor.
4. Siapkan mental untuk beradaptasi dengan situasi baru
Mempersiapkan mental adalah hal yang wajib dilakukan sebelum resign, bukan setelah resign.
Misalnya, jika di tempat baru menyandang jabatan lebih tinggi, tentu harus siap mental, kalau-kalau pekerjaannya lebih high pressure, lebih menyita waktu, lingkungan kerjanya belum tentu senyaman kantor sebelumnya, dan seterusnya. Pastikan mommies terinformasi dengan budaya perusahaan yang baru.
Jika memutuskan untuk menjadi freelancer atau membuka bisnis baru, pahamilah kalau di awal merintis belum tentu langsung dapat project. Kalau mental tak siap, bisa stres lalu cepat menyerah. Padahal, membantun usaha baru itu butuh proses dan waktu.
Begitupun jika memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga. Jika dulu impian resign ingin menanggalkan hari-hari yang super sibuk di kantor, agar bisa bersama anak seharian, tahan dulu pikiran itu. Sebab, pekerjaan rumah tangga seringkali terasa nggak ada habisnya. Jadi, walaupun di rumah, belum tentu seluruh waktu dan perhatian bakal bisa tercurah untuk anak saja. Di sinilah saatnya keterampilan time and priority management dikerahkan, agar tak ketetaran.
Baca juga: Keterampilan Ibu Rumah Tangga yang Bermanfaat untuk Dunia Kerja
5. Berdiskusi dengan suami
Last but not least, penting banget untuk berdiskusi dengan suami dengan rencana resign kita. Sebab, keputusan resign nggak akan hanya berdampak pada diri dan kehidupan mommies sendiri, melainkan keluarga juga. Bisa saja, mommies butuh dukungan dana dari suami, atau bahkan suami punya pandangan yang lebih obyektif tentang keputusan resign yang ingin mommies ambil.
Yang pasti, jangan pernah resign tanpa persiapan. Pastikan lebih banyak faedah yang didapat saat resign, ketimbang mudaratnya.
Baca juga: 7 Stereotip Pada Ibu Bekerja yang Paling Dibenci Perempuan
Foto: Freepik
Share Article
COMMENTS