Sorry, we couldn't find any article matching ''
Bicara Tentang Consent dan Sexual Consent Pada Anak Remaja
Sebelum lebih jauh berbicara tentang sexual consent pada anak remaja, yuk, jelaskan terlebih dahulu apa itu consent dan mengapa mereka perlu memahaminya.
Saat anak remaja, orang tua happy melihat mereka beranjak dewasa. Tapi di sisi yang bersamaan, orang tua juga mulai diliputi rasa khawatir melepas mereka bergaul dengan peer group-nya. Bagaimana jika sudah mulai naksir lawan jenis, lalu ada yang mengajak pacaran, lalu mulai terjadi kontak fisik dan anak nggak bisa menolak atau nggak mengerti cara menolaknya? Bagaimana kalau ia tak sengaja salah bergaul dengan teman-teman yang punya pandangan bahwa kontak fisik dengan lawan jenis itu hal biasa, lalu ikut-ikutan?
Itulah mengapa orang tua penting untuk menjelaskan tentang apa itu consent kepada anak remaja. Jauh sebelum membahas tentang sexual consent, orang tua wajib berdiskusi dengan anak tentang consent itu sendiri, dan mengulanginya hingga anak paham betul esensinya.
Apa itu consent dan sexual consent?
Consent secara harafiah berarti persetujuan, yang maknanya adalah menyetujui sesuatu atau memberikan izin untuk sesuatu. Sementara, sexual consent artinya persetujuan seksual, berarti setuju untuk mengambil bagian dalam aktivitas seksual.
Ketika seseorang menyatakan setuju atau memberikan consent akan sesuatu, berarti ia paham betul bahwa ia:
- dapat memilih dengan kehendak bebas untuk turut serta
- dapat mengatakan dengan jelas dan antusias bahwa mereka ingin mengambil bagian atau ikut serta
- dapat berubah pikiran kapan saja dan keputusan ini dihormati
- menyatakan keikutsertaaannya dalam kondisi sadar dan rasional
- memahami jenis aktivitas apa yang mereka setujui
- merada di usia yang secara hukum sah untuk persetujuan seksual.
Mengapa penting dibahas dengan remaja?
Kita wajib memberikan pengertian tentang consent kepada anak remaja agar mereka mengerti bahwa consent berarti berhubungan dengan rasa hormat. Artinya anak memiliki hak untuk menyetujui atau menolak sesuatu yang orang lain kehendaki atas dirinya.
Consent ini menjadi penting bukan hanya dalam aktivitas seksual saja. Termasuk ketika pihak lain, misalnya guru, mendaftarkan anak untuk suatu kompetisi yang nggak bersedia ikuti, itu artinya guru sudah melanggar consent anak. Begitupun dengan dokter. Ketika ingin memeriksakan anggota tubuh anak yang sakit, dokter wajib meminta consent kepada anak: “Apakah boleh saya memegang tubuhmu untuk diperiksa?” Jadi, anak perlu diedukasi agar dapat mengerti kapan ia harus memberi consent atau menolaknya.
Orang tua nggak harus mengaitkan langsung dengan aktivitas seksual ketika berdiskusi mengenai consent dengan anak, terutama ketika anak masih berada di usia remaja awal. Perlahan ketika usia anak bertambah, baru orang tua bisa lebih terbuka dan to the point berbicara tentang sexual consent dengan anak. Sexual consent ini sangat penting untuk aktivitas seksual, termasuk:
- mencium seseorang atau menyentuh bagian tubuh mereka secara seksual
- melakukan hubungan seks vaginal, anal atau oral
- mengirim pesan atau gambar seksual
- tidak menggunakan kondom atau alat kontrasepsi lainnya.
Artinya, ketika anak remaja kita menerima gambar seksual dari orang lain yang dia tak ingin terima, anak berhak menyatakan keberatannya, atau bahkan melapor pada orang tua atau pihak terkait.
Menjelaskan sexual consent menjadi bekal penting untuk anak memiliki pengalaman seksual yang sehat, saling menghormati, aman, dan menyenangkan saat ia dewasa kelak.
Baca juga: Pendidikan Seks, Saatnya Orang Tua Buka-Bukaan
Tips untuk orang tua berdiskusi tentang sexual consent dengan remaja
Sekali lagi, ngobrolin consent sebetulnya bisa dimulai saat anak-anak sudah di bangku SD, nggak perlu menunggu saat ia sudah remaja. Lebih dini, lebih baik. Hanya saja, orang tua perlu menyesuaikan topik dan memberi contoh yang sesuai usia anak.
1. Lakukan obrolan ringan saat kapan pun, di mana pun
Mau itu sedang di perjalanan, mau tidur, sedang bersantai. Saat ada waktu ngobrol dengan anak, obrolin langsung. Misalnya, ketika sedang menonton ada adegan yang berhubungan dengan consent, itu bisa jadi bahan diskusi langsung dengan anak. Anakpun akan lebih mudah mengerti ketika melihat contoh langsung.
2. Tanyakan pendapat atau pikirannya
Misalnya adegan film yang ia tonton tadi. Tanyakan bagaimana pendapatnya, lalu dari situ orang tua dan anak bisa memulai diskusi terbuka.
3. Perbaiki informasi yang salah dan jelaskan berbagai hal
Jika ternyata anak memahami consent dari sudut pandang yang salah, perbaikilah dengan menggunakan bahasa dan contoh yang dapat dipahami anak. Penting juga untuk mengetahui anak dari mana informasi yang ia dapat agar tak menjadi sesat.
4. Undang anak untuk bertanya dan berpendapat
Soal consent dan sexual consent ini bisa jadi hal yang nggak nyaman buat anak remaja obrolin dengan orang tua. Oleh karena itu orang tua perlu banget bersikap santai, nggak tegang dan nggak menganggap ini hal tabu ketika membicarakannya agar anak menjadi nyaman. Jangan lupa untuk undang selalu anak menyampaikan pendapat atau pertanyaan agar anak mendapat penjelasan yang benar.
Penting untuk diingat!
Dalam mengajarkan consent dan sexual consent pada remaja, penting agar orang tua dan orang dewasa sekitar anak juga menerapkan hal yang serupa agar tak terjadi pemahaman yang bias di benak anak. Jadi, biasakanlah untuk meminta consent anak ketika ingin masuk kamar anak, memeriksa barang-barang anak, memeriksa anggota tubuh anak, memegang, mencium, memeluk, membelai dan apapun kontak fisik yang sekiranya memang penting untuk dimintakan persetujuan anak. Ini berlaku pula untuk pihak lain seperti saudara, dokter, guru, dan siapapun. Jangan sekali-kali memaksakan anak untuk memeluk, mencium atau bersalaman walau dengan saudara sekalipun jika anak memang enggan.
Baca juga: Pelecehan Seksual Anak oleh Pemuka Agama, Bagaimana Orang Tua Harus Bersikap?
Sumber: 1
Share Article
COMMENTS