7 Stereotip Pada Ibu Bekerja yang Paling Dibenci Perempuan

#MommiesWorkingIt

dewdew・09 Aug 2022

detail-thumb

Siapa di sini yang masih suka dinyinyirin teman, tetangga, kerabat atau ipar? Cek stereotip pada ibu bekerja yang bikin kamu malas kumpul keluarga.

Ngapain, sih, kerja? Kan suaminya sudah berpenghasilan. Masih nggak puas juga? Nggak kasihan sama anak-anak ditinggal terus? Kok, egois banget, sih? Siapa ibu bekerja di sini yang masih sering dengar omongan kayak gitu dari teman, atau kerabat? Tahun 2022, lho, ini. Masih ada yang nyinyir begitu? Oh, tentu saja. Masiiiih banyak stereotip pada ibu bekerja yang bernadai sumbang. Apa saja itu?

Baca juga: Rekomendasi Tempat Les Gymnastic Untuk Anak

Ibu bekerja adalah ibu yang buruk untuk anak-anak

Masih banyak masyarakat yang percaya, ibu berkarir entah di kantor, di perusahaannya sendiri, adalah ibu yang nggak baik untuk anak-anaknya karena mengorbankan waktu bersama mereka. Anak-anak butuh ibunya di rumah, kok, ini malah kerja dari pagi sampai malam? Kapan ngurus anaknya? 

Ibu bekerja pasti nggak becus ngurusin pekerjaan rumah tangga

Di mata yang nyinyir, ibu yang bekerja sudah pasti nggak terampil dalam urusan pekerjaan rumah tangga. Masak air saja gosong. Bikin mi instan saja hambar. Belum lagi kalau cuci piring, nyapu, ngepel. Pasti nggak bersih. Hellooow…

Ibu bekerja lebih mementingkan pekerjaan daripada keluarganya

Beda dari pria yang lebih sering mendapatkan pujian ketika ia memprioritaskan pekerjaannya dan dipandang sebagai sesuatu yang bertanggung jawab, tidak demikian dengan ibu bekerja. Cap negatif pas langsung ditempel di kening ketika ia terpaksa mengorbankan menonton pertunjukan seni anaknya, untuk meeting dengan regional principal. Padahal bisa saja, kan, ada kompromi-kompromi yang ia lakukan bersama keluarganya untuk mengganti momen yang hilang tersebut? Orang lain aja yang nggak paham.

Ibu bekerja itu egois mementingkan dirinya sendiri

Sementara ada anak-anak di rumah yang membutuhkannya,  ibu bekerja pasti sibuk membuktikan pada dunia kalau dia adalah perempuan yang sukses. Yang penting karir naik, cuan jalan, anak dibiarkan terbengkalai di rumah sama mbak atau neneknya. Seringkali orang nggak paham, sih, alasan di balik pekerjaan working mom. Tapi, kan, nggak mungkin kita jelasin satu-satu ke mereka?

Ibu bekerja itu nggak hormat sama suaminya

Apalagi kalau kebetulan gaji atau pendapatannya lebih besar dari suami. Widih, pasti dianggap besar kepala, sombong, dagu tinggi, yang intinya nggak hormat sama suami. Suami pasti bakal didebat terus dan perannya di keluarga bisa-bisa digantikan ibu bekerja. Hhhh…yang kayak gini-gini, sih, yang bikin naik darah. Padahal bisa aja, kan, sudah ada diskusi antar pasangan mengenai hal ini. Orang lain saja yang suka menyimpulkan sendiri, sementara hanya melihat dari luar. 

Ibu bekerja suka memandang rendah pada SAHM alias Stay At Home Mom

Ibu bekerja seringkali dituduh menganggap ibu yang tidak bekerja sebagai orang yang bodoh, kurang berpendidikan, cuma dasteran, dan bau dapur. Duh, duh, ini hanyalah fitnah belaka. Semua peran ibu sama saja, kok. Mau dia kerja, ‘cuma’ di rumah, wiraswasta, agen asuransi, agen MLM, apa pun status dia di pekerjaan, pada akhirnya dia adalah seorang ibu, yang punya tanggung jawab yang sama besarnya dengan ibu-ibu yang lain.

Baca juga: Dampak Kekurangan dan Kelebihan Kolagen Pada Kulit

Ibu bekerja nggak mau nambah anak nanti ganggu karirnya

Satu saja sering ditinggal-tinggal, bagaimana punya anak dua atau tiga? Padahal keputusan untuk punya anak, atau mau punya anak berapa, itu juga keputusan suami. Kita semua paham betul kalau punya anak itu tanggung jawabnya besar. Sungguhlah semua orang berhak punya alasan untuk menentukan jumlah anak yang ingin ia miliki. Nggak usah dikutak-katik alasannya. 

Photo from Freepik