6 Kesalahan yang Sering Dilakukan Orang Tua Saat Memuji Anak

Parenting & Kids

Sisca Christina・21 Jul 2022

detail-thumb

Jangan sampai pujian untuk anak jadi sia-sia dan nggak bermanfaat buat tumbuh kembang mereka hanya karena melakukan kesalahan saat memuji anak yang kelihatannya sepele.

Kalau mau tahu tugas parenting yang paling mudah, ya, salah satunya memuji anak ini. Apalah susahnya bilang ke anak: “Waaaahh kamu hebat banget, Nak!” atau “Aduhhh cantiknya kamu pakai baju ini.” Tapi, yakin kalau cara memuji seperti itu sudah tepat? Atau jangan-jangan, selama ini banyak kesalahan yang sering kita lakukan saat memuji anak tanpa kita sadari?

Coba kita cek lagi, mutu pujian yang kita lontarkan pada anak tuh seberapa baik? Lahiriah sematakah? Overpraise-kah? Kira-kira dampak dari pujian kita kepada anak, apakah benar-benar sudah bisa memotivasi dan meningkatkan rasa percaya diri anak?

Buat jadi bahan perenungan, berikut kami list down beberapa kesalahan yang sering dilakukan orang tua saat memuji anak. Supaya kita nggak salah lagi. Simak, yuk.

Memuji hanya sebatas lahiriah

Ganteng, cantik, manis, gemesin, dan sederet kata pujian yang ditujukan untuk mengapresiasi penampilan lahirian si kecil sebetulnya boleh-boleh saja dilakukan. Salahnya, jika dilakukan terlalu sering dan itu menjadi bahan pujian paling utama. Membanjiri anak dengan pujian terkait fisik bisa berdampak negatif pada anak menurut psikolog anak dan remaja Sutji Sosrowardojo. Beberapa anak jadi menghargai dirinya dari sisi fisik semata. Kemudian timbul kebutuhan untuk menjadi pusat perhatian karena merasa semua orang melihat dirinya cantik.

Frekuensi memuji terlalu sering

Terlalu sering dipuji membuat anak merasa dirinya spesial. Merasa berhak atas segala sesuatu, dan berpikir itu bisa didapatkan dengan mudah. Akhirnya anak nggak siap menghadapi tantangan. Di lain sisi, anak juga bisa merasa tertekan akibat terlalu sering dipuji. Akibatnya, anak jadi mudah menyerah saat mengalami kesulitan, dan motivasi mereka mudah turun untuk mencapai tujuan.

Baca juga: Cara Tepat Memuji Anak

Pujian manis tapi kosong

Memang sih, kalimat pujian paling mudah dilontarkan saat anak memenangkan pertandingan basket adalah “Kamu hebat banget!”. Sebab bilang: “Ketekunan latihanmu selama ini membuahkan hasil. Kamu berkoordinasi dengan bagus di lapangan tadi!” itu rasanya lebih ribet alias panjang bener. Tapi tahu nggak, dikutip dari Huffpost, menyuguhi anak dengan sekedar pujian manis hebat, keren, awesome, great, dan lain-lain, tanpa menyinggung upaya yang telah dilakukan anak, itu sama saja memberi anak makanan instan nan lezat tapi nggak sehat. Anak jadi nggak bisa melihat di bagian mana ia sudah lebih baik atau apa yang perlu ia perbaiki. Padahal, itu yang lebih penting untuk perkembangan dirinya.

Memuji apa yang sudah seharusnya anak mampu lakukan di usianya

Misalnya saat usia anak satu tahun orang tua memuji: “Wah, hebat sudah bisa berjalan,” atau di usia empat tahun: “Pinternyaaa, sudah bisa makan sendiri.” Padahal apa yang dilakukan anak adalah bagian dari tumbuh kembang yang seharusnya, dan terjadi atas stimulasi yang kita latihkan pada anak. Ketimbang berkata demikian, hargailah usaha atau perbaikan yang anak lakukan. Misalnya tadinya makan sambil jalan-jalan, sekarang mau sabar untuk duduk hingga selesai makan. Atau, tadinya makan berantakan, sekarang sudah lebih rapi.

Memuji yang mengarah ke membandingkan anak lain

Ini kesalahan orang tua saat memuji anak yang kadang jadi kebablasan. Niat memuji prestasi si kakak, malah dijadikan ukuran standar buat si adik. Bisa-bisa, si adik jadi minder, atau malah jadi timbul sibling rivalry, atau merasa perlakuan orang tua tak adil. Yuk, hati-hati dalam memilih kalimat pujian. Jangan sampai ada kata “Tuh, dek, lihat kakak, hebat kan? Kamu juga semangat dong biar bisa kayak kakak!” Bila ada pujian yang dirasa spesifik, sampaikan secara personal langsung kepada anak yang ingin dipuji, tak perlu semua dipaparkan di depan banyak orang.

Puji pakai “tapi”

“Pencapaian akademikmu sudah lebih baik semeseter ini, tapi, tolong semester depan lebih baik lagi, ya.”

“Mantap tadi pentas nyanyinya, tapi kayaknya sempat ada yang fals, ya, Nak?”

Sudah diangkat, lalu dijatuhkan lagi. Pujilah anak dengan tulus, tanpa embel-embel menuntut. Jika tujuannya ingin memotivasi, cukup bilang: “Pertahankan, ya!” atau “Tetap semangat berlatih, ya!”

Kalau mommies sendiri, sering melakukan kesalahan yang mana?

Baca juga: Katakan 7 Hal Ini Jika Mommies Ingin Anak Tumbuh Menjadi Pribadi yang Kuat dan Berdaya