Sorry, we couldn't find any article matching ''
Cegah Penculikan pada Anak dengan Ajarkan 5 Hal Ini!
Ramai berita tentang penculikan pada anak di daerah Jakarta Selatan dan Bogor. Orang tua perlu lakukan beberapa hal untuk mencegah ini terjadi.
Beberapa hari ini ramai berita tentang tersangka bernama Rizal Afif yang melakukan penculikan terhadap sekitar 12 anak, di mana tiga di antara korban penculikan mengalami tindak kekerasan seksual. Dengan modus razia masker dan mengancam para korban yang terlihat tidak menggunakan masker maka akan dibawa ke kantor polisi, RA berhasil menculik anak-anak ini dan membawa korban.
Sebagai orang tua, kok kayaknya kita nggak dikasih napas ya buat meletakkan rasa khawatir sejenak. Mulai dari pandemi, hepatitis misterius, sekarang muncul lagi kasus penculikan dengan pelecehan seksual.
Maka sekali lagi, tak peduli berapa pun usia anak-anak kita, pastikan kewaspadaan kita dan anak tidak kendur. Maka, apa yang perlu kita lakukan sebagai orang tua?
Berikut beberapa langkah mencegah penculikan pada anak
1. Pastikan anak paham SOP keamanan untuk dirinya
Setiap keluarga punya Standar Operasional Prosedur berbeda untuk mencegah terjadi penculikan, semua sama: cegah anak dari para predator penculikan. Duduk bareng untuk mengomunikasikan peraturan apa saja yang mommies tetapkan bersama pasangan. Agar semua anggota keluarga satu frekuensi. Jika perlu, lakukan simulasi. Misalnya membuat password yang hanya diketahui oleh anak dan orang-orang kita tunjuk untuk menjemput di sekolah.
2. Ajarkan anak menolak tawaran dari orang yang tidak dikenal
Saya ambil dari artikel Benarkah Stranger is Danger:
Baca juga: Lindungi Anak dari Penculik
3. Tidak selamanya orang asing berbahaya, alasannya…
Masih dari artikel yang saya cantumkan di poin kedua. Kata Anna Surti Ariani Psi, Psikolog Keluarga. Melarang anak berbicara dengan orang yang tidak dikenal adalah MITOS. Karena jika anak sampai terpisah dari orangtua, maka anak perlu minta tolong kepada orang yang tidak ia kenal, misal: Satpam.
Makanya makin sering praktik, makin paham si anak, harus minta tolong ke siapa saja ia terpisah dari orangtua. Saat ke mall atau tempat umum lainnya, sempatkan mengadakan safety briefing (lebih baik repot dikit, deh, daripada menyesal kemudian). Latih anak untuk menunjuk mana petugas keamanan dan orangtua seperti kita yang membawa anak, untuk diminta pertolongan.
4. Tidak main gadget saat tidak bersama kita orangtuanya
Kita aja orang dewasa kalau lagi main HP, bisa dipastikan kehilangan fokus. Apalagi ini anak kecil. Kitanya juga janga lengah, pasang "mata elang" ketika bersama anak.
5. Biasakan anak menyuarakan isi hatinya
Anak yang terbiasa dikenali bentuk emosinya, tidak sungkan menyeruakan apa yang dia rasakan. Membedakan mana perasaan sedih, marah, kecewa, senang dan waspada. Pada saat tertekan dan merasa tidak nyaman, maka dia akan dengan mudah memvalidasi bentuk emosi yang sedang terjadi. Takut ada orang tidak dikenal mengajak dirinya, diharapkan anak akan berteriak atau melawan, respond karena sedang merasa terancam.
6. Manfaatkan teknologi
Ketika anak harus pergi sendiri atau bersama teman-temannya, minta mereka untuk share live loc selama 8 jam ke depan. Jelaskan alasannya ke anak kenapa kita meminta mereka melakukan hal ini. Terutama ke anak pra remaja dan remaja yang seringkali malas karena menganggap orang tua "membuntuti" mereka.
Baca juga: 4 Produk yang Membantu Keamanan Anak di Area Publik
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS