Sorry, we couldn't find any article matching ''
Jangan Termakan Mitos, Ini 10 Fakta tentang Vaksin HPV
Menjadi vaksin wajib untuk didapatkan anak perempuan dan perempuan dewasa, berikut 10 fakta vaksin HPV yang harus Mommies ketahui.
Mulai 23 April 2022, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menetapkan vaksin human papillomavirus (HPV) ke dalam imunisasi rutin lengkap. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan alasan penambahan vaksin ini untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak di Indonesia. Di Indonesia, ada 36.300 kasus baru dan 21.000 kematian pada tahun 2020.
Namun, kewajiban vaksin HPV ini banyak menimbulkan pro kontra di masyarakat, terutama mitos-mitos yang tersebar, seperti bisa menyebabkan kemandulan dan masih banyak lagi. Agar terhindar dari mitos yang tidak benar, berikut 15 fakta tentang vaksin HPV yang perlu Mommies ketahui.
BACA JUGA: 12 Jenis Vaksin Anak Usia 5-17 Tahun dan Kisaran Biayanya
Apa itu vaksin HPV?
Vaksin HPV adalah vaksin yang digunakan untuk melindungi dan mencegah penyakit serviks karena human papillomavirus (HPV). Pada perempuan, virus HPV dapat menyebabkan kanker leher rahim, kanker vagina, kanker vulva, anus, dan kutil kelamin. Sementara pada laki-laki, virus ini dapat menyebabkan penyakit kelamin, kanker penis, dan anus.
Siapa yang membutuhkan vaksin HPV?
Idealnya, vaksin HPV lebih baik diberikan sebelum seseorang berisiko terpapar virus HPV, di mana orang tersebut belum aktif secara seksual atau ketika masih anak-anak.
Siapa yang tidak boleh mendapatkan vaksin HPV?
Melansir dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention), ibu hamil tidak boleh mendapatkan vaksin HPV, sehingga baru bisa mendapatkan vaksin setelah melahirkan. Selain itu, bagi orang yang memiliki reaksi alergi terhadap kandungan atau dosis vaksin sebelumnya, maka seharusnya tidak boleh mendapatkan vaksin ini dan sebaiknya cek ke dokter.
Jadwal pemberian vaksin HPV
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjadwalkan pemberian vaksin HPV pada usia 9-14 tahun. Menurut jadwal imunisasi terbaru IDAI tahun 2020, vaksin HPV diberikan dua kali pada rentang usia 9-14 tahun, dengan selang waktu 6-15 bulan sejak suntikan pertama.
Jika anak-anak berusia 15 tahun ke atas belum mendapatkan atau tidak divaksinasi HPV, maka mereka perlu menerima 3 dosis vaksin dengan interval 0, 1, dan 6 bulan.
Misalnya, anak-anak berusia 15 tahun ke atas mendapatkan suntikan pertama pada bulan Januari, kemudian suntikan kedua pada bulan Februari dan suntikan ketiga pada bulan Juli.
Apabila melewatkan jadwal vaksinasi, tidak perlu memulai dari awal. Cukup dengan menyelesaikan dan mendapatkan dosis vaksin kanker serviks yang sebelumnya terlewatkan.
Apa saja jenis vaksin HPV?
Mengutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 2 jenis vaksin untuk mencegah kanker serviks yang tersedia di Indonesia, yaitu bivalen dan tetravalen.
Bivalen mengandung 2 tipe virus HPV (16 dan 18) yang dapat mencegah kanker leher rahim. Sedangkan, tetravalen mengandung 4 tipe virus HPV (6, 11, 16, dan 18) yang mampu mencegah kanker leher rahim dan kulit kelamin.
BACA JUGA: Pantangan Setelah Vaksin Booster Menurut Dokter, Apa Saja?
Apa saja hal yang harus diperhatikan sebelum mendapatkan vaksin HPV?
Vaksin HPV tidak boleh dilakukan sembarangan. Sehingga, sebelum melakukan dan menerima vaksin HPV, ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti berikut ini:
- Infokan pada dokter tentang alergi apa pun yang dimiliki. Orang yang alergi terhadap bagian mana pun dari vaksin ini tidak boleh mendapatkan vaksin HPV.
- Infokan pada dokter jika Mommies sedang hamil, menyusui atau berencana untuk hamil.
- Infokan pada dokter jika Mommies demam atau memiliki gangguan pembekuan darah.
- Infokan pada dokter jika sistem kekebalan tubuh Mommies melemah karena HIV, kanker, atau radiasi.
- Infokan pada dokter jika Mommies sedang mengonsumsi obat-obatan, suplemen, atau produk herbal tertentu.
- Jika Mommies mengalami reaksi alergi setelah mendapatkan vaksin HPV, segera dapatkan bantuan medis.
Berapa dosis vaksin HPV yang dibutuhkan?
Pemberian vaksin HPV disarankan mulai diberikan pada anak perempuan usia 9 hingga perempuan dewasa berusia 55 tahun. Pada laki-laki, waktu pemberian sangat disarankan di usia 9 hingga 26 tahun, atau yang belum aktif berhubungan seksual.
Dosis umum pemberian vaksin HPV adalah 0,5 ml yang disuntikkan pada otot atau intramaskular/IM. Vaksin bivalen diberikan dengan interval 0, 1, dan 6 bulan pada usia 9–25 tahun. Serta, vaksin tetravalen diberikan dengan interval 0 dan 12 bulan pada anak usia 9–13 tahun dan interval 0, 2, dan 6 bulan, pada usia di atas 13–45 tahun.
Usia 9-13 tahun membutuhkan 2 dosis vaksin HPV dan pada usia 16-18 tahun atau usia dewasa membutuhkan 3 dosis vaksin HPV.
KIPI dan efek samping vaksin HPV
Efek samping dari pemberian vaksin ini terbilang ringan. Bahkan, ada beberapa orang yang tidak merasakan efek samping apapun. Efek samping yang paling umum dirasakan setelah penyuntikan vaksin adalah pembengkakan, kemerahan, dan nyeri pada bekas suntikan. Kemudian bisa juga terjadi mual, muntah, rasa lelah, demam, pusing, hingga pingsan.
Vaksin HPV dapat memengaruhi kesuburan wanita?
Sebuah penelitian berjudul The Effect of Vaccination Against Human Papillomavirus on Fecundability menunjukkan, vaksin HPV merupakan cara memperbaiki kemungkinan kesuburan pada beberapa wanita. Faktanya, vaksin HPV justru dapat melindungi kesuburan wanita yang memiliki penyakit kelamin. Wanita yang memiliki riwayat atau penyakit kelamin yang mendapatkan vaksinasi HPV akan memiliki kesempatan hamil yang sama dengan wanita yang belum divaksin dan tidak memiliki riwayat penyakit kelamin.
Vaksin HPV apakah sama dengan pap smear?
Vaksin HPV tidak dapat menggantikan pap smear, meskipun keduanya merupakan tindakan preventif atau pencegahan. Bedanya, vaksin HPV adalah bentuk pencegahan primer sebelum terkena infeksi HPV. Sementara, pap smear adalah sebuah tes untuk mendeteksi kanker serviks pada leher rahim dan vagina.
Jika terinfeksi, pap smear bisa menjadi bentuk pencegahan dini sebelum penyakit berkembang. Dan apabila melakukan papsmear, dianjurkan minimal berusia 21 tahun. Sebab, di bawah usia tersebut risiko kanker serviks sangat kecil.
BACA JUGA: Wajib Tahu, Syarat Lengkap Mudik Lebaran Terbaru 2022
Featured image: Freepik
Share Article
COMMENTS