Sorry, we couldn't find any article matching ''
Tips Menjalani Hubungan dengan Pasangan yang Super Insecure
Menjadi orang yang insecure dan menghadapi pasangan yang insecure, sama-sama bisa draining the energy. Bagaimana supaya hubungan tetap langgeng?
Menjalani hubungan dengan pasangan yang super insecure bisa sangat melelahkan. Sehari-hari Anda mungkin diwajibkan buat laporan ke mana hari ini, dengan siapa, ngapain aja. Plus, menghadapi rasa cemburu, curiga, nggak percaya dari pasangan yang kurang berdasar. Emosi Anda bisa tersita habis-habisan, dan mungkin saja jadi banyak pertengkaran dalam pernikahan.
Menurut American Psychology Association (APA), insecurity adalah perasaan tidak mampu yang lahir dari rasa tidak percaya diri; yang bisa menyebabkan seseorang meragukan kemampuannya, naluri dan hubungannya dengan orang lain, sehingga sulit bagi Anda untuk percaya pada diri sendiri dan mempercayai orang lain.
Perlu diingat, pasangan Anda yang punya perasaan insecure pun juga tersiksa, lho. Insecurity bisa jadi emosi yang menyakitkan baginya, dan sulit untuk dia hadapi. Faktanya, perasaan insecure ini nggak terjadi begitu aja dalam diri pasangan. Tentu ada background yang nggak sepele hingga pasangan terbentuk menjadi pribadi yang super insecure.
Itu mengapa penting bagi Anda buat memahami apa penyebab pasangan insecure, supaya Anda bisa lebih berempati dan bisa lebih adem menanggapi sikap pasangan yang super insecure ini. Beberapa penyebab pasangan merasa insecure antara lain:
- Pernah mengalami hubungan yang nggak menyenangkan, bahkan menyakitkan.
- Rendah diri karena pernah dibully, direndahkan, disiksa (abusive experience baik di masa kecil maupun saat dewasa).
- Diabaikan atau sering mendapat perlakuan tidak wajar.
- Kecemasan sosial: merasa rendah diri dalam interaksi sosial seperti pesta, komunitas, lingkungan di kantor, dst juga bisa menumbuhkan perasaan insecure dalam hubungan.
- Perasaan takut ditolak.
Melansir Verywellmind, ketika pasangan Anda insecure, mereka nggak mampu mengendalikan pikiran atau sikap berikut:
- Sering mengecek keberadaan Anda, karena gelisah jika nggak tahu Anda di mana.
- Sulit percaya bahwa Anda akan tetap setia, dan selalu khawatir akan diselingkuhi.
- Merasa iri dengan orang-orang di sekitar mereka dan membenci orang lain yang dekat dengan mereka.
- Tidak bisa percaya kata-kata Anda dan selalu ingin memverifikasi apa yang Anda katakan.
- Merasa takut sewaktu-waktu hubungan Anda dengannya akan berakhir.
- Memancing pujian dan validasi untuk mencoba merasa lebih aman.
Baca juga: Awas Terjebak! Rasa Sayang atau Toxic Relationship?
Perasaan insecure dalam hubungan bisa berdampak buruk pada kesehatan mental pasangan dan juga hubungan Anda. Sebelum terlambat, coba terapkan strategi untuk mengatasinya dari Dr. Sabrina Romanoff, seorang psikolog klinis sekaligus Profesor di Yeshiva University yang menekuni masalah anxiety, depresi, isu hubungan dan terapi pasangan berikut.
Validasi perasaan pasangan
Pasangan butuh diakui perasaan insecurenya. Baginya, perasaan tidak aman itu nyata, dan ia pun sadar itu mengganggu ketenangan dirinya. Belajarlah memvalidasi perasaan pasangan, agar ia juga lebih mudah mengakui perasaannya. Setelah itu, minta ia mengidentifikasi hal-hal apa yang bisa memicu perasaan tidak amannya sehingga bisa mulai belajar mengatasi masalah dari pemicu tersebut.
Minta pasangan untuk terbuka
Mungkin saja pasangan jadi sungkan untuk terbuka, karena takut dibilang irasional, atau berlebihan. Undang pasangan untuk terlibat dalam komunikasi yang lebih terbuka tentang rasa tidak amannya, bagaimana perasaan itu muncul dalam hubungan Anda, baru Anda dan pasangan bisa mulai mengatasinya.
Jangan sangkal perasaannya
Alih-alih bilang: “Itu perasaan kamu aja,” atau melempar segudang pertanyaan: “Kenapa sih nggak percaya,” dll, dst, berusahalah untuk mendengarkan pasangan Anda dengan pikiran terbuka, sehingga Anda dapat memahami perspektif mereka juga.
Ungkapkan perasaan Anda juga
Biar bagaimanapun, perasaan insecure pasangan bakal berdampak pada mental Anda juga. Berbagi perasaan Anda dengan pasangan tanpa menyalahkan mereka diharapkan bisa membuat pasangan berempati juga pada perasaan Anda. Namun, hindari gunakan “You-message” yang bisa membuat pasangan makin terpojok. Pilih “I-message” untuk membangun komunikasi asertif.
Contoh:
Yes: “Saya terkadang stres karena…”, No: “Kamu tuh bikin aku stres!”
Yes: “Saya lelah dicurigai terus, saya ingin kamu belajar percaya saya…”, No: “Kamu nggak percayaan banget, sih?”
Yes: “Saya terganggu kamu bombardir dengan segudang pertanyaan setiap hari,” No: “Kamu parnoan bLOLanget, tau nggak?”
Minta pasangan membuat jurnal
Mungkin nggak selalu pasangan bisa terbuka pada Anda. Anjurkan pasangan untuk membuat jurnal supaya ia bisa menuliskan perasaan dan pemikirannya kapan saja ia merasa tidak aman. Latihan ini dapat membantunya mengidentifikasi situasi yang memicu rasa insecure. Bisa juga, Anda bikin jurnal berdua, ini bisa membantu membangun kepercayaan antara Anda dan pasangan.
Pertimbangkan untuk pergi ke terapis
Psikolog pernikahan yang ahli menangani masalah anxiety, depresi dan terapi pasangan punya perspektif yang terlatih untuk memahami sepenuhnya bagaimana masalah insecurity dengan dinamika yang lebih kompleks. Nggak perlu takut, ragu atau malu untuk meminta bantuan mereka demi kelangsungan hubungan yang lebih sehat dengan pasangan.
Baca juga:
Menikah dengan Pasangan yang Fatherless? Perhatikan 5 Hal Ini
Share Article
COMMENTS