Ibu Bekerja Usia 35 Tahunan, Nggak Perlu Insecure Kalau Mau Pindah Kerja

#MommiesWorkingIt

dewdew・20 Jan 2022

detail-thumb

Ini yang harus disiapkan ibu bekerja usia 35 tahunan supaya nggak merasa insecure, nggak merasa minder, dan clueless apa yang harus dikembangkan.

Bermula dari beberapa perbincangan tentang karir antar working mom alias ibu bekerja usia 35 tahunan, terkuaklah kalau ada sebagian dari mereka merasa insecure ketika ingin pindah kantor. Bahkan ada pula yang merasa untuk bisa dipromosi pun sulit. Semua dikarenakan para working mom ini memiliki ‘baggage’. Anak terutama. Jika working mom ingin mengembangkan karir, selalu tersandung kekhawatiran perusahaan kalau mereka tidak akan optimal karena pasti akan lebih mengutamakan keluarganya. Kalau kata Rosdiana Setyaningrum, MPsi, MHPE, sih, tidak ada alasan ibu bekerja tidak bisa berkembang. Berikut ini yang perlu dipersiapkan. 

Tentukan tujuan bekerja dan terima risikonya

Kalau memang tujuan dari seorang ibu bekerja adalah mengembangkan karir, ya, harus siap dengan segala risikonya. “Katakanlah begini, untuk menuju posisi yang dia inginkan,  ada training di luar kota yang harus ia ikuti, atau ia harus menghabiskan beberapa malam untuk lembur, ya, sudah lakukan saja. Namun pastikan support system mendukung untuk menjaga atau mengurus anak ketika ia sedang bekerja,” tutur Rosdiana. 

Tambah skill jika merasa kurang

Yang bikin ibu bekerja insecure itu seringkali juga karena nggak tahu apa yang harus dikembangkan. Apakah ada skill yang kurang? Kalau merasa kurang, berarti, ya, harus ditambah. Diskusikan dengan atasan kira-kira skill apa yang perlu dikembangkan. Dan tentukan juga cara memenuhi skill baru tersebut dengan realistis.  Karena nggak mungkin, kan, kalau ternyata skillnya yang kurang banyak, lalu yang banyak itu mau dikerjakan semua. 

Baca juga: Rekomendasi Sunscreen Lokal Untuk Ibu Bekerja Di Bawah 300 Ribu

Pastikan mental sehat

Ketika seorang ibu bekerja sehat secara mental, maka ia akan dengan mudah menentukan tujuan hidup, melakukan pekerjaan, mengembangkan skill, sekaligus mengurus keluarga, terutama anak. Kalau capek, sih, sudah pasti. Itu risiko. Siapa, sih, yang nggak capek? Jika mental sehat itu bisa didapat dari me time, ya, silakan saja. Nggak perlu merasa bersalah juga. Nggak yakin kalau mental kita sehat? Waktunya konsul dengan psikolog atau psikiater. Dengan berkonsultasi pada ahlinya, kita jadi bisa tahu, insecure kita itu berasal dari ketidaktahuan kita akan skill yang perlu dikembangkan, dari rasa bersalah, atau memang insecure itu berasal dari personality yang sudah ada bertahun-tahun lalu.

Siapkan anak untuk mandiri

Saat anak terlalu clingy dan nggak bisa lepas dari kita, menurut Rosdiana, style parenting kita harus di-review. Bisa jadi memang ibunya yang nggak siap kalau anaknya bisa ngapa-ngapain sendiri. Kalau anak kelas 4 SD belum bisa mengoles selai sendiri ke rotinya ketika sarapan, tentu ada yang salah di situ. Anak mandiri jelas memudahkan ibu bekerja. Bagaimana ibu bekerja bisa mengembangkan skill kalau anaknya ‘gelendotan’ terus-terusan. Dekat dengan anak itu harus, tapi nggak mesti sampai bikin mereka nggak mandiri, kan?

Siapkan support system

Kita hidup di dunia itu nggak bisa sendirian. Nggak perlu harus jadi super woman yang bisa ina inu mengerjakan semuanya sekaligus, kok. Bahkan stay-at-home-mom juga punya support system, lho. Silakan diskusikan dengan pasangan, support system seperti apa yang dibutuhkan ketika suami istri bekerja. Apakah itu artinya anak harus dititipkan di daycare, atau lebih mudah jika menyewa jasa baby sitter, atau bahkan merasa lebih aman memercayakan si kecil pada nenek kakeknya?

Menurut mbak Rosdiana ketika seorang ibu bekerja merasa bingung saat ingin pindah kerja, ingin mulai bekerja kembali setelah sekian lama berhenti, atau sekadar ingin mengembangkan skill, yang harus cepat disadari adalah segala pilihan ada risikonya. Apa yang kita putuskan hari ini, yang kita pilih saat ini, adalah yang terbaik untuk saat ini juga. Nggak perlu khawatir dan nggak perlu merasa bersalah juga. 

Baca juga: Working Mom Burnout: Tanda-Tanda Dan Cara Mengatasinya

Photo by Avel Chuklanov on Unsplash