Marah adalah emosi alami manusia tapi mengatur manajemen kemarahan itu yang sulit, terutama saat marah kepada anak. Jangan asal marah, ya!
Menjadi orang yang sabar itu bagus tapi ketika Anda perlu marah untuk menyelesaikan sesuatu atau membela apa yang Anda yakini benar, maka marahlah. Merasa marah dan mengelola kemarahan dengan cara yang positif dan sehat juga akan menjadi contoh yang baik bagi anak-anak. Misalnya, ketika Anda marah, lalu menarik napas dalam-dalam atau berjalan menjauh daripada meledak, Anda menunjukkan kepada anak-anak bahwa marah pun ada etikanya.
Kemarahan bisa menjadi negatif, jika sering terjadi atau tidak terkendali. Kehilangan kesabaran saat marah dapat memperburuk masalah dan menyebabkan konflik dengan orang lain. Namun ketika Anda memberi waktu untuk menenangkan diri, Anda terhindar dari mengatakan atau melakukan hal-hal yang nantinya disesali. Selain itu, anak-anak perlu tumbuh dan berkembang di lingkungan yang aman dan terlindungi. Jadi, berada di lingkungan dengan banyak konflik dan teriakan tidak baik untuk mereka.
BACA JUGA: 7 Hal Wajib untuk Ortu Agar Anak Mampu Kelola Marah dengan Baik
Membesarkan anak adalah pekerjaan besar dan penting. Pekerjaan ini menuntut orang tua bisa berlaku seimbang (dan ini memang sulit) terhadap banyak hal seperti pekerjaan, waktu untuk keluarga, urusan rumah tangga, kegiatan anak-anak, dan kegiatan sosial. Ketika Anda punya banyak tugas tapi waktu dan tenaganya terbatas, Anda mudah kehilangan kesabaran dan marah ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencana.
Terkadang Anda mungkin kesal kepada pasangan dan kalian berdua nggak menemukan kesepakatan dalam mendidik dan mendisiplin anak-anak. Ketidaksepakatan semacam ini dapat menyebabkan konflik, terutama jika Anda merasa diremehkan atau tidak didukung.
Terkadang, kemarahan atau frustrasi yang dirasakan anak-anak juga dapat membuat orang tua merasa marah. Dan faktor-faktor lain yang bisa membuat Anda cenderung mudah marah adalah stres di tempat kerja, kesulitan keuangan, kurang tidur dan tidak cukup waktu untuk diri sendiri. Ngobrol dengan teman atau ahli kesehatan mental dapat membantu Anda.
Nah, saat mengenali tanda-tanda kemarahan, Anda seperti diberi pilihan: membiarkan amarah yang mengendalikan Anda atau sebaliknya, Anda yang mengendalikan amarah. Berikut ini sinyal-sinyalnya:
Punya pikiran negatif wajar ketika kita sedang marah dan itu justru bisa membuat situasi semakin buruk. Misalnya, Anda mungkin mengalami hari yang berat di tempat kerja dan merasa stres. Ketika Anda menjemput anak-anak dari sekolah, mereka mulai berdebat di kursi belakang, membuat Anda frustrasi. Begitu sampai di rumah, mereka nggak meletakkan sepatu di tempatnya dan membiarkan barang-barang mereka berantakan di lantai sehingga Anda semakin marah, membuat Anda punya pikiran buruk seperti ini:
Jika pikiran seperti ini mulai berkelebat di benak Anda, segera hentikan dan lakukan sesuatu untuk menenangkan diri sebelum Anda kehilangan kesabaran dan meledak dengan kemarahan.
BACA JUGA: 10 Jenis Kemarahan, Mana yang Sering Anda Rasakan?
Dikutip dari Raising Children, berikut beberapa tips manajemen kemarahan yang bisa mulai Anda terapkan dalam pengasuhan anak!
Sumber gambar: Freepik
Langkah pertama untuk mengelola kemarahan Anda adalah dengan memerhatikan tanda-tanda awal. Penting untuk mengetahui dan mengatakan bahwa Anda marah kepada diri Anda sendiri. Misalnya, ‘Ini bikin saya marah’ atau ‘Saya tahu saya akan marah’.
Setelah Anda mengenali tanda-tanda awal kemarahan, lakukan beberapa hal untuk mulai menenangkan diri, terutama jika kondisi tidak memungkinkan Anda menjauh dari anak Anda:
Jika Anda dapat menjauh sebentar dari anak-anak, silakan coba beberapa cara ini:
Sebelumnya, pastikan anak-anak berada di tempat yang aman sebelum Anda pergi agak jauh atau Anda bisa meminta tolong seseorang untuk mengawasi anak Anda selama beberapa menit.
Nah, tanda-tanda bahwa Anda sudah tenang adalah detak jantung mulai melambat dan otot-otot Anda lebih rileks.
Jika merasa sudah tenang, mungkin ada baiknya Anda merenungkan apa yang baru saja terjadi. Ini dapat membantu Anda belajar dari pengalaman dan tahu bagaimana menangani situasi serupa dengan lebih baik di masa depan. Tanyakan ini:
Mommies, nggak apa-apa jika Anda merasa marah tapi yang jangan sampai dilakukan saat Mommies marah adalah berteriak-teriak dan memaki-maki, menyakiti perasaan orang terutama anak-anak Anda. Jika ingin minta maaf, jangan minta maaf karena Anda marah, tapi minta maaflah karena Anda kehilangan kesabaran atau telah berteriak. Dengan begitu, anak-anak akan tahu bahwa tak apa-apa jika sesekali merasa marah, tapi yang lebih penting adalah tahu cara yang lebih sehat untuk menangani rasa marah.
Akan selalu ada saat-saat ketika Anda tidak mengelola kemarahan dengan baik, berteriak atau mengatakan sesuatu lalu Anda sesali. Ketika ini terjadi, ada baiknya untuk meluangkan waktu memikirkan apa yang harus dikatakan kepada anak-anak atau pasangan Anda. Coba beberapa ide ini:
BACA JUGA: Mengelola Kemarahan dengan Mindful, Gimana Caranya?