banner-detik
SELF

10 Jenis Kemarahan, Mana yang Sering Anda Rasakan?

author

Ficky Yusrini20 May 2021

10 Jenis Kemarahan, Mana yang Sering Anda Rasakan?

Setiap orang pernah marah, orang tersabar sekalipun. Kalau tak pernah, justru ada yang tidak normal. Yuk, diintip, dari 10 jenis kemarahan berikut ini, mana yang sering Anda rasakan?

Kemarahan sering kali mendatangkan masalah. Marah, yang kebablasan, membuat kita melakukan hal-hal yang tidak terkontrol, yang pada akhirnya membuat kita menyesal. Jangan sampai kita menjadi orang yang viral (masuk Lambe Turah), karena marah-marah. Kemarahan ibarat nilai ulangan, dari skala 1-10, dari satu ekstrem ke ekstrem lain.

Penyebab kemarahan juga bisa beda-beda. Ada yang karena hal remeh saja, marahnya macam perang revolusi. ‘Senggol bacok’ kalau kata netizen. Ada yang dizalimi sedemikian rupa, tetap adem ayem. Jadi sebetulnya bukan untuk dicari penyebab datangnya amarah, tapi penting untuk mengenali tinggi rendahnya gejolak amarah yang dirasakan dan bagaimana respons kita atas perasaan tersebut.

Baca juga: Menangis Itu Penting demi Kesehatan Mental

Inilah 10 jenis kemarahan -sebagaimana merujuk pada website Modern Therapy Online- yang perlu dikenali dan diwaspadai.

Tegas

Saat hak dan martabat kita dirampas, adalah wajar jika kita marah. Kemarahan yang tegas ditunjukkan dengan efektif, tanpa mengabaikan hak orang lain, untuk mengingatkan orang lain tanpa menyebabkan keributan. Mereka yang mampu menyampaikan kemarahan dengan elegan dan tegas, biasanya justru mendapat respek dari orang lain. Masa ‘diinjak-injak’, Anda diam saja.

Perilaku

‘Sudah bawaan’ kata orang. Dasarnya pemarah, tidak boleh ada hal yang bikin tersinggung, kecolek sedikit langsung ‘nyolot’. Masalahnya orang lain belum tentu sengaja berbuat salah. Suasana hatinya yang buruk dan mudah berprasangka membuatnya selalu menafsirkan segala sesuatu dari sudut pandang negatif.

Kronis

Haters will always hate. Mau dibaikin kayak gimana, tetap saja salah, itu namanya kemarahan kronis. Seringkali kalau ditanya alasannya kenapa, tidak bisa jawab. Pokoknya benci, titik. Bukan hanya dengan orang tertentu, kemarahan kronis bisa juga ditujukan untuk diri sendiri, yang berdampak pada rendahnya kepercayaan diri dan perasaan bersalah yang susah hilang.

Penuh Penghakiman

Mengungkapkan kemarahan dengan cara mengumpulkan segenap daya upaya untuk merendahkan orang yang membuat kita marah. Kalau perlu, dihina di depan umum. Barulah, rasanya puas.

Berlebihan

Marah karena impuls yang tidak terkendali yang terjadi ketika Anda merasa bahwa suatu situasi berada di luar kendali kita, mengakibatkan perasaan putus asa dan frustrasi. Marah jenis ini terjadi karena ketidakmampuan mengelola amarah. Bisa jadi terakumulasi, sehingga sewaktu-waktu bisa meledak. Efeknya tentu jadi bumerang, bisa muncul kekerasan, mengancam orang lain atau diri sendiri. Bahayanya lagi, jika letupan marah ini terabadikan di TikTok.

Baca juga: Surat Untuk Mamaku yang Toxic

Pasif Agresif

Jenis kemarahan yang ketika kita marah pada seseorang, dengan alasan tertentu, kita menolak untuk frontal mengatakannya. Akhirnya, ngedumel dan muncul lewat sikap kita terhadap orang tersebut, lewat gerundelan di belakang, nyinyiran atau sindiran. Amarah pasif agresif biasanya disebabkan karena kita tidak mampu menangani masalah dengan cara yang lebih terbuka dan tepat.

Balas Dendam

Kemarahan ini biasanya merupakan respons naluriah saat mendapat serangan dari orang lain. Hanya saja, bukannya memaafkan dan menyelesaikan dengan damai, Anda menganggap perlu untuk menyamakan skor dan memberi pelajaran pada pelaku. Damai berarti kekalahan telak buat Anda.

Menyalahkan Diri Sendiri

Marah yang tidak diungkapkan kepada orang yang membuat marah, tapi justru ditujukan ke diri sendiri. Rasa frustasi membuat Anda merasa tidak berharga, dan mungkin menginternalisasi perasaan itu melalui negative selftalk, menyakiti diri sendiri, terjerumus ke gaya hidup tidak sehat dan perilaku destruktif lainnya.

Lisan

Mengekspresikan kemarahan lewat cara verbal, bisa berupa teriakan, ancaman, ejekan, omelan, serangan verbal, atau kritikan pedas. Tujuannya untuk menyakiti dan pilihan kata-kata sengaja dibuat emosional. Intinya, tidak melibatkan kekerasan fisik sama sekali, tapi bisa sama tajamnya dengan pisau.

Labil

Kemarahan yang mudah menguap seperti marahnya anak kecil. Gampang marah, berantem sampai drama, gampang juga lupa. Tempo-tempo impulsif, sehabis itu amnesia dengan marahnya.

Photo by Raychan on Unsplash

Share Article

author

Ficky Yusrini

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan