banner-detik
DAD'S CORNER

Hai Para Suami, KB Tak Hanya Kewajiban Istri, Lho!

author

Ficky Yusrini29 Jun 2021

Hai Para Suami, KB Tak Hanya Kewajiban Istri, Lho!

Penggunaan kontrasepsi penting untuk mencegah Anda para ayah menjadi ayah dadakan tanpa persiapan. Jadi, alasan besar agar Anda pun perlu turut berperan.

KB identik dengan alat kontrasepsi. Identik lagi dengan perempuan sebagai pengguna. Sebetulnya, yang pertama kali perlu disadari saat membahas tentang KB adalah tujuannya dulu. Kenapa perlu ber-KB? KB atau perencanaan keluarga (family planning) seperti namanya, adalah tentang merencanakan, menjaga jarak kehamilan, dan mengendalikan jumlah kelahiran.

Di Indonesia kasus kekurangan gizi pada anak atau stunting masih sangat tinggi, mencapai 27 persen. KB juga mampu mencegah risiko kematian ibu dan kematian bayi serta anak. Belum lagi, tanpa ada pengendalian, akan terjadi ledakan populasi, bonus demografi di tahun 2025. Di Indonesia, angka ketergantungannya 46, artinya, 100 orang produktif menanggung 46 orang tidak produktif, di antaranya anak-anak dan lansia.

Sayangnya, menurut data dari Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), pria belum banyak mengambil peran. Pria pengguna kontrasepsi berupa kondom jumlahnya hanya sebesar 2,5% dan pria yang melakukan vasektomi hanya sebesar 0,2%. Ada ketimpangan di sini, bukankah perempuan juga memiliki hak reproduksi dan kesetaraan gender yang sama dengan pria? Bukankah pria juga memiliki kewajiban yang sama dengan perempuan dalam tanggung jawab kesehatan dan kesejahteraan keluarga?

Ketimpangan Infrastuktur

Di dunia ini, terdapat lebih dari 10 metode kontrasepsi modern yang bisa digunakan perempuan. Ada metode suntik, plester yang ditempelkan di kulit, cincin yang dimasukkan ke dalam vagina, kondom untuk perempuan, IUD, KB implan yang dipasang di bawah jaringan kulit lengan, dan sebagainya. Belum lagi, pil kontrasepsi oral, jenisnya bisa bermacam-macam. Namun metode kontrasepsi untuk pria hanya ada dua pilihan: vasektomi dan kondom. Keduanya memiliki keterbatasan.

Vasektomi, hanya cocok untuk keluarga yang yakin mereka tidak menginginkan anak lagi, dan memerlukan prosedur bedah kecil. Ini pun biasanya dokter akan mengajukan pertanyaan berulang kali dan memberi waktu pada pasangan agar berpikir masak-masak. Prosedur ini juga hanya tersedia di tempat-tempat tertentu.

Baca juga: Hal-hal yang Ingin Disiapkan Saat Pria Ingin Vasektomi

Begitu pula kondom. Selain harus dibeli dengan harga yang lumayan mahal untuk ukuran keluarga sederhana, pemakaiannya pun tidak praktis. Belum lagi efektivitasnya, tidak bisa menjamin 100%. Selama ini juga masih ada stigma penggunaan kondom mengurangi kepuasan seksual. Maka, tidak heran jika program-program KB cenderung berorientasi pada perempuan.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Apabila Anda-Anda para suami ingin berperan dalam kesetaraan gender, mendukung kesehatan istri dan anak yang akan dilahirkan nanti, ikut meningkatkan kesejahteraan keluarga, serta secara lebih luas lagi, turut berperan mendukung negara dalam mengendalikan bonus demografi, ini adalah beberapa hal konstruktif yang bisa Anda lakukan.

1) Menjadi pasangan suportif. Dukung otonomi dan hak pasangan dalam memilih metode kontrasepsi yang nyaman untuk tubuhnya.

2) Gunakan kontrasepsi sendiri. Singkirkan stigma tentang kontrasepsi pria, seperti berkurangnya kenikmatan seksual maupun alasan kepraktisan. Perlu ada perubahan mindset terlebih dahulu bahwa kontrasepsi tidak memengaruhi aktivitas seksual dan dukungan serta peran pria sangat penting bagi kesehatan reproduksi pasangan.

Pilihannya, yang minim risiko, masih antara kondom dan vasektomi. Selain vasektomi konvensional yang sering kita kenal sekarang, ada pula vasektomi tanpa pisau bedah. Dokter akan membuat lubang pada kulit skrotum kemudian saluran vas deferens akan diikat atau disegel tanpa sayatan dan jahitan. Vasektomi tidak akan membuat Anda lemah atau impoten.

Sejak beberapa tahun lalu mulai tersedia kontrasepsi hormonal untuk pria. Akan tetapi hingga saat ini masih dalam tahap uji klinis. Menurut Logan Nickels, PhD, direktur penelitian Inisiatif Kontrasepsi Pria, masih harus diteliti bagaimana membuat efektivitas pil bisa bertahan lebih lama. Kendala lain adalah bagaimana menentukan tingkat produksi sperma agar tidak menjadi turun,” ujarnya. Kenapa riset pil ini tampaknya berjalan sangat lamban? Menurut Logan, belum ada mitra perusahaan farmasi yang mau membantu membiayai penelitian sebab ada kekhawatiran metode pengendalian kelahiran tersebut menghadapi proses gugatan hukum dari publik.

Baca juga: 3 Pilihan Kontrasepsi Untuk Pria

3) Menjadi ‘influencer’ yang mengampanyekan keterlibatan pria pada kesehatan keluarga. Baik itu Anda sebagai pembuat kebijakan, sebagai profesional di dunia karier, maupun tokoh masyarakat, Anda bisa memengaruhi para pria lainnya untuk mau terbuka dan membicarakan kesehatan reproduksi keluarga.

Photo by Dainis Graveris on Unsplash

Share Article

author

Ficky Yusrini

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan