Kenalan dengan Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser atau sindrom MRKH yang juga dikenal dengan nama lain Agenesis Vagina.
Sindrom yang dinamai dari August Franz Joseph Karl Mayer, Carl Freiherr von Rokitansky, Hermann Küster, dan G. A. Hauser) adalah kondisi kelainan bawaan ketika seorang perempuan lahir tanpa uterus dan vagina tapi memiliki tuba fallopi dan ovarium. Atau lahir dengan uterus dan vagina namun tidak berkembang normal. Ini adalah jenis vaginal agenesis yang paling umum. Kata agenesis diambil dari bahasa Latin yang artinya “tidak berkembang”. Jadi, vaginal agenesis bermakna vagina tidak berkembang.
Wanita yang memiliki sindrom ini tidak bisa mengalami datang bulan dan memiliki anak. Pertama kali diketahui pada tahun 1829. Namun bukti historis menunjukkan sindrom ini sudah ada sejak tahun 460 Sebelum Masehi.
Image dari sini
Wanita dengan sindrom ini punya genitalia eksternal normal tapi bagian internalnya abnormal. Mereka mungkin memiliki lubang vagina yang dalamnya hanya 1-3 cm. Karena secara fisik terlihat normal (hanya memiliki kelainan genital), seseorang baru tau bahwa ia mengidap sindrom MRKH saat tidak bisa mengalami menstruasi atau gagal saat melakukan hubungan seks melalui vagina. Jarang terjadi namun ada kasus penderita juga memiliki ginjal, saluran kemih, kerangka, dan jantung yang tidak normal.
Beberapa nama lain untuk sindrom MRKH:
• Agenesis vagina
• Agenesis Müllerian
• Absen Kongenital rahim dan vagina
• Aplasia Müllerian
• Sindrom Küster
• Sindrom telinga ginjal genital
• Sindrom Rokitansky Kuster Hauser
Kelainan ini dikaitkan dengan abnormalitas genetik, yang terjadi pada sistem reproduksi wanita. Terjadi akibat pola kromosom 46, XX sehingga menyebabkan tidak berkembangnya uterus dan vagina meskipun pengidap sindrom MRKH memiliki fungsi ovarium yang normal.
Tipe yang paling dikenal adalah Tipe 1. Penderita sindrom MRKH Tipe 1 biasanya memiliki rahim dan vagina yang tersumbat atau hilang namun memiliki saluran tuba yang normal dan tidak memiliki gejala lain dari sindrom ini.
Ada juga MRKH Tipe II atau MURCS (singkatan dari Mullerian duct aplasia, Renal dysplasia, dan Cervical somite anomalies). Selain memiliki masalah vagina dan rahim, individu dengan MRKH Tipe II mungkin juga mengalami kerusakan pada ginjal dan sistem muskulokeletal, penurunan pendengaran ringan, dan kelainan jantung. Lebih dari setengah wanita dengan sindrom MRKH mengidap Tipe II.
Untuk penanganan lebih lanjut, perlu dilakukan beberapa tes seperti MRI, USG, pemeriksaaan darah, dan pemeriksaan ginjal. Tes yang menyeluruh bisa membantu mendiagnosis apakah ada sistem organ lain yang terpengaruh oleh sindrom MRKH.
BACA JUGA: FIBROID RAHIM, TUMOR JINAK YANG ADA DI RAHIM
Sindrom MRKH dapat diobati baik melalui pembedahan maupun non-pembedahan. Untuk perawatan non-bedah akan dilasi yang tujuannya merenggangkan otot dan menciptakan saluran vagina dengan mengunakan dilator. Cara ini memungkinkan penderita melakukan hubungan intim. Apabila perawatan ini tidak berhasil, disarankan melakukan Vecchietti Procedure (laparoskopi), McIndoe Procedure, atau Vaginoplasty.
Wanita yang terlahir tanpa rahim dan sebagian besar vagina, bisa merasa rendah diri. Maka selain pengobatan (bedah atau non-bedah), dukungan dari keluarga dan para sahabat sangat penting. Inilah alasan para pengidap sindrom MRKH butuh terapi untuk mengedukasi dan mengubah cara pandang para pengidap untuk bisa menerima dan mencintai diri sendiri. Meski tak memiliki organ kewanitaan yang lengkap, jangan menganggap diri bukan wanita seutuhnya.
Meski tidak bisa hamil, penderita sindrom MRKH dapat memilih cara transplantasi rahim, menggunakan surrogate pregnancy/ surrogate mother (kondisi indung telur, yakni organ yang menghasilkan telur atau ovum pada wanita yang tidak punya rahim masih bisa berfungsi dengan baik), atau melalui proses adopsi.
BACA JUGA: FAKTA-FAKTA TENTANG BLUEBALLS, RASA NGILU PADA TESTIS
Photo by Molly Blackbird on Unsplash