banner-detik
PHYSICAL WELLNESS

Tentang Fibroid Rahim (Miom), Tumor Jinak yang Tumbuh di Rahim

author

RachelKaloh14 Jun 2021

Tentang Fibroid Rahim (Miom), Tumor Jinak yang Tumbuh di Rahim

Seberapa berbahayakah fibroid rahim atau yang biasa dikenal dengan sebutan miom?

Fibroid uterine atau fibroid rahim merupakan benjolan atau tumor jinak yang tumbuh di rahim, yang lebih umum dikenal dengan sebutan miom. Massa yang berupa benjolan tersebut sifatnya non-kanker, letaknya bisa di dalam maupun di luar rahim. Ukurannya juga bervariasi, ada yang sangat kecil sehingga tidak bisa terdeteksi oleh mata sampai yang berukuran besar yang dapat menekan dan memperbesar rahim. Meski massa ini non-kanker, apa saja pengaruhnya terhadap kesehatan wanita?

Faktor penyebab dan risiko

Dilansir Mayo Clinic, penyebab fibroid rahim kemungkinan adalah 2 faktor, yakni faktor hormonal yang dipicu fluktuasi kadar estrogen dan progesteron dan faktor genetics atau garis keturunan. 

Menurut Detikhealth, 50% perempuan di dunia diperkirakan memiliki miom dan 20% di antaranya membutuhkan tindakan medis. Fibroid rahim ini kebanyakan dialami di usia 40 tahun ke atas. Pada wanita yang mengalami menstruasi pertama sebelum usia 10 tahun, risiko terjadinya lebih tinggi. Selain itu, berat badan juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya fibroid rahim. Sebuah studi menyebutkan bahwa setiap kenaikan 10 kg berat badan, kemungkinan terjadinya miom pun meningkat sebesar 21%. Namun, wanita yang sudah memiliki anak cenderung lebih jarang mengalami mioma. 

Gejala fibroid rahim

Gejalanya sendiri, tergantung pada jumlah, ukuran, dan lokasi. Namun, umumnya, seseorang yang mengalami fibroid rahim dapat mengalami gejala, seperti:

  • Menstruasi yang berkepanjangan.
  • Keluar darah yang menggumpal dari vagina.
  • Anemia atau jumlah sel darah merahnya rendah.
  • Perdarahan antar periode.
  • Dispareunia atau nyeri saat berhubungan intim.
  • Sering buang air kecil karena tekanan massa pada kandung kemih.
  • Sakit atau terasa ada tekanan di perut bagian bawah atau punggung bawah.
  • Oleh karena itu, bila mengalami salah satu dari gejala di atas, ada baiknya kita segera lakukan pengecekan oleh dokter. 

    Komplikasi yang bisa terjadi

    Pada seseorang yang mengalami mioma, kemungkinan mioma tersebut berkembang menjadi ganas memang kecil. Namun, menurut tinjauan dr. Verury Verona Handayani dari Halodoc, fibroid rahim ini bisa tumbuh menjadi besar sehingga pengidap terlihat seperti sedang hamil. Pada beberapa kasus, fibroid pada dinding rahim maupun di dalam rahim ini dapat menyebabkan perdarahan yang menyebabkan rasa sakit.

    Pada kasus fibroid yang berkembang selama kehamilan dapat menyebabkan sejumlah komplikasi selama kehamilan, salah satunya membuat plasenta janin kekurangan oksigen. Tumor tersebut juga bisa menggeser posisi janin dan menyebabkan ibu sulit untuk melahirkan secara normal. Pada kebanyakan kasus, janin masih bisa berkembang secara normal meski saat itu ibu sedang mengalami mioma, tetapi tumor akan tumbuh lebih cepat selama masa kehamilan. 

    Pengaruhnya terhadap kesehatan wanita

    Menurut Ahli Fertilitas dan Endokrinologi Fertilitas, dr. F. C. Christofani Ekapatria, SpOG-KFER dari Siloam Hospitals Lippo Village, ada empat gejala yang merupakan ciri perempuan mengidap miom. Salah satunya adalah infertilitas atau kesulitan untuk hamil. 

    Sementara, bila miom timbul di dalam rongga rahim dan dialami oleh ibu ketika hamil, akan ada risiko pascapersalinan berupa perdarahan yang mengganggu rahim untuk berkontraksi.

    Apa yang bisa perempuan lakukan

    Dr. Christofani mengungkapkan hal yang dapat dilakukan perempuan terkait miom, yaitu melakukan deteksi dini. Perempuan perlu berkonsultasi dengan dokter minimal sekali dalam 1 sampai 2 tahun. Menurutnya, hal ini merupakan salah satu cara untuk mencintai diri sendiri. “Saya sering dapat pasien yang kalau ditanya, kapan terakhir konsultasi ke dokter? Jawabannya lupa!”

    Pap smear USG bisa 1-2 tahun sekali, tapi dilakukan setiap ulang tahun, supaya kita tidak lupa untuk rutin melakukannya. “Bisa USG Abdomen, bisa juga USG Transvaginal”, jelas dr. Christofani. Hal ini perlu mengingat banyak kasus yang tidak menunjukkan gejala.

    Baca juga:

    10 Fakta Bau Vagina, Mana yang Perlu Dikhawatirkan?

    Mengenal Histeroskopi, Diagnosa Kelainan pada Rahim yang Minim Risiko

    Share Article

    author

    RachelKaloh

    Ibu 2 anak yang hari-harinya disibukkan dengan menulis artikel dan content di media digital dan selalu rindu menjalani hobinya, menjahit.


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan