Untuk orang tua, sudahkah mengajarkan anak mengenai ciri-ciri hubungan yang sehat, agar kelak mereka terhindar dari hubungan yang toxic, sebagai korban atau pelaku?
Dua hari ini jagad Twitter dan Instagram ramai membahas mengenai toxic-nya hubungan antara dua influencer muda, GM dan LA. Seperti apa toxic-nya? Dari berita-berita yang saya baca dan simpulkan, pertama, LA dan GM mengalami kecelakaan parah sehingga membuat LA terbaring berbulan-bulan di rumah sakit dan mengalami kelumpuhan. Penyebabanya? Karena GM mengemudi di bawah pengaruh minuman keras. Berikutnya, fakta lainnya mengenai si laki-laki yaitu GM yang menggunakan uang simpanan perempuannya.
Dari sini, kita semakin paham bahwa namanya toxic relationship itu tidak selalu terlihat di social media. Wih, kalau lihat postingan social medianya, sungguh sangat harmonis. Ternyata, fakta yang ada di balik setiap foto dan caption tidak selalu sama, kan :).
Bicara tentang toxic relationship, seberapa sering kita membahas mengenai toxic relationship? Tanda-tandanya, cara menghindarinya, cara keluarnya. Tapi, pernah nggak kita membahas "lawan'-nya Toxic Relationship, alias seperti apa ciri hubungan yang sehat? Setidaknya, ini bisa menjadi pondasi untuk anak-anak kita kelak menciptakan sebuah hubungan. Hubungan yang sehat.
Baca juga: Ketika Anak Terjebak Toxic Relationship
Kalau menurut mbak Vera Itabiliana, Psikolog Anak dan Remaja, ciri hubungan yang sehat itu cukup dengan mengingat 3S. Apa itu 3S?
Tidak ada tindakan menyakiti atau abusive dan tidak mengganggu kesehatan fisik satu sama lain. Mungkin kalau memukul, jelas itu menyakiti, namun kayak memaksa pasangan berbicara hingga larut malam sehingga jadi kurang tidur pun itu sudag masuk kegiatan yang tidak sehat secara fisik, lho! Nah, hal-hal sepele seperti ini, kita wajib ingatkan ke anak-anak kita.
Tidak posesif terhadap pasangan. Jangan menjadi pasangan selalu ingin tahu di mana pasangan berada, sedang apa, bersama siapa saja, menuntut pasangan harus lapor setiap jam, dan sejenisnya. Pastikan bahwa hubungan yang dijalani membuat kita bahagia, tenang dan nyaman!
Menjalani sebuah hubungan yang mampu menjaga kesehatan seksual masing-masing. Menurut mbak Vera ini artinya tidak ada seks bebas. Nah, kalau buat saya pribadi, ini kembali kepada value parenting keluarga masing-masing. Mungkiiiin, ada orangtua yang memilih untuk mengajarkan anaknya mengenai seks bertanggung jawab alias seks yang aman. Nah, semua kembali kepada nilai-nilai yang dianut oleh keluarga masing-masing.
Sebelum kita memastikan bahwa anak-anak kita paham tentang seperti apa hubungan yang sehat, pastikan bahwa diri kita sendiri pun juga menjalani hubungan yang sehat. Sudahkah?
Follow us on Instagram