Pulse oximeter banyak dibeli orang di saat pandemi karena bisa mengukur saturasi oksigen. Bagaimana cara menggunakan oximeter yang benar agar hasilnya akurat?
Alat yang berguna untuk mengukur saturasi oksigen dalam sel darah merah dan detak jantung. Alat ini mengukur oksigen yang terjauh dari jantung seperti jari tangan atau jari kaki lewat sinar merah yang masuk ke dalam darah lewat jari.
Dulu, alatnya ini hanya tersedia di rumah sakit namun karena banyak orang yang harus isolasi di rumah karena Covid-19, kini marketplace pun banyak menjual alat ini mulai dari harga Rp 70ribuan hingga Rp 800ribuan untuk penggunaan di rumah.
Saturasi oksigen dalam darah untuk deteksi awal Happy Hypoxia atau kehilangan oksigen dalam darah meski tidak terasa sesak.
Baca di sini: Happy Hipoxia, Gejala Covid-19 yang Tidak Terlihat Namun Sangat Berbahaya
Menurut dr Adria Rusli, SpP(K) dari Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso dilansir detikHealth, penggunaan pulse oximeter di jari memberikan gambaran terkait kondisi di dalam jaringan seseorang. Namun, untuk mendeteksi kadar oksigen di dalam darah tidak bisa menggunakan pulse oximeter karena harus tes darah lengkap menggunakan analisa gas darah (AGD).
Pada layar oximeter, tertera dua angka dengan arti yang berbeda. Angka yang ditandai dengan %SpO2 menunjukkan saturasi oksigen dalam darah, sedangkan angka yang tertera sebagai huruf HR (heart rate) menunjukkan jumlah denyut nadi atau detak jantung Anda.
Baca di sini: 5 Rekomendasi Oximeter yang Akurat dan Berkualitas
Alat ini dijepit di jari tangan (bisa juga daun telinga) karena tangan adalah bagian tubuh yang terjauh dari jantung. Hati-hati pada penggunaan cat kuku atau tato di tangan karena bisa mempengaruhi hasilnya.
Dilansir Mayo Clinic, angka normal untuk orang sehat itu antara 95% hinggal 100%, di bawah 90% artinya masih terlalu rendah. Kebanyakan pasien Covid-19 masuk rumah sakit dengan kadar oksigen di bawah 50% atau bahkan lebih rendah lagi.
Berdasarkan Detik Health, saat menggunakan oximeter, perhatikan beberapa hal ini:
Pewarna kuku dapat mempengaruhi efektivitas kerja oximeter. Pasalnya, warna dari cat kuku dapat menyerap cahaya yang dipancarkan oleh oximeter, sehingga mengganggu pendeteksian saturasi oksigen dalam darah.
Jangan banyak bergerak ketika menggunakan oximeter, karena ini bisa mempengaruhi hasil pendeteksiannya. Pasalnya, bentuk gelombang yang dideteksi akan menjadi tidak menentu dan hasilnya menjadi tidak akurat.
Terakhir, paparan cahaya secara berlebihan saat menggunakan oximeter juga bisa menyebabkan hasil yang tidak akurat. Oleh karena itu, sebaiknya oximeter digunakan dalam keadaan minim cahaya agar dapat bekerja maksimal.
Cukup akurat dan bisa dipertimbangkan untuk dibeli terutama jika mommies sudah positif Covid-19 namun tanpa gejala atau gejala ringan. Pulse oximeter bisa membantu sebagai alat untuk memantau gejalanya, selain tentu harus juga memperhatikan gejala lain seperti batuk, sesak nafas atau demam.
Jangan lupa konsultasikan pada dokter ya!