Kupas Tuntas Vaksin Covid-19 Sinovac yang Dipakai di Indonesia

Self

?author?・09 Dec 2020

detail-thumb

6  fakta yang wajib mommies tahu seputar vaksin Covid-19 Sinovac

Vaksin Covid-19 buatan Sinovac dari China telah tiba di Indonesia pada Minggu, 6 Desember 2020. Presiden Joko Widodo memantau langsung pendaratan vaksin tersebut di bandara Soekarno-Hatta.

Tak bisa dimungkiri, mendengar kata “vaksin Covid-19” mommies, saya dan juga masyarakat Indonesia seperti punya secercah harapan - akan punahnya era pandemi dari tanah air tercinta. Atau minimal, masyarakat Indonesia bisa mendapat perlindungan imun dari Sinovac.

Baca juga: Menghindari Virus Corona Masuk ke Dalam Rumah

Sebelum vaksin Sinovac disuntikkan ke badan mommies, ada baiknya kita telusuri dulu enam fakta tentang vaksin yang sudah ditunggu-tunggu kehadirannya oleh ratusan juta orang di Indonesia. 

1. Vaksin Sinovac adalah vaksin berjenis inactivated vaccine 

Secara singkat inactivated vaccine adalah vaksin menggunakan versi lemah atau inaktivasi dari virus untuk memancing respons imun. Vaksin inactivated memerlukan beberapa dosis dari waktu ke waktu untuk mendapatkan imunitas berkelanjutan terhadap penyakit.

Ahli biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo menjelaskan, virus yang disuntikkan ke manusia itu utuh. Sebelumnya virus itu telah dirusak atau dimatikan secara genetik dengan bahan kimia, suhu panas atau radiasi.

"Sehingga ketika disuntikkan ke manusia tak timbulkan masalah karena materi genetik sudah rusak sehingga tak bisa bereplikasi. Tetapi karena utuh protein spike ini bisa jadi pembelajaran manusia benda asing yang harus dilawan," kata Ahmad.

Vaksin inactivated telah digunakan untuk penyakit Hepatitis A, Flu, Polio, dan Rabies.

2. Vaksin Sinovac memiliki efek samping

Dikutip dari health.detik.com, Dr dr Julitasari Sundoro, MSc-PH, Sekretaris Eksekutif Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), mengatakan - ada efek samping dari pemberian vaksin COVID-19. Namun, mommies tak perlu khawatir berlebih, ya. Karena efek sampin yang dihasilkan tidak sampai membahayakan nyawa atau menimbulkan kecatatan tertentu.

Efek samping yang dimaksud adalah, “misalnya efek samping lokal. Jadi nyeri pada tempat suntikan. Kita, kan, namanya dimasukkin jarum, dimasukkin vaksin, berarti ada reaksi lokal," jelas dr Julitasari.

Selain itu "ada juga reaksi sistemik, misalnya pegal-pegal kemudian demam ringan. Tapi itu sangat kecil karena vaksin yang tiba ini adalah vaksin yang inactivated, vaksin yang mati. Jadi efek sampingnya itu jauh lebih kecil dari vaksin-vaksin lain yang live attenuated atau vaksin-vaksin hidup," lanjut dr Julitasari.

Jika nanti mommies sudah waktunya menerima vaksin, dr Julitasari menyarankan agar tubuh berada dalam kondisi sehat. Tujuannya agar tubuh bisa menerima vaksin dengan baik. Kerja vaksinnya, ya, sama saja seperti vaksin pada umumnya, sih, ya moms.

"Jangan sampai nanti vaksin ini jadi kambing hitam (efek samping -red). Padahal dia memang sedang sakit, masa tunas, atau masa inkubasi," pungkas dr Julitasari.

3. Harap bersabar, masih ada tahap uji coba ke-3

Dalam keadaan darurat seperti sekarang, sebuah vaksin di Indonesia baru bisa diberikan kepada masyarakat jika Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberikan Emergency Use Authorization (EUA) atau izin penggunaan darurat.

Untuk mendapat EUA tersebut, vaksin COVID-19 harus terbukti minimal memiliki efikasi 50 persen. Dalam kondisi normal biasanya vaksin harus memenuhi efikasi 70 persen.

Head of Corporate Communication Bio Farma, Iwan Setiawan menjelaskan, untuk segi efikasi vaksin COVID-19 Sinovac yakni sekitar 97 persen, hasil sementara dari uji klinis fase 3 yang dilakukan oleh Fakultas Universitas Padjadjaran, Bandung.

Dalam konferensi Bio Farma, Selasa 8 Desember lalu, Iwan juga mengatakan, "dari sisi efikasinya, seperti yang disampaikan oleh tim uji klinis, sebenarnya kemarin dalam waktu sebulan, laporan sementara itu sudah kita dapatkan bahkan dari tim uji klinis itu bisa sampai 97 persen. Sementara, karena Januari ini kita baru akan kelar semuanya. Itu bisa kita menyampaikan 97 persen, tapi ini belum dokumen final.”

Selain itu Iwan menambahkan, hasil uji klinis fase 3 vaksin COVID-19 Sinovac di Bandung diperkirakan akan keluar sekitar minggu pertama Januari. Setelah itu akan dilakukan review oleh BPOM sebelum diberikan izin penggunaan darurat.

"Kalau EUA Januari, berarti Februari sudah dilakukan (vaksinasi)," kata Iwan.

4. Kelompok masyarakat yang pertama divaksin, siapa saja?

Kami kutip dari Health.detik.com, Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Airlangga Hartanto - menyebutkan beberapa kelompok masyarakat yang akan divaksin pertama kali yaitu: 

  • Tenaga medis
  • Layanan kesehatan
  • TNI/Polri
  • Aparat Hukum
  • Kelompok kedua:

  • Tokoh masyarakat
  • Tokoh agama
  • Perangkat daerah
  • Disusul oleh:

  • Tenaga pendidik (guru PAUD, TK, SD, SMP, SMA dan dosen perguruan tinggi swasta da negeri)
  • Lalu kapan giliran masyarakat “biasa”, dari sekian banyak sumber kredibel yang saya baca, ya setelah tahapan di atas selesai. Hmmm, untuk poin ini harus diakui, saya auoto tersenyum getir :)

    5. Siapkan budget kurang lebih Rp 400 ribu/orang

    Ada dua skema untuk pemberian vaksin Covid-19 kepada masyarakat, pertama melalui pemerintah dan mandiri. Nah, yang mandiri ini artinya harus bayar! Head of Corporate Communication Bio Farma, Iwan Setiawan memberi keterangan pada Health.detik.com. Dia bilang , untuk garfa per dosis diperkirakan sekitar Rp 200 ribu. Karena masing-masing orang diberikan dua dosis, jadi seorang membutuhkan budget kurang lebih Rp 400 rb. 

    -

    Semoga perkiraan yang dikatakan Head of Corporate Communication Bio Farma, Iwan Setiawan, tidak meleset jauh, ya, Mommies. Februari bisa dimulai pemberian vaksin secara bertahap di Indonesia. 

    Selama menunggu, tetap konsisten menjalankan protokol kesehatan, pun setelah vaksin sudah berhasil mengalir dalam tubuh kita. Karena belum ada pihak yang mampu memastikan, ketika vaksin diberikan, manusia kebal terhadap virus Corona. Masih butuh serangkaian studi lanjutan. 

    6. Sinovac masih harus diuji pada kelompok usia anak (3-17)

    Pada artikel Detik Health, pertengahan September lalu disebutkan bahwa, 28 September lalu sebanyak 522 relawan sehat berusia 3-17 tahun akan dibagi ke dalam dua kelompok uji. Kelompok pertama akan diberikan dua dosis vaksin CoronaVac sementara lainnya disuntikkan plasebo. Sayangnya tidak disebutkan, di negara mana uji coba tersebut dilakukan.

    Yang jelas di Indonesia, jika tahap uji tiga berhasil lolos, usia anak-anak belum menjadi prioritas diberikan vaksin. Senada dengan keterangan dari Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, dikutip dari CNN Indonesia, ia menyatakan uji klinis ketiga vaksin itu hanya melibatkan kelompok usia 18-59 tahun. Selain kelompok usia tersebut, vaksin belum akan diberikan.

    Mereka yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid juga tak dilibatkan dalam uji klinis tahap ketiga, sehingga tak akan disuntik vaksin. "Pada vaksinasi ini juga seperti itu, maka kita dalam memberikan vaksin mengikuti hasil uji klinis ketiganya," kata Terawan.

    Meski begitu, Terawan menjelaskan, bukan tidak mungkin akan ada vaksin yang bisa dipakai untuk kelompok usai 0-17 dan di atas 60 tahun. Bersabar menunggu hasil perkembangan penelitian lanjutan.

    Baca juga: Update Covid-19: Dari Vaksin Pfizer yang 95% Efektif Hingga Antibodi Penangkal pada Anak