Sorry, we couldn't find any article matching ''
Journaling, Kegiatan Nostalgia Sekaligus Menjaga Kesehatan Mental
Selain dianggap therapeutic, di jaman serba digital ini, yang namanya menulis journaling dengan tangan tetaplah istimewa.
Mommies yang anak angkatan 90’an, inget nggak, sih, jaman masih di bangku sekolah atau kuliah, pasti pernah deh punya buku diary, tapi dulu kita bisa minta teman untuk ikut “ngisi” dari biodata, kata-kata mutiara yang bentuknya selalu ejaan nama teman kita (semacam jadi standar, hahahaa), sampai beneran surat-suratan alias saling curhat. Begitu masuk ke awal tahun 2000-an, mulai, deh, trend organizer! Selain buku tulisnya sendiri, yang juga digemari adalah tools untuk menulis. Apa aja? Dari spidol warna warni, Stabilo, brushpen, sampai pulpen Rotring. Ish, kalau dipikir-pikir, tuh, ya, anak sekolah aja, kok, gaya-gayaan pakai pulpen mahal.
Journaling: Meningkatkan kreativitas, percaya diri dan mindfulness
Ya, memang, sih, kegiatan jaman dulu masih terbatas, pilihannya belum sebanyak sekarang, dulu kita belum begitu kenal sama yang namanya computer, apalagi smartphone. Sehingga, kegiatan menulis dan menggambar dengan tangan justru menjadi kebiasaan sehari-hari. Kini, kegiatan tulis menulis di notes disebut sebagai journaling. Kalau dipikir-pikir, sebetulnya ini bukanlah hobi baru, melainkan kegiatan yang sifatnya nostalgic. Dari Oprah Winfrey, Frida Kahlo, sampai Andra Alodita, mereka memiliki hobi menulis jurnal. Penelitian menunjukkan bahwa menulis jurnal bisa meningkatkan kreativitas, rasa percaya diri, dan mindfulness. Bahkan menulis jurnal dikaitkan dengan tingkat IQ yang tinggi dan mampu meredakan stres.
Journaling: Salah satu cara supaya sadar untuk lebih bersyukur
“Journaling adalah bagian dari self-care dan self-love versi aku,” ujar Alodita di salah satu Instagram Story-nya. Ia punya kebiasaan menulis jurnal tentang hal-hal yang ia syukuri hari ini. Seringkali kalau kita tidak menuangnya dalam sebuah tulisan, otomatis suka nggak sadar sama hal-hal positif di sekitar. Padahal kalau secara mindful dijabarin satu per satu, pasti isinya nggak mungkin cuma satu poin. Selain lebih bersyukur, menulis jurnal itu bisa jadi cara yang paling menyenangkan, lho, untuk berkomunikasi sama diri sendiri. Sekadar menceritakan hal baik maupun tidak baik yang kita hadapi membuat kita lebih bisa mengatur emosi. Setidaknya, hal itu kemudian tertuang dalam tulisan, nggak mandek di dalam hati dan otak yang cenderung membuat kita jadi gampang stres.
Baca juga: 8 Aktivitas Favorit para Ibu Selama di Rumah Aja Agar Tidak Stress
Perlukah buku jurnal khusus?
Memang, sih, modal menulis jurnal itu sesederhana kertas dan pulpen. Namun, supaya tulisan kita tersimpan rapi dan aman, nggak dirobek sama anak, nggak dibaca sama mbak, dan pastinya, nggak dibuang, maka sebaiknya pakai buku tulis atau notes khusus. Sekarang ini, banyak dijual jurnal cantik yang isinya template sesuai dengan kebutuhan journaling. Ada yang dilengkapi dengan kalender tahunan, bulanan, bahkan harian, namun tetap menyediakan halaman polos yang bisa diisi dengan gambar. Buat yang lebih senang menuangkan tulisan dengan dominasi gambar, Bujo (bullet journal) mungkin lebih pas, karena mendorong kita untuk membuat catatan manual semenarik mungkin. Sehingga, sketchbook atau notes polos tanpa garis saja sudah cukup. Journaling sangat membantu kita menyalurkan hobi. Yang namanya skill itu kan perlu terus dilatih, semakin sering menulis maupun menggambar, pasti bakalan terlihat, deh, kemajuannya.
Baca juga: Kemampuan Beradaptasi yang Membuat Saya Bisa Bertahan Sejauh Ini
Inspirasi journaling
Biar lebih semangat menulis jurnal, tentu perlu yang namanya inspirasi. Akun-akun di Instagram ini suka berbagi tips menulis jurnal, Mommies bisa cek @journalthea, @cynagrita, dan @dindaps yang isi jurnalnya menarik banget. Lalu ada akun @ter.ta.ta, @monokromajic, @rnirwana untuk tips memulai journaling. Buat yang mau belajar menggambar di jurnal, cek akun @hazealnut.
Apapun bentuk jurnalnya, yang simpel maupun penuh dengan gambar, pastikan untuk menyadari betul manfaatnya, ya, jangan sekadar journaling demi ikut trend posting jurnal ke Instagram. Pada dasarnya, memulai untuk menulis jurnal tidak perlu harus jago gambar dan punya tulisan yang bagus. Lagipula, kalau tujuannya untuk mindfulness dan selfcare, rasanya jurnal memang diperuntukkan sebagai konsumsi pribadi. Kalau kata ibu sekaligus ilustrator Puti Karina Puar, yang kita kenal sebagai @byputy di Instagram, “Jurnal itu nggak harus instagramable.” Happy journaling, Mommies!
Baca juga: Genetik, Faktor Utama Penyebab Gangguan Mental
Share Article
COMMENTS