Di balik pandangan jual mimpi dan cinta-cintaan, Drakor ternyata memiliki kampanye kebaikan, kok! Cek lima kampanye kebaikan dari Drakor berikut ini.
Mana suara para pecinta drakor yang sering dipandang sebelah mata sama penikmat Western series? Dibilang isinya cuma jual mimpi, cinta-cintaan, kejedot pintu dikit langsung amnesia, (walau ini saya juga gedeg, sih), benar-benar, deh, pecinta drakor selalu dianggap pecinta drama picisan.
Padahal drama Korea (saat ini lagi booming juga drama Cina, dan Taiwan) bukan cuma cerita romansa picisan, ada juga tentang mental health, dokter anak penderita autisme dengan segala rintangan kehidupannya, horor seseram American Horror Story, hingga crime series yang sama serunya dengan serial NCIS. Bahkan banyak kampanye kebaikan yang coba diangkat di dalam drama Korea. Berikut ini 5 di antaranya.
Baca juga: Alasan Kenapa para Ibu Doyan Drakor
Korea Selatan sepertinya punya aturan sendiri soal adegan naik mobil, nih. Perhatikan, deh, seluruh drama, jika ada scene naik mobil, pasti dikasih lihat adegan pakai sabuk pengaman sebelum menyalakan mesin mobil. Padahal lagi urgent karena kekasihnya diculik, tetap, tuh, masih sempat pakai seat belt dulu. Ini mengajarkan keselamatan berkendara buat penontonnya, karena bagaimanapun safety adalah yang utama walaupun kamu lagi buru-buru. Sudah begitu, nggak ada, adegan texting lagi nyetir. Kalaupun mau telepon, semua adegan pasti meminggirkan mobil dulu, baru telepon pacarnya. Ya, nggak?
Sudah setahun belakangan ini drama Korea mulai mengangkat isu kesehatan mental dibanding tema percintaan. Luka dan trauma masa lalu yang disebabkan oleh bullying atau konflik keluarga sepertinya makin disadari oleh rakyat negeri Ginseng penting untuk disembuhkan. Mereka ingin mengajak penonton untuk lebih sadar kesehatan mental, secara di sana aksi bunuh diri sudah lagi bukan hal yang aneh ditemui.
Nggak beda jauh sama budaya Indonesia, sih, di Korea Selatan juga nilai keluarga tetap dijunjung tinggi. Mirip-mirip di Indonesia, masyarakat yang lebih muda harus respek sama yang lebih tua. Bedanya, di Korsel, bahasanya punya strata. Bagaimana yang muda memiliki struktur kalimat yang sopan saat bicara dengan yang lebih tua, atau ketika berbicara di forum resmi, menunjukkan mereka konsisten dengan aturan dan budaya respek tersebut.
Baca juga: Hubungan Ayah dan Anak di Drakor yang Bikin Hati Meleleh
Kita tahu, ya, seberapa canggihnya Korea Selatan saat ini. Bahkan merek smartphone yang saat ini booming pun banyak berasal dari negeri oppa Hyun Bin. Tapi, banyak banget drama Korea yang menggunakan perpustakaan sebagai latar belakang scene-nya. Sebut saja It’s Okay Not to Be Okay, Was it Love?, hingga drama romance Why Secretary Kim? Usaha mereka untuk tetap menjaga kelestarian dan fungsi dasar perpustakaan patut diacungi jempol.
Nggak pernah ada drama Korea yang menampilkan anak duduk di depan saat naik mobil. Mereka selalu duduk di row belakang dengan car seat sesuai usianya. Hal ini bertujuan untuk mengampanyekan keselamatan anak saat berkendara. Anak-anak yang di bawah umur bahkan nggak boleh tampil di acara televisi di atas jam tertentu. Siap-siap, deh, acara televisi atau drama yang nekat menampilkan anak-anak di bawah usia legal di jam malam, untuk menerima denda dari pemerintah.
Masih banyak kampanye kebaikan dari drakor seperti pilah sampah, serta penggunaan sarung tangan untuk melindungi tangan dari pekerjaan kasar. Mommies mau menambahkan apa lagi tentang kampanye kebaikan dari Drakor? Biar haters drakor mulutnya kicep!
Baca juga: Suami Idaman yang Ada di Drakor