Perubahan selalu terjadi tak harus menunggu kita siap. Maka kemampuan beradaptasi menjadi hal penting yang harus kita miliki, juga anak-anak kita.
Masa kecil hingga remaja saya rasa-rasanya sih nggak terlalu banyak perubahan yang saya jalani. Saya hanya pernah pindah rumah satu kali, dari Kalibata ke Cibubur. Les-les yang saya jalani didominasi dengan private di mana guru yang datang ke rumah, sehingga saya tak perlu susah payah berkenalan dengan orang-orang baru. Teman saya juga nggak banyak-banyak amat, ahaha.
Namun, saya merasa, sejauh ini saya memiliki kemampuan beradaptasi yang cukup baik sehingga masih bisa bertahan sejauh ini, hingga hari ini.
Mungkin semua berawal dari lulusnya si Fia kecil dari SD Swasta Katolik untuk kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri. Walau antara papa dan mama sempat terjadi argumentasi (karena papa ingin saya masuk SMP Swasta Katolik juga seperti kedua kakak saya) sedangkan mama ingin kekeuh sumekeuh memasukkan anak bontotnya ke SMP negeri. Dan, akhirnya mama menang, hehehe. Entah alasan apa yang mama berikan ke papa.
Yup, kayaknya semua berawal dari situ. Bagaimana saya keluar dari zona nyaman sekolah swasta yang penghuninya homogen dengan 90% penyembah Yesus :D, di mana semua sahabat saya melanjutkan ke SMP Swasta yang sama, hanya saya yang mental sendiri, untuk melanjutkan pendidikan di SMP Negeri.
Baca juga:
Hubungan yang Paling Penting Untuk Dijaga: Hubungan dengan Diri Sendiri
Photo by Harry Cunningham on Unsplash
Jumlah kelas yang banyaaaak dan jumlah murid yang banyaaaak dalam satu angkatan membuat saya harus belajar ekstra keras karena saingannya ya super banyak. Ibarat kata di sekolah swasta saya bersaing hanya dengan 23 anak lain di kelas, di negeri saya bersaing dengan 44 anak lain. Kalau di SD saya bersaing dengan dua kelas lain, di negeri saya bersaing dengan 12 kelas lain.
Tidak adanya aturan untuk pemakaian sepatu, membuat saya jangan mudah iri kalau ada anak lain yang model sepatu atau mereknya lebih keren dari saya, ahahah.
Latar belakang ekonomi yang sangat-sangat beragam membuat saya harus lebih berhati-hati dalam berbicara dan bersikap, karena bisa saja membuat orang lain tersinggung. Urusan ganti-ganti tas, sepatu, jam tangan sampai jumlah uang jajan bisa jadi topik yang cukup sensitif lho.
Di sini juga pertama kali saya belajar, kalau wajah cakep, lebih mudah mendapat privilege untuk urusan apa pun.
Bisa dibilang, sekolah negeri adalah tempat pertama yang melatih kemampuan saya beradaptasi terhadap banyak hal!
Puluhan tahun kemudian, saya bersyukur, life skill yang saya peroleh membuat saya pada akhirnya mampu menghadapi setiap perubahan dalam hidup.
Meninggalnya papa yang membuat kondisi ekonomi kami lumayan jatuh …. Saya survived.
Pernikahan dengan laki-laki beda agama ….. saya mampu jalani walaupun di tengah perjalan harus selesai :D.
Bekerja di dunia media namun dengan konten yang berbeda-beda. Berawal dari media fashion and beauty, kemudian teen magazine, parenting magazine dan semuanya berwujud cetak, lantas sekarang berkutat di media digital.
Saya sadar betul, seperti yang sudah saya tulis di atas, bahwa perubahan di dunia ini akan selalu ada dan pasti terjadi, tanpa menunggu apakah kita siap atau tidak. Maka, memiliki kemampuan beradaptasi pada perubahan adalah skill hidup yang maha penting bagi saya. Dan, saya berharap, kelak, anak-anak saya juga memilikinya, bahkan kalau bisa jauuuh lebih baik dari saya.
So, 5 bulan dengan Covid-19 di dalam hidup kita, adaptasi apa saja yang sudah kita lakukan? :D.
Baca juga: