Jangankan mudik ke kampung halaman, saat ini beredar pula bagi warga Jabodetabek larangan mudik lokal, alias tak bisa bersilaturahmi layaknya yang kita lakukan di Lebaran tahun-tahun sebelumnya. Kalau kata Gubernur DKI Anies Baswedan, bolehnya mudik virtual saja. Baik!
Sedih, sih, bahkan untuk yang rumah orangtua atau kerabatnya dekat saja, tetap tak bisa melepas rindu. Apa lagi sudah 2 bulan ini jarang bertemu akibat social distancing yang kita lakukan. Tapi yang namanya orang Indonesia, ya, Alhamdulillah selalu ada rasa bersyukur di balik semua kesedihan. Berikut adalah hal-hal positif yang dirasakan banyak mommies akibat tak bisa mudik lokal, ataupun interlokal.
Alhamdulillah di tengah pandemi begini masih bisa dapat THR, walau ada yang dipotong 50%. Bersyukur akibat tak bisa mudik, tak harus beli baju baru, tak perlu bagi-bagi angpao sama keponakan karena semua maklum dengan kondisi susah begini adalah big no no awur-awur duit, tak pusing memikirkan beli tiket pesawat yang ke Padang saja harganya sama kayak ke Jepang. Yes, THR biarpun dipotong, tetap utuh!
Terbayang, nggak, macet di gerbang tol berjam-jam demi keluar Jakarta menuju Jawa Tengah? Masih ingat, kan, rasanya antri berjam-jam di pelabuhan Merak demi mobil masuk feri untuk menyeberang ke Sumatera? Masih terasa, kan, deg-degannya berdiri berlama-lama di antrian panjang check-in pesawat yang dalam waktu 1,5 jam lagi pesawatnya take off? Tahun ini? Santai di rumah, nggak pusing gebah-gebah suami dan anak yang mendadak lelet ketika harus packing, dan nggak capek sampai di kota tujuan, karena bagaimanapun kata “bersenang-senang” dalam kamus mudik para ibu itu hoax belaka.
Selama ini, setiap kali Lebaran pasti sibuk silaturahmi ke keluarga besar, ke rumah nenek kakek, belum harus sowan ke rumah tetua-tetua. Tak terasa Idul Fitri dihabiskan di jalan dan di rumah orang lain. Terutama ketika posisi kita adalah anak terkecil. Nah, Lebaran kali ini bisa fokus berkumpul sama keluarga inti. Habiskan waktu berkualitas bersama anak-anak, mau nonton tv bareng, santai gegoleran sambil ngobrol juga boleh.
Yang tiap Hari Raya Idul Fitri kudu mengeluarkan uang lebih buat beli seragam Lebaran keluarga besar mana suaranya? Mulai dari kaftan ala Thamrin City, kebaya manis hasil jahit di penjahit langganan, gamis terkini karya anak negeri, hingga baju kurung Melayu yang bahannya dibela-belain beli di Bukit Tinggi, semuanya buyar di tahun ini. Seragam Lebaran kali ini cukup daster saja. Lebih adem dan jauh lebih hemat pastinya.
Akibat THR yang utuh, atau gaji yang bisa dihemat lebih banyak, maka menabungnya pun bisa lebih. Bisa buat dana pendidikan, bayar asuransi, beli emas, buat service mobil berkala, atau sekadar tambah-tambahin dana darurat yang kalau PSBBnya masih lama, bakal terpakai juga dalam waktu dekat.
Suka malas, kan, ya, kalau lagi kumpul keluarga di Hari Raya harus bertemu dengan anggota keluarga yang nyebelin. Yang tiap kali kita datang yang ditanya:
“Kok gendut banget, sih, sekarang? Diet dong!”
“Si kakak kasih adik, dong. Kasihan banget sendirian, jangan egoislah.”
“Kerja di mana sekarang? Yah ngapain di situ? Gajinya,kan, kecil.”
“Gaji kamu berapa sekarang?” (Kepo banget, si Om)
Ya Allah, perasaan baru kembali lagi ke fitrah, kok, sudah mau bikin dosa sumpahin orang yang lebih tua? Sabar...sabar. Tahun ini si om atau tante yang kelewat nyebelin itu tak perlu kita temui. Sampaikan salam silaturahmi lewat whatsapp message saja. Hindari video call supaya nggak bikin dosa di Hari Raya.
Selama ini binge watch drakor atau serial favorit dan sedikit melupakan tugas-tugas suka merasa bersalah. Nah, ketika Lebaran, di rumah saja, nggak kemana-mana dan nggak ngapa-ngapain, nggak ada, deh, rasa bersalah nonton drakor atau serial favorit, ya, kan? Siapa yang mau protes coba?
Baca:
Lebaran #dirumahaja Mau Ngapain Ya?