Anger Management Buat Anak-Anak, Apa Itu?

Parenting & Kids

dewdew・09 Feb 2020

detail-thumb

Jadi orangtua, nggak pernah ada sekolahnya. Itu benar banget. Jadi tidak ada itu yang namanya mata pelajaran mengenali anak maunya apa.

Tantrum nggak jelas, marah-marah tanpa sebab, jerit-jerit nggak ketahuan alasannya. Eits, sebenarnya bukan karena nggak ada alasannya mereka seperti itu. Kita sebagai orangtua mungkin belum mengajarkan anger management buat anak-anak. Well, makhluk apa lagi itu, ya? Another new lesson di sekolah terbuka untuk orangtua.

Marah si Kecil (Juga) Bisa Dikendalikan - Mommies Daily

Anger Management atau Manajemen Kemarahan untuk Anak-anak

Sebenarnya manajemen kemarahan untuk anak-anak itu merupakan sebuah proses yang memungkinkan anak-anak belajar mengenali kapan mereka mulai merasa marah. Selanjutnya mereka juga bisa diajarkan untuk mengekspresikan perasaan mereka dengan cara yang tepat dan mengembangkan strategi yang memungkinkan mereka untuk tenang, serta menyelesaikan masalah atau mengatasi perasaan mereka.

Ada dua fokus yang bisa diterapkan dalam manajemen kemarahan ini. Yang pertama, fokus pada kita orangtuanya. Kategori ini berhubungan dengan gaya asuh kita orangtuanya sehari-hari serta cara kita dalam memberikan nasihat kepada anak hingga ia bisa mengenali beragam emosi. Fokus kedua tentunya fokus ke anak-anak kita. Tindakan apa atau cara apa yang dia pilih untuk memanajemen kemarahannya sendiri.

Fokus I: Orangtua

  • Berikut beberapa cara yang bisa kita, orangtua lakukan untuk membantu anak memanajemen kemarahannya.
  • Bersikap responsif terhadap apa pun yang ia sampaikan. Akan lebih baik bila kita juga menunjukkan kehangatan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Menetapkan batas yang jelas, tegas dan adil.
  • Hindari membuat aturan hanya karena memang hidup ini harus ada aturan. Pastikan aturan-aturan yang kita terapkan masuk akal, menjaga mereka tetap aman, ya, kalau bisa membantu mereka untuk berkembang. So, siap-siap, deh, menyiapkan penjelasan yang bisa masuk di akal mereka kalau-kalau mereka bertanya dan butuh mengerti kenapa aturan tersebut diberlakukan.
  • Puji perilaku positifnya, bukan kewajibannya. Kalau bisa lakukan segera setelah kita melihat perilaku tersebut, dan bisa juga dilakukan di depan orang lain. Misalnya, “Wah, terima kasih, ya, abang sudah mau bantu mama membawakan belanjaan dari mobil.”
  • Terapkan konsekuensi untuk perilaku buruk. Aplikasikan konsekuensi yang logis tanpa intervensi dari kita. Misalnya saja, nih, ujug-ujug 15 menit sebelum berangkat ke sekolah dia bilang, “Aku harus bawa kardus, kain kotak-kotak, benang warna tosca, sama jarum jahit 3 masing-masing beda besar lubangnya untuk masukkin benang.” Alih-alih menaikkan suara, ngomel, tapi ikut berjibaku mencari semua barang tersebut bahkan sampai bela-belain menelepon orangtua lain siapa tahu ada spare, lebih baik biarkan saja ia tidak membawa apa pun. Biarkan dia mengalami konsekuensi ketika ia lupa memberitahu jauh-jauh hari tentang tugasnya tersebut.
  • Selalu konsisten dengan apa yang kita sampaikan, termasuk aturan yang kita berlakukan.
  • Kembangkan kemandirian anak. Aturan tetap perlu, tapi pastikan juga ada ruang buat mereka bereksplorasi.
  • Jadi contoh atau role model buat anak. Seringkali kita lupa untuk mengungkapkan perasaan atau emosi kita sendiri secara verbal. Dengan melakukan ini, anak kemungkinan besar akan mampu mengenali emosinya serta menyampaikannya dengan tepat. Oya, sebaiknya sampaikan perasaan atau emosi kita dengan cara yang dapat diterima anak, salah satunya adalah dengan tidak menggunakan nada tinggi.
  • Cari pertolongan profesional jika kita menemukan gejala atau tanda-tanda anak kita memiliki ADHD, sensory processing disorder, speech delay, dan lain-lain.
  • Bicarakan tentang kemarahan secara spesifik. Bisa kita jelaskan bahwa kemarahan itu sebenarnya nggak apa-apa banget. Justru bagus kalau kita bisa marah, karena marah ada fungsinya tersendiri, kok. Itu sinyal dari tubuh buat memberitahu kita ada sesuatu yang mengganggu kita. Semua orang pasti pernah marah, hanya saja caranya bagaimana, tentu berbeda-beda. Apa yang dilakukan saat marah, dan bagaimana mengatasi kemarahan boleh banget dijelaskan ke mereka tentunya dengan bahasa yang lebih sederhana.
  • Fokus II: Anak

  • Ajarkan tentang problem-solving. Beberapa anak, terutama untuk anak-anak kecil, problem solving mungkin belum bisa dilakukan dengan baik. Tapi bisa kita ajarkan, kok, pertama bantu mereka identifikasi masalah dengan jelas, lalu hasilkan alternatif, perkirakan konsekuensi untuk masing-masing alternatif, terakhir pilih alternatif yang dianggap paling baik untuk memecahkan masalah yang ia hadapi.
  • Ajarkan berbagai teknik menenangkan diri. Mbak Vera Itabiliana, M. Psi pernah mengajarkan saya untuk memberitahu si bungsu menarik napas panjang dan dalam ketika ia sedang marah. Saya pun ikut mempraktikkannya ketika saya mengajarkan Rimba dulu pas kelas 1 SD untuk tarik napas, buang napas, ketika ia merasa kesal bila diganggu teman. Jangan lupa minta bantuan guru untuk mengingatkannya saat dia marah. Bisa juga untuk membawa anak ke tempat atau situasi yang lebih tenang yang memiliki aktivitas menyenangkan untuk mengatasi tantrumnya. Ajak juga anak latihan fisik untuk membakar energi, dan fokus pada aktivitas berlari, melompat, atau olahraga wall climbing mungkin? Jadi ingat dulu cerita suami, ketika ia sedang merasa marah, pelariannya ke manjat tembok :)
  • Hindari berargumen dengannya ketika ia sedang marah. Tunggu situasinya tenang dan kemarahannya sudah sedikit mereda, lalu bahas atas alasan apa ia berperilaku tersebut, dan bagaimana cara tepat untuk mengungkapkan kemarahannya.
  • Sepakati aturan saat ia marah, misalnya saja dengan tidak menyakiti dirinya sendiri seperti memukulkan kepala ke tembok, atau menggigit kukunya. Katakan padanya bahwa menyakiti diri bukanlah cara yang baik dan tepat dalam menyampaikan kemarahan, karena tidak akan ada gunanya, kecuali merugikan dirinya sendiri. Bisa juga ajarkan padanya bahwa mengungkapkan kemarahan dengan kata-kata, meninggalkan ruangan dan menyendiri beberapa waktu, merupakan beberapa cara yang baik dalam mengekspresikan kemarahan.
  • Baca juga:

    Ingat 5 Hal Ini Ketika Menghadapi Anak yang Sedang Marah

    Marah Pada Anak dan Cara Agar Nggak Kebablasan

    Membesarkan Anak Bahagia dan Minim Trauma