Wabah pneumonia melanda Cina. Di Wuhan, terdapat total 198 kasus, 4 meninggal dunia. Empat kasus serupa juga muncul di Jepang, Thailand, dan Korea Selatan.
Apa itu pneumonia?
Dari keterangan pers Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut di jaringan paru yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, seperti bakteri, virus, parasit, jamur, pajanan bahan kimia atau kerusakan fisik paru. Atau biasa disebut sebagai radang paru.
Pneumonia dapat menyerang semua kalangan usia, dari anak-anak, remaja, dewasa muda, dan lanjut usia. Namun penderita paling banyak adalah balita berusia kurang dair 2 tahun dan lansia di atas 65 tahun.
(Baca: Pengalaman Ibu Dampingi Anak Sakit Kanker Darah)
Menurut Profil Kesehatan Indonesia, pneumonia menyebabkan 15% kematian balita yaitu sekitar 922.000 balita tahun 2015.
Dari tahun 2015-2018 kasus pneumonia yang terkonfimasi pada anak-anak di bawah 5 tahun meningkat sekitar 500.000 per tahun, tercatat mencapai 505.331 pasien dengan 425 pasien meninggal.
Di Jakarta, Dinas Kesehatan DKI Jakarta memperkirakan ada 43.309 kasus pneumonia atau radang paru pada balita selama tahun 2019.
(Baca: Anak Sakit Ya Memang Baiknya di Rumah Saja Toh!)
Gejala pneumonia pada anak ciri-cirinya adalah kesulitan bernapas, demam, batuk kering, lemas dab mudah lelah, kehilangan selera makan dan diare. Waspadai jika sampai demam tinggi sampai menggigil, berkeringat, sulit bernapas, dan warna kebiruan pada bibir dan kuku.
Meski demikian, perlu pemeriksaan khusus seperti rontgen, periksa darah untuk mengukur kadar oksigen dalam darah, pemeriksaan sampel lendir untuk memastikan seseorang memang mengidap pneumonia atau tidak.
- Rajin cuci tangan minimal selama 20 detik dengan sabun. Keringkan tangan dengan tisu dan buang tisunya.
- Tutup mulut atau hidung ketika bersin/batuk.
- Perhatikan lingkungan anak
- Jangan biarkan sembarang orang mencium anak
- Selalu cuci tangan sebelum menggendong anak
- Vaksin PCV dan Hib untuk menjaga pertahanan tubuh anak