Untuk anak-anak mama, ketika kelak kalian (mungkin) ingin ikut demo, ini sedikit pesan untuk kalian. Tolong dibaca dan dipahami ya.
September 2019, Indonesia kembali banyak demo lho nak. Demo terhadap pemerintah. Demo yang awalnya digawangi oleh para mahasiswa se-Indonesia. Demo yang mungkin niatnya mulia dan bercita-cita luhur untuk menjaga NKRI serta kedamaian berlangsungnya kegiatan demo. Kemudian terjadi kerusuhan. Semua pihak mengklaim dirinyalah yang benar. Siapa pun yang benar, kerusuhan sudah kadung terjadi.
Mama nggak tahu, tujuh tahun lagi ketika usia kalian memasuki usia anak kuliah atau manusia dewasa muda, apakah kondisi bangsa ini sudah membaik? Akankah peta politik Indonesia sudah tak lagi panas? Atau sebaliknya, banyak kebijakan DPR yang rancu sehingga menimbulkan polemik, kekecewaan hingga tuntutan dari masyarakat.
Mama juga nggak tahu, ketika demo kembali terjadi, apakah kalian akan masuk ke dalam golongan mahasiswa yang lantang turun ke jalan menyuarakan keadilan, atau ke dalam golongan mahasiswa yang memilih berjuang di jalan yang berbeda?
Baca juga:
Apa Kata Para Psikolog Tentang Anak dan Demonstrasi?
Namun, ketika keinginan untuk ikut di dalam aksi demo itu muncul dan kalian ingin berada di dalam barisan tersebut, tolong ingat beberapa pesan mama ini …
1. Tetap hargai ‘lawan’ kalian di lapangan ya nak. Para bapak-bapak polisi atau TNI itu. Yang mungkin berdiri berseberangan dengan kalian secara fisik, namun di dalamnya hati kalian tidak tahu apa yang sesungguhnya mereka rasakan. Sama seperti kalian yang memiliki ideologi ingin membela bangsa dengan demo turun ke jalan, demikian juga mereka yang harus tunduk dengan sumpah untuk menjaga ketertiban.Jangan berkata kasar, jangan bertindak kasar, karena bagaimanapun mereka juga sama seperti kalian. Mereka juga seorang anak, seorang bapak, seorang suami, seorang manusia.
2. Jadilah pendemo yang paham apa yang akan kalian demokan. Masalahnya, tujuan dari demo itu sendiri, tuntutan kalian, dampak dari tuntutan kalian, benarkah apa yang akan kalian lakukan, murnikah gerakan itu? Banyak diskusi, banyak mencari tahu, jangan lupa libatkan hati nurani.
Baca juga:
RUU Kontroversial Penyebab Demo Mahasiswa
3. Jangan merusak fasilitas publik karena yang menjadi warga negara di Indonesia bukan hanya kalian. Banyak masyarakat lain yang juga menjadi bagian dari Indonesia, dan mereka membutuhkan fasilitas publik yang mungkin kalian rusak itu. Jangan biarkan banyak orang dirugikan dari gerakan demo yang kalian lakukan. Ingat, yang mama besarkan adalah manusia cerdas, bukan preman yang mudah terpancing melakukan kerusuhan.
4. Pulanglah ketika memang kondisi sudah tidak lagi kondusif. Mama mengajarkan kalian untuk mampu berpikir kritis, dan salah satunya kemampuan untuk pergi ketika kalian melihat situasi semakin memanas. Menyampaikan tuntutan, aspirasi dengan baik, silakan saja. Namun ketika suara-suara sudah semakin gaduh dan tinggi, emosi sudah mulai mengalahkan akal, kalian pasti tahu kan bahwa itulah waktunya kalian meninggalkan medan ‘pertempuran’ kalian.
5. Memilih melangkahkan kaki pulang ke rumah menghindari kerusuhan yang mungkin terjadi bukan berarti kalian ‘kalah’ kok. Karena demo bukan bicara mengenai menang kalah kan?! Tapi tentang membuat suara kalian didengar.
6. Di balik tingginya semangat perjuangan kalian untuk ikut demo, pastikan itu tidak mengalahkan keinginan kalian untuk pulang kembali ke rumah dengan selamat. Perjuangan masih panjang. Kematian tidak membuat perjuangan itu menjadi lebih mudah.
7. Pastikan, bahwa mamah, ayah, keluarga kalian yang melepas kepergian kalian ke area demo bisa menyambut kalian kembali pulang ke rumah dengan selamat. Itu saja. Tidak lebih.
Baca juga: