banner-detik
SELF

Anak, Aksi Demonstrasi dan Apa Kata para Psikolog?

author

fiaindriokusumo25 Sep 2019

Anak, Aksi Demonstrasi dan Apa Kata para Psikolog?

Pernah terpikir nggak kalau suatu saat si kecil yang bertumbuh menjadi pemuda meminta izin untuk ikut demo, seperti para mahasiswa kemarin? Apa yang akan kita lakukan?

Anak, Demonstrasi dan Psiikolog - Mommies Daily

Sejak kemarin dunia maya marak dengan pemberitaan aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa dan mahasiswi dari berbagai macam universitas di seluruh Indonesia. Menjelang sore aksi ini ‘diramaikan’ oleh para dedek-dedek STM yang konon kabarnya jagonya ‘pertempuran’ di jalanan. Hari ini pun, jalanan kembali dipenuhi massa yang lagi-lagi memilih demonstrasi sebagai cara untuk menyampaikan pendapat.

Ada pro kontra tentu saja, apalagi mengingat sebuah aksi demo rentan disusupi oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab yang riang memancing kisruh. Sesederhana ramai beredar bahwa salah satu dari tuntutan demonstran yaitu turunkan Jokowi. Padahal, begitu kita mengecek lebih dalam, nggak satu poin pun mengenai meminta Jokowi turun (please do your own research) tentang tuntutan para demonstran kemarin. Salah satunya penolakan terhadap RKUHP.

Sepanjang saya menghabiskan masa anak-anak hingga remaja dan duduk di bangku kuliah dulu, saya hanya ingat satu demo besar-besaran di Indonesia. Yaitu, demo tahun 98 yang menuntut presiden Soeharto lengser. Ingat banget, sebagai mahasiswi UI di kampus FISIP pula, saya diwanti berkali-kali oleh mama untuk jangan pernah ikutan demo. Mama sungguh-sungguh memastikan saya nggak ikut demo, dengan mengantar, menjemput dan memastikan di dalam tas kuliah saya nggak ada yang namanya jaket kuning :D.

Lantas saya berpikir, haruskah otak saya sebagai orangtua dipaksa untuk berpikir sekaligus berandai-andai mencari jawaban saat anak-anak saya kelak mungkin bertanya dan meminta izin untuk ikut aksi demonstrasi?

Kok ya rasa-rasanya sebagai seorang ibu saya agak nggak rela yang seandainya anak saya menjadi korban lemparan gas air mata, pemukulan atau penyiksaan oleh oknum-oknum tertentu. Tapi di satu sisi, bagaimana kalau anak-anak saya kekeuh?

Saya pun bertanya kepada para psikolog yang juga memiliki anak. Nanyanya langsung ke EMPAT psikolog, ahahaha. Ada dua pertanyaan yang saya ajukan:

Dan ini rangkuman jawaban dari para psikolog ….

Jika anak-anak kalian suatu saat nanti meminta izin untuk mengikuti aksi demo, apakah kalian akan mengizinkan?

Vera Itabiliana Hadiwidjojo

- Yes akan mengizinkan kalau si anak paham apa yang dia demo-kan, kalau isu yang dibahas memang terkait dengan kehidupannya dan dia tahu bagaimana caranya untuk berdemonstrasi dengan santun serta tidak anarkis. Dia sadar bahwa dia adalah pelajar yang punya intelektual baik, BUKAN preman yang mudah terpancing.

Anna Surti

- Saya akan memberikan izin kalau anak-anak bisa menjawab beberapa pertanyaan dari saya dan ayahnya. Pertanyaan seperti: Demonya tentang apa? Apa yang mau kalian perjuangkan? Dengan siapa saja? Di mana lokasi aman terdekat? Kendaraan atau transportasi yang akan digunakan? Dan masih banyak pertanyaan lain.

Ayank Irma

- Tergantung tujuan demo-nya apa. Mengingat mereka sudah punya hak untuk menyampaikan aspirasinya sebagai manusia dewasa muda. Kalau untuk sesuatu yang akan berdampak besar bagi hidupnya nanti, okay, asalkan faktor dan keamanan diperhatikan.

Nadya Pramesrani

- Tergantung tujuan mereka ikut demo apa. Kalau memang ada tujuan yang ingin dicapai dan tahu cara mencapainya bagaimana, okay. Asal bisa menjaga keamanan dan keselamatan. If all makes sense and well informed, maka saya kasih izin.

Apa sebenarnya manfaat dari aksi demo itu sendiri?

Vera Itabiliana Hadiwidjojo

- Anak akan belajar bagaimana menyampaikan pendapat dan belajar menjadi bagian dari komunitas yang lebih besar.

Anna Surti

- Anak belajar cara menyampaikan aspirasi dan mereka juga akan mendapat pengalaman kan. Kalau sampai bisa menghadapi ke tokoh tertentu sebagai wakil untuk menyampaikan aspirasi makan anak juga akan belajar menyampaikan pendapat dengan rasional dan berdasarkan data.

- Dari sini anak juga belajar untuk mengamati orang lain, mencermati kalau ada perubahan sosial dan mencari jalan keluar ketika suasana memanas.

Ayank Irma

- Meningkatkan solidaritas dan kebersamaan sebagai anak muda peduli bangsa. Belajar tentang organisasi, kerjasama serta kepemimpinan, tanggung jawab serta berpikir kritis.

Nadya Pramesrani

- Mereka belajar untuk peduli terhadap isu-isu sosial. Belajar berani bicara dan menyampaikan pendapat. Less egocentric. Mereka akan melihat bagaimana persatuan bisa membuat dan memberi efek serta dampak yang dahsyat! Daaaan, hal menyenangkan lainnya, bisa dapat gebetan lintas kampus lho, hehehe.

Jadi, memberi izin atau tidak, kembali ke kita masing-masing sebagai orangtua. Tapi satu hal yang jangan pernah kita lupakan untuk disampaikan kepada anak-anak kita, berhati-hati dan pulang selamat :).

Share Article

author

fiaindriokusumo

Biasa dipanggil Fia, ibu dari dua anak ini sudah merasakan serunya berada di dunia media sejak tahun 2002. "Memiliki anak membuat saya menjadj pribadi yang jauh lebih baik, karena saya tahu bahwa sekarang ada dua mahluk mungil yang akan selalu menjiplak segala perilaku saya," demikian komentarnya mengenai serunya sebagai ibu.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan