Semalam, Xylo (5,5 tahun) bertanya: Ibu, demo itu apa?
Tentu ini bukan pertama kalinya Xylo mengajukan pertanyaan “sulit”. Pertanyaan yang butuh tarikan napas panjang sebelum saya memutar otak berpikir harus menjawab apa?
Iya, saya dan suami berkomitmen untuk selalu menjawab semua pertanyaannya. Sesulit apapun, demi demokrasi keluarga. Akan jadi sangat ironis kalau saya menolak menjawab apa itu demo hanya karena saya malas berpikir. :)
Ia bertanya karena setelah seharian bekerja dan hanya sekilas saja membaca berita demo, sesampainya di rumah saya menonton semua video yang ada. Mahasiswa di #GejayanMemanggil, di Bandung, sampai dialog mahasiswa Jakarta di gedung DPR yang menurut saya sangat berani.
(Baca: 5 Alasan Kita Harus Lebih Berani “Speak Up” pada Isu Penting)
Lalu, apa jawabannya saya ketika ditanya definisi demo oleh anak TK?
Seperti konsep dari pertanyaan sulit lain, ketika pertanyaannya sulit, maka tanya balik dulu lalu kaitkan dengan kehidupan dia. Semalam yang saya tanya balik adalah bulir-bulir dalam RKUHP yang ngawur:
“Menurutmu, perempuan boleh nggak sih pulang malam?
“Boleh!” jawab Xylo.
“Masa ya, nanti homeless di pinggir jalan akan didenda uang 1juta. Mereka akan ditilang dan diminta uang 1juta. What do you think?”
“Nggak boleh. Tidur di gerobak kan tidak harus bayar,” jawab Xylo yang hanya tau para gelandangan tinggal di gerobak bersama keluarganya.
Saya lalu berpikir lagi, ada poin apalagi ya di RKUHP yang bisa dimengerti oleh Xylo? Tapi tidak ketemu. Browsing dulu akan terlalu lama.
(Baca: RKUHP: Berpotensi Merugikan Korban Perkosaan dan Hak Anak Mendapatkan Pendidikan Seksual)
“Nah, kakak-kakak ini bilang tidak pada peraturan itu. Mereka bilang ‘tidak boleh seperti itu’, caranya dengan demo. Mereka bilang begitu bersama-sama biar peraturannya diubah.”
Xylo bengong, mencerna semua kata-kata saya.
“Jadi intinya, kita harus berani bicara. Kalau ada yang tidak suka, kita tidak boleh diam saja. Jadi kalau ada yang rebut mainanmu kamu akan apa?”
“Bilang tidak boleh,” jawabnya.
Yes, that’s my boy. Karena keberanian untuk bicara, harus dipupuk sejak kecil. Sudah terlalu banyak orang dewasa menderita karena tak berani menolak dan tak terbiasa bilang tidak.