Nasihat menghadapi bayi dan toddler kayaknya lumayan banyak saya dapat. Tapi mengenai anak pra remaja dan remaja, kenapa nggak banyak bocoran yang saya peroleh :D. Ternyata begini rasanya hidup bersama anak remaja.
Saya juga suka heran, kenapa dulu saat hamil kemudian menjadi orangtua, fokus saya lebih kepada mengurus bayi, MPASI, toddler. Sudah. Berasa urusan mendidik anak berhenti di titik begitu anak masuk TK. Ternyataaaa, saat anak bertumbuh besar dan memasuki usia pra remaja dan remaja, tantangannya ya beda lagi dan lumayan membuat saya hela napas, usap dada plus geleng kepala, bahkan kadang nangis.
Kenapa ya …… saya nggak kepikiran untuk mencari ilmu dan informasi tentang anak usia remaja dari dulu? Kenapa baru sekarang-sekarang ini? Jadi pesan saya pertama untuk para calon orangtua atau orangtua baru: Persiapkan diri kalian tentang menghadapi anak remaja ya dari jauh-jauh hari.
Mau nggak mau, kita harus mengingat kembali ke masa ketika kita menjadi remaja dulu seperti apa …… bahwa hidup bersama anak remaja, berarti kita harus siap dengan hal-hal berikut ini:
Kalau dulu saat pada masih bayi, mau saya mengenakan celana pendek, tanktop atau bahkan nggak pakai bra, ya cuek aja selama nggak ada orang asing lain di rumah. Sekarang? Ya nggak bisa. Mau di rumah pun, pakaian yang saya kenakan harus ‘layak’. Selain semua anak-anak saya laki-laki, saya juga harus menjadi contoh bagi mereka seperti apa berpakaian yang pantas.
Mau itu larangan, nasihat, atau kita marah sama anak, akan selalu ada jawaban yang keluar dari mulut mereka. Entah itu sekadar, bertanya “Kenapa harus begitu?” atau “Aku nggak suka sama pilihan mama,” hingga “Ya tapi aku maunya begini, gimana dong?!”
Niatnya kita sebagai orangtua ya peduli pada anak, mau tahu bagaimana harinya, apa yang dia rasakan, ada sesuatu yang ingin diceritakan nggak? Tapi kalau mood-nya lagi nggak bagus, perhatian kita dianggap menganggu dan membuat mereka nggak nyaman …. Huuuuuuft! Tapi kalau terlalu cuek, nanti malah mereka menganggap kita nggak peduli. Serba salah kan :D.
(Baca juga: Tips Agar Ibu Bisa Akrab dengan Anak Remaja Perempuan)
Duh, ini sih nggak usah nunggu mereka remaja ya hahahaha. Iya gengsi aja dipeluk, dicium sama orangtuanya karena merasa sudah besar, sudah dewasa. Bahkan ketika nggak ada orang lain pun, anak remaja sudah mulai nggak nyaman kok kalau terlalu kita peluk. Jadi, jangan baper kalau anak mendorong kita, karena memang tahapannya sedang seperti itu.
Akan ada masanya kita dibuat shock dengan perilaku temannya yang mungkin kasar, atau penampilan temannya yang lumayan ajaib dan nggak sesuai dengan standar kita sebagai orangtua. Melihat anak kita bergaul dengan mereka, pasti akan timbul perasaan khawatir kalau anak kita terpapar hal-hal tersebut. Dimulailah negosiasi tentang seberapa dekat mereka boleh berinteraksi, seberapan sering mereka boleh bermain bersama.
Ketika anak-anak kita sudah mulai ‘melangkah’ lebih jauh lagi, kita akan sadar bahwa ini saat kita harus perlahan melepas ‘cengkeraman’ tangan kita di bahunya. Izinkan mereka pergi bersama teman-temannya. Memberi izin mereka mempunyai ponsel dan social media. Memberi izin mereka untuk mengikuti banyak kegiatan di luar sekolah. Mengikhlaskan mereka memiliki lingkungan lain di luar kita sebagai orangtuanya.
Inginnya anak merasa kita percaya pada mereka. Kita juga pasti maunya seperti itu. Harapannya, anak yang dipercaya, akan lebih berhati-hati ketika bertindak demi menjaga kepercayaan yang diberikan oleh orangtuany. Tapi kooook ya susah, mengingat lingkungan yang kini semakin ajaib dan menyeramkan.
Jadi, sebelum semua kondisi di atas ini kita alami, nggak ada salahnya kita mencari tahu cara menghadapi anak remaja bahkan ketika anak kita masih berada di usia toddler, ahahahah.