Tiga pelajaran berharga buat kita orangtua, berkaca dari kasus Bowo.
Baru hampir sebulan lalu, Icha, Senior Editor Mommies Daily menulis risiko yang dihadapi anak jika ketagihan aplikasi tik tok. Kini muncul berita tentang fenomena Bowo, seorang bocah laki-laki, duduk di bangku VIII SMP, yang sering mengunggah video tik tok-nya ke akun Instagram miliknya.
Viralnya video Bowo ke ranah social media, menimbulkan reaksi mengejutkan dari fans dadakannya. Saya pun yang baca nggak abis pikir, kok bisa sampai ada reaksi yang bikin menghelap napas dari para remaja nanggung ini.
Demi ketemu Bowo, ada yang menulis di akun FB-nya, “Bowo kuh. Aku rela kok jual ginjal demu meet sama kamu.” Lebih miris lagi, ada yang mengajak membuat agama baru. Dan menjadikan Bowo sebagai Tuhannya. “Buat agama yuk, kak Bowo jadi Tuhannya, kita semua jadi umatnya. Yang mau jadi nabi, chat aku ya.” Mirisnya, Bowo malah memanfaatkan kesempatan ini dengan mengadakan meet & greet, dengan HTM 80 ribu *__*
Ada beberapa hal yang ingin saya kritisi dari fenomena Bowo
Kita semua udah kenyang banget deh, ya. Dengan aturan screen time untuk anak. Informasi yang memuat tentang hal tersebut, sangat mudah diakses. Manfaatkan sebaik-baiknya. Jika dalam porsi yang pas, gadget sangat memungkinkan untuk menjadi teman. Tapi kalau berlebihan, bersiap gadget menjadi lawan. Pusat pengendalian, tetap ada di kita orangtua mereka!
Seperti yang saya temukan di salah satu timeline IG @bowo_alpenliebe, 28 Mei. Bowo mengunggah video Tik Tok-nya dengan caption, “Matanya abaikan aja lah. Belum tidur 2 hari sampai sekarang, susah banget.”
Pertanyaan saya: “Kemana fungsi kontrol orangtuanya?.” Segitu bebasnya si anak main gadget dua hari berturut-turut.?
Baca juga: Tips Melepaskan Balita dari Kecanduan Gadget
Rasa kagum anak terhadap satu sosok, menurut saya wajar terjadi. Tapi jika rasa kagum sudah berujung memuji berlebihan dan memengaruhi pola pikir anak ke arah yang tidak baik. Ada yang perlu diintervensi. Jangan-jangan kebutuhan anak akan satu sosok yang bisa menjadi panutan, belum terpenuhi dengan baik.
Dua komentar fans yang saya tulis di atas, tidak perlu terjadi. Jika mereka punya role model di rumah atau lingkungan terdekatnya, yang berperan memengaruhi anak kita dengan segala hal yang positif. Mereka nggak akan punya waktu untuk berpikir mencari sosok baru untuk diidolakan.
Bisa dimulai dari kita orangtuanya, kakak atau dengan sengaja kita kenalkan anak dengan seseorang yang punya prestasi dan bisa menjadi mentornya. Entah itu kakak sepupunya, om atau tantenya. Orangtua harus selalu proaktif menciptakan lingkungan kondusif untuk tumbuh kembang anak.
Baca juga: 3 Hal yang Harus Dicemaskan Orang Tua Saat Anak Punya Idola
Jangankan SMP, SD aja kegiatannya di sekolah atau luar sekolah sudah seabreg. Saya sih yakin, kalau anak jadwalnya produktif. Jangankan main Tik Tok, pegang gadget aja kayaknya bakalan lupa. Karena, sudah menemukan kesenangan lewat berbagai macam aktivitas yang dia kerjakan, di sekolah dan rumah.
Baca juga: 5 Ide Aktivitas dalam Rumah untuk Anak
Semoga Bowo dan para fans dadakannya tersadarkan, hari-hari kalian tetap asik dan keren tanpa Tik Tok :)
Baca juga: Alihkan Dunia Anak Remaja Mommies dari Gadget dengan 10 Buku Ini