Jangan menyepelekan pentingnya mengenalkan ragam tekstur makanan pada si kecil, di awal MPASI. Karena kalau salah, efeknya bisa sampai ia besar, salah satunya mengalami masalah makan di usia batita.
Saya mau cerita sedikit, ya, kenapa tema tekstur makanan ini saya ambil. Jadi, belum lama ini, saya ngobrol sama dr. Meta Hanindita SpA dari RSUD Dr Soetomo Surabaya. Obrolan saya masih seputar MPASI. Panjang kali lebar deh, plus buat saya yang orang awam, jadi berasa kuliah 3 SKS sama beliau, hahaha. Lalu “nyangkut” lah saya pada pembahasan tentang pentingnya mengenalkan tekstur makanan pada periode awal MPASI.
Baca juga: MPASI Perdana, Mulai dengan Buah atau Sayur, Dulu, ya?
Dari dua kasus yang dr. Meta ceritakan tentang anak yang punya masalah seputar tumbuh kembangnya, ternyata pangkal permasalahannya, karena orangtua terlambat mengenalkan tekstur makanan :(. Sebagai dokter spesialis anak, situasi ini membuatnya prihatin. Ada yang pas masuk ruangan praktik, sudah langsung curhat, “Dok, ini SpA ke 12 yang saya datangi.” Padahal kalau ketahuan di atas dua tahun susah sekali untuk ditangani (sudah lewat golden age.).
Baca juga: Akan Memberikan MPASI dalam Waktu Dekat? Perhatikan 7 Hal Ini Dulu!
Sebagai orangtua, selain kesabaran dan kasih sayang tanpa batas, ada unsur lain yang kata dokter Meta sering terlupa, “Jadi orangtua, nggak boleh malas gali ilmu seputar tumbuh kembang anak.” Masalah menaikkan tekstur makanan ini, seringkali terabaikan sama orangtua. Mungkin sangking semangatnya dan excited menyambut waktunya MPASI si kecil. Jadi lebih sibuk hunting peralatan makanan, atau beli segambreng buku tentang MPASI, tapi lupa upgrade ilmu seputar serba-serbi MPASI, khususnya tekstur MPASI perlahan harus ditingkatkan. Untuk menyesuaikan perkembangan otort dan syaraf bayi atau otomotorik.
Kata dr. Meta tujuan MPASI tak hanya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Tapi juga mengembangkan kemampuan oromotorik bayi dan menerima berbagai rasa dan tekstur.
Apa sih manfaat menaikkan tekstur makanan secara perlahan?
Jadi, tahapan tekstur seperti apa yang disarankan para dokter spesialis anak dan WHO?
Dr. Meta mengingatkan, di usia 6-9 bulan masuk ke dalam periode sangat kritis untuk mengenalkan makanan pada secara bertahap. Fungsinya untuk menstimulasi kemampuan oromotor seorang anak. “Jika di atas 9 bulan belum pernah dikenalkan makanan padat, maka kemungkinan untuk mengalami masalah makan di usia batita meningkat.”
Contohnya anak usia 2 tahun belum dapat makan makanan keluarga. Bisanya hanya bubur halus. Padahal kita tahu, semangkok bubur halus dengan semangkok nasi dan lauk pauk tentu beda kadar nutrisinya. Kebutuhan nutrisi anak pasti tidak terpenuhi, dan akhirnya akan berakibat ke tumbuh kembangnya. Jika di usia 14 bulan, anak belum bisa makan makanan keluarga, dr. Meta bilang segera bawa ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut. Dari beberapa kasus yang ditangani dr. Meta, kasus gangguan para oral motor ini, juga dipengaruhi oleh, berat lahir rendah, prematur, kelainan seperti cerebral palsy, dan hipotiroid.
Baca juga: Baby Led Weaning VS Responsive Feeding