Urusan punya anak lagi itu nggak hanya orangtua yang perlu persiapan, namun juga si calon kakak. Sudah siap belum si kecil memiliki adik?
Menulis topik yang satu ini, saya seolah berkaca pada pengalaman saya sekitar 10 tahun lalu, saat hamil anak kedua. Saya ingat banget, kehamilan kedua saya masuk ke dalam kategori hamil yang ‘tidak disengaja’ :D. Maunya nanti, eh apa daya, kebobolan, jadilah saya hamil anak kedua ketika anak pertama saya baru berusia 1 tahun.
Waktu kehamilan kedua ini terjadi, saya cukup stress bahkan sempat nangis di ruangan dokter saat pertama kali mengecek kondisi janin. Dokternya sampai melongo. Yes, I am not happy at all (saat itu), karena saya ngebayangin morning sick parah yang harus saya lalui dan proses pemulihan pasca operasi sesar yang harus saya rasakan kembali.
Karena terlalu sibuk mikirin kesiapan saya, saya malah gagal fokus menyiapkan si kakak. Padahal, memperhatikan kesiapan si kakak berguna untuk mengurangi kasus sibling rivalry ke depannya.
Agar drama yang terjadi pada saya bisa dihindari oleh mommies semua (kan paling enak belajar dari pengalaman orang lain ya :D), maka kalau ada rencana untuk memiliki anak lagi, selain memerhatikan kesiapan orangtua dari segi medis dan psikologis, jangan lupakan juga untuk menyiapkan si kakak!
Menurut mbak Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi ada beberapa tanda yang menunjukkan kalau si kecil sudah siap menjadi kakak:
1. Anak selalu bertanya tentang adik
“Ma, kok teman-temanku pada punya adik, aku nggak punya adik?”
“Ma, aku kapan punya adik?”
2. Anak mengeluh tidak punya teman
Anak kerap merasa kesepian dan tidak memiliki teman untuk bermain. Namun, orangtua harus ingat bahwa tujuan memiliki anak lagi bukan untuk menjadi teman si kakak ya.
3. Anak sudah mandiri sesuai dengan usia
Anak sudah bisa mengerjakan segala sesuatu sendiri sesuai dengan tahapan tumbuh kembang usianya, walaupun belum sempurna. Misalnya, sudah bisa makan sendiri, sudah beres toilet training, sudah bisa diberikan tanggung jawab sederhana seperti membereskan mainan.
4. Anak sudah nyaman menghabiskan waktu waktu sendiri
Ia sudah mampu bermain sendiri, tidak selalu harus didampingi oleh orang lain dan tidak merasa terganggu dengan kesendiriannya itu.
5. Anak mudah beradaptasi dengan adanya perubahan peran
Misalnya, kalau biasanya ia diantar ke sekolah atau les oleh mama atau ayahnya, tiba-tiba harus digantikan oleh ART atau saudara, dia tidak masalah.
Nah, saat anak sudah menunjukkan tanda-tanda di atas, orangtua bisa memberikan bantuan dengan melakukan beberapa hal berikut ini:
1. Siapkan si kakak untuk memiliki keterampilan bantu diri sesuai usianya
Paling tidak dia sudah bisa mengandalkan diri sendiri untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Ketika si kecil belum mandiri dan masih membutuhkan bantuan, maka ketika si adik lahir dan sumber bantuan yang biasa ia miliki berkurang karena harus fokus pada adik, bisa saja si kakak merasa kehadiran adik hanya membuatnya susah.
2. Mulai bercerita tentang si adik
Cerita bisa dimulai sejak adik masih berada di dalam perut mama. Libatkan si calon kakak dalam tumbuh kembang adik. Tentang usia kehamilan, bentuk adik seperti apa, berat si adik dsb. Bisa juga mengajaknya ikut ketika kontrol ke dokter, menyiapkan kamar bayi hingga memilih baju-baju untuk si bayi.
3. Selalu katakan kepada calon kakak bahwa meskipun nanti akan ada adik, rasa sayang mama dan ayah tidak akan pernah berkurang sedikit pun.
4. Informasikan tentang perubahan apapun yang akan terjadi.
Misalnya tentang perhatian mama yang nanti akan terbagi karena harus menjaga adik, atau perubahan siapa yang akan mengantar jemput les atau si kakak yang akan mulai tidur sendiri. Intinya, jangan sampai si kakak tidak mengetahui perubahan apa yang akan ia alami, dan mendadak harus menjalani setiap perubahan itu setelah adik lahir. Ini bisa membuat si kakak merasa tersisih.
5. Jelaskan tentang kondisi adik bayi yang masih lemah dan belum bisa apa-apa membuat seluruh anggota keluarga perlu memberi bantuan pada si adik. Mulai dari memandikan, menyusui hingga memilih pakaian. Libatkan juga si kakak dalam urusan mengasuh si kecil.
6. Jika ada rencana si kakak akan tidur sendiri, lakukan ini sebelum adik lahir, sehingga semua tidak terlalu mendadak untuk dihadapi oleh si kakak.
Intinya, boleh aja menambah momongan asal kita benar-benar menyiapkan semua pihak. Mulai dari diri sendiri, suami dan juga calon kakak. Kalau ketiga pihak itu belum siap, lebih baik menunda. Untuk menunda dan menjaga jarak kehamilan, agar nggak ‘kebobolan’ seperti saya (hehehe), memilih kontrasepsi menjadi hal yang penting.
Saya ini contoh nyata mau menunda kehamilan tapi malas pakai kontrasepsi, ahahaha. Pernah sekali memakai pil, tapi berhubung saya pelupa berat, alhasil saya malah hamil ektopik dan terpaksa disesar untuk ketiga kali namun janin tidak selamat.
Saat ini saya kepikiran mau menggunakan IUD karena menurut saya kayaknya kok simple, nggak ribet dan bisa pilih jangka waktu perlindungannya, dari 3, 5 hingga 10 tahun. Efektif karena saya memang mencegah kehamilan, namun juga jadi pilihan tepat untuk mereka yang ingin menunda kehamilan dalam jangka waktu yang cukup lama. Proses pemasangannya pun juga cepat, sekitar 15-20 menit saja. Apakah IUD membuat hubungan seks menjadi tidak nyaman? Kata teman saya sih tidak pengaruh sama sekali.
Kalau Mommies sendiri, pilihannya apa?