Jarang berada di rumah karena urusan pekerjaan, namun anak-anaknya tetap memahami aturan disiplin yang diberikan. Bagaimana caranya?
Elizabeth, Head of Production, 34 Ibu dari Kimihiro (9 tahun)
Sebagai seorang ibu bekerja sekaligus single mom, lumayan menantang sih untuk memastikan kalau Kimi memahami dan mematuhi aturan atau disiplin yang saya berikan. Ada beberapa point yang saya terapkan agar proses pemberian disiplin ini berjalan dengan baik.
a. Konsisten. Ini benar-benar harus saya jalankan. Sekali bilang A, ya harus dijalankan kapan saja dan di mana saja. Misalnya, saat saya bilang kalau Kimi melakukan A maka dia akan menerima konsekuensi B, sekali aja saya tidak memberikan konsekuensi B, maka Kimi merasa bisa memanipulasi saya.
b. Berkolaborasi. Bekerja sama dengan siapapun yang menjaga Kimi ketika saya sedang bekerja, agar menerapkan disiplin yang sama dengan apa yang saya terapkan. Biasanya dengan ART atau mama saya. Nah, suka susah begitu ketemu mama, karena biasanya Oma lumayan lunak sama cucu kan, ahahaha. Tapi saya nggak pernah bosan mengingatkan mama ataupun Kimi.
Baca juga:
Pola Asuh Orangtua yang Tidak Saya Ingin Tiru
c. Membuat skala ‘kesalahan’. Ahahahaha, maksudnya, ada kesalahan-kesalahan yang bisa saya tolerir, namun ada kesalaha – kesalahan yang tidak bisa saya tolerir. Misalnya, urusan makan mie instan, dulu jatahnya hanya sebulan sekali. Namun, sekarang saya toleransi seminggu sekali. Namun, tidak demikian halnya dengan bermain gadget. Ini membuat Kimi jadi lebih terbuka mengungkapkan keinginannya dan tidak ngumpet-ngumpet :).
d. Meluangkan waktu untuk menjelaskan. Banyak teman-teman saya sesama ibu bekerja yang malas meluangkan waktu untuk memberi penjelasan kenapa mereka melarang si anak untuk melakukan A, B atau C. Pokoknya mama bilang jangan, ya ikutin saja, titik! Nah, saya memilih investasi waktu untuk memberikan penjelasan ke Kimi, kenapa dia tidak boleh melakukan sesuatu hal. Apa alasannya. Jadi bukan semata mama otoriter. Ini berguna agar Kimi tidak merasa kalau ada mamanya dia malah nggak bebas atau nggak happy.
Ratih, HR Manager, 32 ibu dari Adinda (6 tahun)
Memiliki kerjasama yang baik dengan para support system adalah kuncian saya agar disiplin yang saya terapkan bisa berjalan dengan baik. Support system yang saya maksud di sini tak sekadar suami, ART, eyangnya Dinda, namun hingga guru les dan guru sekolahnya.
Kepada guru les dan guru sekolahnya, sebelum jadwal belajar dimulai, saya pasti sudah menemui mereka untuk menyampaikan informasi mengenai Dinda, mulai dari yang ada kaitannya dengan pendidikan atau pelajaran, hingga aturan-aturan yang saya berlakukan di rumah.
Baca juga:
Sudahkah Kita Mengenal Pengajar Anak Kita?
Misal, saya meminta Dinda mengonsumsi sayur dan buah setiap hari. Saya meminta bantuan dari guru les dan guru sekolahnya untuk menyelipkan pesan tentang pentingnya makan buah dan sayur ketika mereka berinteraksi dengan Dinda. Jadi Dinda paham, bahwa aturan yang saya berikan memang benar untuk kebaikan dia, bukan hanya ‘karangan’ saya semata, ahahaha.
Nah, ada ide yang ingin mommies pakai? Atau mommies malah punya trik sendiri?
Baca juga: