“Seringkali orangtua berhenti berusaha menumbuhkan minat baca anak, ketika anaknya sudah bisa mengeja. Padahal bisa membaca dan suka membaca itu hal yang berbeda.” – Najwa Shihab
2 Mei lalu saat Hari Pendidikan Nasional, saya sempat berbincang dengan Najwa Shihab (39) ibu dari Izzat Ibrahim (16). Saya curi-curi waktu di antara padatnya jadwal Najwa di acara Pesta Pendidikan (PeKan ) 2017. Berbagi ruang dengan awak media lainnya, saya berhasil mengorek beberapa informasi dan kiat, yang mudah-mudahan berguna seputar budaya membaca anak di Indonesia.
Dan ajang semacam Pesta Pendidikan beberapa waktu lalu, disebut Najwa sebagai ajang kolaborasi yang bisa saling berbagi contoh dan inisiatif positif menyoal literasi baca di Indonesia. “Karena semakin banyak yang berkumpul, dan melakukan hal bersama-sama tentunya hasilnya akan semakin baik. Jadi ini ajang untuk ketemu, ajang untuk saling berbagi, contoh-contoh baik, karena sebetulnya ada banyak sekali inisiatif dan contoh baik yang bisa saling ditiru dan ditularkan,” jelas Najwa.
Mommies mungkin sudah sering dengar ya, minat baca Indonesia masih rendah. Tapi apa benar seperti itu kenyataannya? Karena menurut Najwa, sebagai Duta Baca Indonesia, sekaligus penggagas Pustaka Bergerak, bukan seperti itu fakta yang ditemukan dilapangan. Justru lewat duta-duta Pustaka Bergerak yang dengan berbagai profesi, anak-anak di berbagai pelosok negeri, antusias menyambut abang tukang cendol, tukang bemo bahkan tukang kuda menyambangi kampung mereka dengan puluhan, dan ratusan judul buku.
"Karena contoh di lapangan, ketika buku itu ada, anak-anak akan antusias. Daripada terus mengutuk kegelapan, lebih baik kita melakukan satu hal yang sudah pasti, yaitu buku berkualitas harus lebih banyak menjangkau. Dan inilah yang sekarang sedang kami kerjakan di Pustaka Bergerak, dengan begitu, sedikit demi sedikit tingkat literasi Indonesia, yang disetiap survei cenderung buruk. Itu akan semakin naik, karena daripada kita terus menerus melihat angka survei, tanpa melakukan apapun . minimal yang bisa kita lakukan sekarang, bagaimana, buku-buku berkualitas bisa sampai ke tangan anak-anak," terang Najwa memberikan contoh, kalau setiap dari kita bisa banget, lho, ikut berpartisipasi menumbuhkan minat baca anak-anak Indonesia.
Ada hal lain yang menarik dari obrolan singkat dengan beberapa awak media waktu itu, khususnya tentang menumbuhkan minat membaca pada anak. Terlebih, generasi millenial, kini rasanya mustahil berpisah dengan gadget. Disinggung tentang hal ini, Najwa mengakui tantangan menghadapi generasi millenial memang berbeda. Mereka lebih banyak membaca lewat tab, handphone dan perangkat elektronik lainnya. Nggak seperti zaman kita-kita, nih, mommies yang masih menyukai aroma khas kertas buku.
“Khusus untuk generasi millenial, sekarang pendekatannya mensosialisasikan Perpustakaan Online. Seperti yang dibuat oleh Perpustakaan Nasional, ada perpustakaan digital yang di dalamnya terdapat 170 ribuan buku. Kita bisa akses secara gratis kapanpun dimanapun, dengan menggunakan HP, komputer, tablet dan lain-lain. Dan itu dibuat oleh perpustakaan Nasional dengan cara, semacam social media. Jadi setelah baca, kita bisa komentar dan share buku, update status dan lain-lain,” terang Najwa seputar proyek yang sedang ia rintis bersama Perpustakaan Nasional.
Poin penting lainnya, yang saya garis bawahi, Najwa bilang harus kreatif merancang sesuatu yang berpotensi digemari. “Minimal dilihat oleh generasi millenial yang tentunya punya selera yang berbeda. Sekarang kami melakukan dua strategi, generasi yang terbiasa dengan tablet dan online, tidak lagi alasan untuk tidak punya buku, karena gratis di genggaman tangan ada ratusan ribu buku yang bisa diakses,” tambah Najwa.
Tak hanya punya strategi dalam cakupan nasional, Najwa tak segan berbagi ilmu untuk menumbuhkan minat baca sedari dini. Najwa membaginya ke dalam dua poin penting.