banner-detik
PARENTING & KIDS

Si Kecil Berkata Kasar? Ini yang Harus Mommies Lakukan

author

?author?31 Mar 2017

Si Kecil Berkata Kasar? Ini yang Harus Mommies Lakukan

Hindari balik memarahi anak saat ia berkata kasar. Hanya akan berujung, apa yang mommies katakan selanjutnya nggak akan didengar. Terus harus bagaimana, dong?

Marah memang bentuk emosi yang wajar terjadi pada setiap manusia. Tapi bagaimana kalau anak kita marah dan berkata kasar? Balik marah kepada anak, bukan jalan keluar satu-satunya,  mommies. Yang pertama, kita harus telaah, mencari tahu sumber pengetahuan si kecil bisa mendapatkan referensi kata yang tidak sopan itu dari mana?

Baca juga: Berhenti Mengatakan “Maklum Namanya Juga Anak-anak...”

Si Kecil Berkata Kasar? Ini yang Harus Mommies Lakukan - Mommies Daily

“Pengaruh anak berkata kasar datangnya bisa dari mana-mana. Karena kan anak itu seperti sponge. Dia menyerap apapun yang dia lihat dan dengar. Jadi, memang nggak melulu dari lingkungan terdekat orangtuanya. Tapi dari lingkungan rumah, sekolah , yang berpotensi jadi sumber anak-anak belajar kata-kata kasar,” ungkap Nadya Pramesrani, M. Psi, Psikolog Keluarga dan Co-Founder of Rumah Dandelion, ditemui di sela-sela MD Lunch, akhir Maret lalu.

Baca juga: Marah si Kecil (Juga) Bisa Dikendalikan

Sejak sudah bisa bicara, Nadya mengingatkan kalau anak-anak bisa berkata kasar. Kasar di sini bukan hanya dari segi pemilihan kata-kata. Melainkan juga dari intonasi bicara mereka yang  diserap dari lingkungan terdekat. Misalnya kehadiran pihak lain di rumah, seperti pengasuh, yang berasal dari daerah yang mempunyai logat atau intonasi bicara agak tinggi.

Bagaimana jika sudah terlanjur terjadi?

Jika sudah terlanjur, si kecil bicara kasar, mommiess bisa bertanya langsung kepada anak. “Belajar dari mana omongan seperti itu? Memang kamu tau artinya?” ,lalu kita bisa jelaskan kalau artinya itu tidak baik, karena, bla, bla, bla. “Lalu kita tekankan, kalau anak mendengar kata-kata yang nggak tau artinya, sebaiknya tanya dulu ya sama mama, sebelum kamu menggunakan kata itu. Jadi anak juga terbiasa untuk melaporkan, kata-kata yang belum dia mengerti, dan menanyakan artinya kepada kita, orangtuanya,”jelas Nadya.

Baca juga: Belajar Jadi Orangtua yang Baik dan Cerdas

Ada kemungkinan si kecil, “meledak” di depan umum. Kalau sudah begini, pasti sih, ada potensi, level emosi kita juga ikutan tinggi. Tapi tunggu dulu, mommies. Nadya bilang, percuma kalau kita ikutan marah, dan berteriak di depan anak. Misalnya anak bicara “Bego, lo!”, kita tanya dulu apa sih artinya, dan dapat dari mana omongan seperti itu. SYARATNYA:

  • Jaga mimik wajah
  • Jaga intonasi bicara
  • Santai aja ngedepinnya. Karena kalau kita balik kasar, (selain kitanya yang sudah terlanjur malu) anak juga akan malu, lho. Dan omongan kita selanjutnya nggak akan didengar. “Apalagi usia TK dan SD, ketika orangtua juga menegurnya dengan cara membentak, yang sama saja dengan ngasih tau ke orang banyak, kalau anak kita, tuh, salah. Kalau sudah begitu, apa yang dibicarakan orangtua, anak juga nggak akan didengar dan lewat begitu saja. Dan akan sulit dicerna, karena di dalam diri si anak, sedang sibuk meregulasi emosi sebalnya. Make sure keep it slow, chill...aja,” kata Nadya mengingatkan.

    Baca juga: Sepuluh Hal yang Tidak Disadari Orangtua, dan Berbahaya untuk Anak

    Mencegahnya bisa dengan cara, memberlalukan aturan dari awal. “Orangtua harus melakukan penekanan terhadap value, ada hal-hal yang tidak boleh  diucapkan karena tidak sopan. Pada anak usia remaja, sudah bisa dibicarakan. Tapi kalau anak masih usia sekolah, sebelum itu menjadi habit hal itu sudah bisa kelihatan, kok,” tambah Nadya.

    Selain itu, mommies juga bisa melakukan edukasi support system. Tanamkan hal yang sama kepada semua orang rumah, sebaiknya menjaga, mulai dari intonasi bicara hingga pemilihan kata-kata. karena anak kecil, kan, kata Nadya hanya meniru. Mereka belum tahu, apa artinya.

    Share Article

    author

    -

    Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan