banner-detik
KINDERGARTEN

Marah si Kecil (Juga) Bisa Dikendalikan

author

?author?21 Mar 2017

Marah si Kecil (Juga) Bisa Dikendalikan

Jangan keburu nafsu bereaksi keras, saat si kecil marah. Kenali anger manajemen anak, bisa jadi solusi buat orangtua merespond dengan tepat bentuk emosi buah hati kita.

Akhir-akhir ini, adakalanya saya sempat dibuat Jordy naik darah, lantaran dia yang sudah bisa marah sama Bunda dan Ayahnya :D. Wajar kalau saya sempat kesal, dan malah kelepasan balik memarahi Jordy dan memberi hukuman. Tapi lama-lama, kok, saya jadi mikir, bukannya marah itu bentuk emosi yang wajar ya, bagi manusia?

Marah si Kecil (Juga) Bisa Dikendalikan - Mommies DailyDalam dunia psikologi, kalau kata Irma Gustiana, M.Psi, Psi, Psikolog Anak dan Keluarga, “Marah adalah suatu bentuk ungkapan perasaan. Marah dikategorikan sebagai emosi dasar, yang secara naluriah dimiliki seseorang sejak lahir. Tiap orang memiliki rasa marah yang berbeda beda, dengan intensitas kemarahan yang juga berbeda. Kemarahan juga dapat digambarkan sebagai respon alami untuk ketidaksenangan dan frustrasi.”

Di sisi lain, sebagai orangtua, saya dan mommies juga harus waspada. Karena seperti layaknya orang dewasa, anak juga bisa marah yang nggak normal atau menyimpang. Ciri-cirinya bila sudah mengganggu produktivitas sosial, sekolah, dan hubungan antar anggota keluarga. Selain itu dari segi fisik, Mbak Irma bilang marah yang tidak normal dimanifestasikan  pada tindakan agresif, berupa memukul, mendorong, berteriak dan lain-lain. “Agresi biasanya berhubungan kuat dengan kemarahan, namun kemarahan yang normal belum tentu selalu berakhir dengan perilaku agresif,” ungkap Irma.

Nah, salah satu bentuk marah yang abnormal adalah tantrum. Familiar kan dengan istilah ini, mommies? Apalagi buat si kecil yang masih usia toddler, wohooo...ada masanya tantrum jadi makanan sehari-hari kita, nggak sih? *pukpuk sesama ibu-ibu. Tapi bukan berarti dibiarkan, kan? Kasihan si kecil juga kalau terlalu lama marah atau ngambek di tempat umum, intinya jangan terlalu banyak pemakluman dan bilang "Namanya juga anak-anak..."

Tantrum disebut juga sebagai ledakan emosi. Seperti yang mommies (mungkin) sudah pernah alami, si kecil yang tantrum akan cenderung agresif terhadap diri sendiri, orang lain atau berakhir dengan merusak benda yang ada di sekitarnya. Pelik memang ya, mommies, persoalan marah pada anak ini. Sampai saya ada di titik, kita sebagai orangtua juga butuh belajar tentang anger manajemen si kecil.

Bantu si kecil untuk mengendalikan emosinya dengan menunjukkan keinginan menerima dan memberi rasa aman. “Beri anak ruang untuk meluapkan kemarahannya, dengan memerhatikan sekitar anak. Setelah tenang, peluk dan ajak anak bicara dengan menatap matanya,” jelas Irma lebih lanjut.

Berikut ini, langkah-langkah yang bisa mommies lakukan, ketika si marah:

  • Memberikan validasi terhadap perasaannya misalnya “Mama tau adek sedang marah sama kakak, ya?” Dengan demikian anak paham apa yang dialaminya adalah rasa marah.
  • Kendalikan diri, hindari bersikap reaktif atau konfrontasi dengan anak karena akan membuat anak semakin marah. Hal itu juga akan memperkuat perilaku marahnya karena meniru orangtuanya.
  • Tetap berada di dekatnya, amati perilakunya. Hindari memberikan sogokan pada anak untuk diam atau tidak marah, karena akan menguatkan perilaku marahnya di masa yang akan datang
  • Edukasi pada anak, bahwa ia boleh marah tetapi syaratnya tidak menyakiti diri sendiri, menyakiti orang lain dan merusak barang
  • Ketika sudah tahu, kalau marah si kecil juga bisa dikendalikan. Bahwa marah adalah hal yang normal, maka kata Irma, anak sedang belajar proses menerima dirinya. Lalu jika mommies sudah rutin melakukan langkah-langkah di atas yang bisa melatih mereka agar tidak agresif ketika marah, artinya mereka dan mommies juga akan paham mengenai regulasi emosi.

    Manfaatnya bisa sampai mereka dewasa, lho, mommies. “Hal ini menguntungkan mereka ketika dewasa, mereka akan mudah diajak kerjasama, memiliki daya tahan kerja yang baik dan mampu mencari alternatif pemecahan masalah secara mandiri,” pungkas Mbak Irma.

    Mari belajar buat lebih sabar, mari belajar sabar untuk bantu si kecil mengendalikan amarahnya, karena marah itu manusiawi, kok :)

    Share Article

    author

    -

    Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


    COMMENTS