Lho, apa hubungannya jadi ibu tangguh dengan membalikkan ember? Berikut penjelasan Dra.Tika Bisono, Mp.Psi, Psikologi.
Perempuan mana sih, yang nggak mau jadi ibu tangguh setelah berkeluarga dan punya anak? Sejak mengetahui saya positif hamil, saya pun langsung punya cita-cita untuk bisa jadi ibu tangguh. Ibu yang punya kemampuan melindungi keluarga, bisa punya manajemen waktu yang baik, bisa jaga emosi supaya nggak gampang ngomel, yah… pokoknya mimpi-mimpi ideal seorang ibu, deh.
Baca juga : Mengubah Emosi Menjadi Tenang Dalam Waktu 3 Menit
Kenyataannya, mewujudkan itu semua susahnya minta ampun. Sudah punya anak yang mau berusia 7 tahun, saya masih jauh dari kriteria ibu tangguh. Aaaah, andai saja ada sekolah untuk mendapatkan gelar jadi ibu tangguh, pasti saya nggak ragu-ragu buat mengambil pendidikan tersebut.
Walaupun begitu, bukan berarti nggak bisa belajar, kok. Seperti yang dibilang Dra. Tika Bisono, M.Psi, Psikolog, kalau guru terbaik seorang ibu sesungguhnya adalah anaknya sendiri. Iya, saya setuju dengan pendapat psikolog yang kini jadi Duta Demam Berdarah Nasional ini.
Dan sepanjang sejarah saya jadi ibu, banyak sekali catatan-catatan penting yang masih perlu saya perbaiki untuk bisa jadi ibu yang tangguh, salah satunya berkaitan dengan kesehatan anak. Bukankah ibu yang tangguh juga seharusnya bisa jadi ‘penjaga gawang’ untuk menjaga kesehatan anaknya? Sedangkan saya sempat merasa gagal lantaran anak saya, Bumi, sempat mengalami sakit demam berdarah sampai dua kali. Bahkan yang terakhir sampai harus dirawat di ICU. Sedihnya bukan main. Rasanya, saya nggak pernah punya rasa takut sebesar itu dalam hidup. Takut kehilangan orang yang amat saya sayangi.
Baca juga : DBD: Lebih Berbahaya Pada Anak Dibanding Pada Orang Dewasa
Seperti yang dikatakan Albert Einsten, “Satu-satunya sumber pengetahuan adalah pengalaman”, dan ini sangat benar. Dengan pengalaman seperti ini saya jadi lebih belajar, bagaimana cara tepat mencegah demam berdarah. Contohnya, nih, lebih peduli dengan kebersihan. Seperti yang diungkapkan Mbak Tika Bisono, orangtua sering lupa untuk menjaga kebersihan rumah. Kebersihan yang dimaksud di sini bukan hanya persoalan sampah saja, tapi kebersihan secara menyeluruh dengan menjaga kebersihan dan kerapihan rumah.
“Kadang kan suka jorok, jorok bukan soal sampah saja, tetapi tumpukan juga. Coba dicek bagaimana kondisi gudangnya, rapih tidak? Apakah bisa dipel? Orang kan sering kali mikir kalau itu hanya gudang, tempat numpuk barang. Kalau gudangnya saja sudah bersih pasti rumahnya juga bersih,” ungkapnya.
Waktu itu, Mbak Tika juga mengingatkan agar kondisi tempat sampah harus tetap dijaga kebersihannya. Jangan mentang-mentang untuk wadah sampah, jadi kotor. Dengan begitu anak-anak pun jadi nggak perlu merasa malas dan jijik ketika harus membuang sampah. “Anak-anak kan suka nggak mau kalau disuruh buang sampah. Coba cek, bagaimana kondisi tempat sampahnya. Kalau kotor dan bau, jelas saja anak jadi nggak mau dan merasa jijik”,
Poin lain yang nggak kalah penting dalam mencegah demam berdarah adalah dengan membalikkan ember di rumah. Artinya, ember-ember yang tidak terpakai lebih baik dibalikkan sehingga tidak ada genangan air bersih yang dimanfaatkan nyamuk untuk bertelur.
“Nyamuk itu kan mahluk hidup, sebenarnya sama saja seperti manusia yang mau melahirkan di tempat yang bersih. Nyamuk juga begitu, kalau mau bertelur dia akan cari genangan air bersih. Biasanya kalau habis mencuci akan ada sisa genangan air di ember, jadi lebih baik dibalikkan saja,” jelas Mbak Tika lagi.
Lagi pula, menurut Mbak Tika, membalikkan ember ini sebenarnya kebiasaan yang bisa ditularkan pada seluruh anggota keluarga termasuk anak. Cara sederhana ini cukup efektif untuk mencegah nyamuk aedes aegypti berkembang biak. Membalikkan ember di rumah sebenarnya adalah gerakan yang diusung Baygon yang mengajak kita semua untuk ikut terlibat dengan cara mem-posting foto saat menginjak ember di rumah dengan posisi terbalik di media social dengan menggunakan tagar #BalikkanEmber. Harapannya, lewat gerakan ini kita semua bisa ikut mencegah penyebaran penyakit demam berdarah.
Baca juga : Demam Berdarah; Gejala, Penyebab dan Treatment yang Harus Dilakukan
Memang sih, langkah efektif mencegah perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti bisa dilakukan lewat berbagai cara. Misalnya lewat gerakan 3 M; yaitu menguras bak mandi minimal 1 minggu sekali, menutup tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas yang tidak terpakai yang berpotensi menjadi tempat genangan air hujan, termasuk lewat pengasapan. Tapi ternyata langkah ini memang harus didukung dengan langkah membalikkan ember karena bisa dilakukan setiap hari dan di mana saja oleh seluruh anggota keluarga.
Mbak Tika juga mengingatkan kalau di rumah memang menggunakan obat nyamuk semprot, ternyata cara menyemprotnya harus dari bawah atau area kolong tempat tidur. Dengan begitu partikel-partikelnya akan lebih efektif menguap ke atas dan membunuh nyamuk. Hal ini dikarenakan obat nyamuk lebih ringan dari udara dan akan naik ke atas. “Penyemprotan obat nyamuk ini lakukan sebelum matahari terbenam,” tegas Mbak Tika lagi.
Meskipun sekarang sudah ada vaksin untuk DBD bukan berarti kita boleh santai dan lengah, dong. Yuk, kita mulai membalikkan ember sebagai langkah nyata mencegah nyamuk aedes aegypti setiap hari!