Kapan, ya, di Indonesia memberlakukan cuti panjang melahirkan untuk para ayah? Jika hal ini terjadi, saya yakin ada ribuan ibu yang bersorak bahagia.
Saya yakin sekali kalau semua Mommies setuju saat saya bilang peran ayah dalam pengasuhan sama besar dan pentingnya seperti ibu. Dan hal ini dimulai ketika si kecil mulai lahir di dunia. Kehadiran ayah sebagai support system pertama, kalau nggak, bisa-bisa seorang ibu akan mengalami post partum depression. Tapi jangan lupa, kalau nggak siap seorang ayah pun bisa mengalami baby blues yang disebabkan beberapa hal.
Saya sendiri cukup bersyukur waktu itu nggak mengalami baby blues.Hal ini tentu saja dikarenakan dukungan orangtua dan suami. Saya masih ingat, begitu saya melahirkan, suami langsung mengambil jatah cutinya. Meskipun hanya seminggu, tapi sudah sangat membantu. Saya pun berandai-andai, bagaimana kalau para ayah juga diberikan jatah cuti yang panjang sama seperti ibu? Pasti Menyenangkan, ya!
Sayangnya, sampai saat ini hak cuti melahirkan seorang ayah masih belum maksimal. Sepengetahuan saya, rata-rata mayoritas perusahaan di Indonesia memberikan jatah cuti untuk para suami hanya tiga hari. Bahkan, Indonesia dianggap sebagai negara yang kurang ramah pada pekerja laki-laki. Di mana menurut www.citation.co.uk, posisi Indonesia berada di urutan ke-4 terburuk dalam hal paternity leave setelah Afrika Selatan, Djibouti, dan Algeria.
Sedih? Pasti!
Fakta ini jauh berbeda jika dibandingakan dengan negara maju lainnya, Swedia misalnya. Sepengetahuan saya, saat ini Swedia menawarkan salah satu cuti terpanjang, yakni 60 hari. Konon, sistem cuti Swedia disebut-sebut sebagai salah satu yang paling dermawan di dunia. Kebijakan ini dinilai dapat membuat para ayah menghabiskan waktu lebih lama dengan anak-anaknya.
Beberapa perusahaan di negara-negara maju seperti Inggris dan Belanda juga sudah memberikan cuti khusus bagi suami yang istrinya melahirkan selama 3 atau 4 bulan. Sedangkan di Kanada menerapkan aturan di mana suami dan istri bisa berbagi jatah cuti melahirkan. Jatah cuti melahirkan istri adalah 52 minggu, dan 37 minggunya bisa dibagi antara suami dan istri. Dan selama cuti, gajinya tetap dibayar, lho!
Mengingat jatah cuti para ayah rata-rata hanya tiga hari, apakah cukup bagi suami untuk membantu isterinya merawat buah hati yang baru lahir? Buat saya, sih, tidak. Setidaknya, dengan jatah cuti yang lebih banyak, saya yakin sekali akan memberikan dampak postitif yang luar biasa. Ayah punya waktu yang lebih banyak untuk merawat anak di hari-hari pertama kehidupan anaknya. Dengan begitu hubungan emosional antara keduanya akan terbentuk. Ayah punya banyak waktu untuk melakukan kegiatan yang memperkuat bonding. Ingat, bonding antara anak dan ayah itu nggak lahir dengan sendirinya karena memang perlu diusahakan.
Belum lama ini saya pun sempat bertanya pada beberapa teman yang sudah berstatus ayah, setuju nggak, sih, kalau mereka dapat jatah cuti yang panjang ketika istrinya melahirkan. Muhammad Yasin, produser di Net TV bilang, "Setuju banget, Dis. Kalau perlu 3 bulan, dengan begitu bisa lebih maksimal temenin isteri ngurus anak. Ikut begadang, tugas-tugas isteri bisa kita bantuin, pergi beli ini itu untuk kebutuhan anak, dan antar ke dokter. Gue rasa 3 bulan, cukup tuh. Memang mau ada yang memperjuangkan cuti ayah juga, ya? Aduh, senangnya!".
Senada dengan Yassin, salah satu teman saya Budi Arifianto mengakui bahwa sebenarnya para ayah juga perlu hak cuti yang lebih panjang. Meskipun pekerjaannya sebagai pengusaha yang bergerak di event organizer, ia mengatakan, "Sebagai suami, gue juga perlu memastikan kondisi isteri prima, jangan sampai kepayahan urus ini itu sendirian, apalagi nggak ada ART".
Saya jadi ingat dengan apa yang dikatakan Ely Risman, Psi, Direktur Yayasan Kita dan Buah Hati. Dalam berbagai seminarnya, ia kerap kali mengingatkan bahwa faktor ayah dalam masalah pengasuhan punya peran yang amat besar. Menghadirkan ayah dalam pola pengasuhan menjadi sangat penting bahkan sejak dini, sejak anak baru saja lahir. Sayangnya ia mengatakan kalau di Indonesia ini merupakan a fatherless country. Negara tanpa ayah.
Hal ini pun juga sudah diakui oleh para ahli lewat beragam risetnya bahwa ayah memiliki sejuta peran. Termasuk peran dalam membentuk karakter anak. Mengingat anak saya laki-laki, saya sadar ada ‘porsi’ yang memang sebaiknya diajarkan ayahnya pada Bumi. Termasuk mengajarkannya bagaimana seorang laki-laki harus memperlakukan perempuan dengan baik santun. Ayah pun punya peran yang sangat besar dalam pengasuhan anak perempuannya. Dan saya yakin sekali semua pembelajaran ini perlu dimulai sejak dini, ketika si kecil baru lahir ke dunia.
Jadi, setuju nggak kalau para ayah dapat jatah cuti yang lebih panjang saat istrinya melahirkan?