Ditulis oleh: Saskia E
Untuk para new mom yang berencana mau berubah haluan untuk bekerja dari rumah, ternyata nggak sesulit itu kok. Kenapa? Karena saya sudah mengalaminya sendiri dan saya survive :D.
Saya tidak pernah membayangkan sebelumnya kalau saya akan menjadi ibu yang bekerja dari rumah. Tapi begitu si kecil hadir di tengah-tengah kami, saya berani mengambil keputusan tersebut dengan berbagai risiko yang ada. Biasalah, kegalauan working mom yang memutuskan beralih menjadi SAHM sekaligus freelancer. Harus meninggalkan karir, daily social life, dan berbagai kegiatan yang biasa saya lakukan demi membayangkan betapa mudahnya bekerja independen di rumah sambil menjaga si kecil.
Well, di awal memang jauh dari kata mudah. Kalau biasanya saya berhadapan dengan orang dewasa yang dapat mengerti sepenuhnya apa yang saya bicarakan, sekarang sehari-hari saya berhadapan dengan bayi kecil yang sudah jelas belum bisa berkomunikasi dengan baik dan tidak memiliki jadwal rutinitas yang sesuai dengan jadwal kerja saya. Tapi setelah sekian lama sampai sekarang memiliki anak kedua, saya mulai fasih bekerja dari rumah. Dan, bahkan sudah menikmati serunya menjadi freelancer. Bagaimana saya bisa survive?
1. Buat jadwal bekerja dan latih si kecil untuk mengikutinya
Saat anak saya masih berusia 0-6 bulan, saya membuat jadwal seperti ini: bangun pukul 6 pagi, tidur jam 9 – 11 pagi, kembali tidur jam 2-4 sore. Dan, ia siap tidur malam yang panjang mulai dari jam 7.30. Saya bekerja setiap kali ia tidur siang dan saat malam saya terjaga setidaknya sampai jam 10 malam. Waktu tersebut benar-benar saya gunakan dengan sangat baik tanpa melihat socmed atau cek-cek online shopping. Tentu ada waktu di mana si kecil tidak bisa bekerja sama. Kalau sudah begini, saya merelakan waktu saya. You can’t have argument with the little boss. Bersiap lembur di hari itu atau bekerja lebih padat di hari berikutnya.
2. Perhitungkan dengan baik waktu deadline
Karena ada banyak kemungkinan yang terjadi pada si kecil, maka saya harus memenuhi beberapa waktu sebelum tanggal deadline. Itu hukumnya wajib. Apabila saya sudah berjanji deadline dengan klien pada tanggal 10 maka saya memajukan deadline pribadi di tanggal 6.
3. Lupakan menerima kerjaan yang datang mendadak
Saya suka tergiur dengan pekerjaan yang datangnya mendadak karena biasanya uangnya besar dan tantangannya seru, hahaha. Tapi kalau memang tidak ada yang bisa menjaga duo krucil, saya sadar diri untuk menolaknya. Daripada menerima, lalu hasilnya tidak maksimal. Belum lagi karena saya harus lembur, besoknya saya terlalu lelah menjaga anak, dan jadi lebih emosional. Saran saya, there is always a way to find money. Apabila faktor-faktor tidak mendukung lebih baik dengan tegas bilang tidak.
[caption id="attachment_62820" align="aligncenter" width="403"] Salah satu pekerjaan saya, DIY untuk acara pesta anak ;)[/caption]
4. Buat aktivitas anak bersamaan dengan jadwal kerja Anda
Semakin besar anak semakin sedikit waktu terjaganya, otomatis berkurang juga waktu kerja Anda. Bekerja saat anak terjaga dengan aktif tak terarah sudah dipastikan bukan ide yang baik. Pertama si anak terbengkalai, kedua kita tidak fokus. Nah, saya biasanya akan memberikan kegiatan di mana ia bisa bermain sendiri namun harus berada di dekat pengawasan saya. Apabila dibiasakan, percayalah ia tidak akan mengganggu, kok. Karena dia tahu bahwa mamanya sedang bekerja dan sekarang ini ia sedang bermain sendiri. Pilihan lain saya akan menitipkan pada orang yang saya percaya untuk mengawasinya.
5. Sesekali bawa pekerjaan Anda keluar rumah
Yup, bekerja bisa di café, perpustakaan umum, atau di taman, dan di mana saja tempat Anda merasa nyaman dan bisa menyelesaikan dengan leluasa. Saat bekerja dari luar rumah saya sering mendapat inspirasi baru, menikmati suasana lain, dan memiliki me time maksimal. Tak jarang, setelah selesai bekerja saya bisa rehat dan have fun seperti berjumpa dengan teman-teman atau window shopping. Happy mom, happy kids. Banyak cara kok membuat SAHM yang menjadi feelancer untuk tetap ‘waras.’
Walaupun masih ada plus minusnya bekerja dari rumah, so far saya sangat menikmatinya. Di usia anak-anak yang sudah beranjak besar, mereka belajar menghargai saat saya sedang bekerja. Saat saya memegang laptop mereka tahu ini waktunya mama bekerja, jadi mereka akan bermain sendiri. Saat saya tutup laptop mereka menghampiri saya dan mengajak bermain.
Walaupun mereka belum paham nilai mata uang, tapi mereka tahu bahwa uang yang mama pakai untuk belanja itu tidak datang sendiri dari langit. Karena mama bekerja, maka bisa memenuhi kebutuhan mereka. Dan yang paling penting, mereka tahu bahwa saat bekerja, saya melakukannya dengan happy, yang menyebabkan mereka tidak sabar untuk segera belajar berbagai macam profesi, sehingga saat mereka besar mereka sudah tahu mau jadi apa. Well, anak-anak semangat juga untuk bekerja merupakan salah satu keuntungan sebagai ibu bekerja (pun itu freelance) kan.
Good luck buat semua new mom! Mudah-mudahan pilihan Anda bekerja di rumah dapat menjadi tantangan baru yang membuat hidup jadi lebih semangat!