Jadikan momen Hari Kanker Sedunia yang jatuh pada tanggal 4 Februari kemarin untuk kita lebih mawas diri terhadap penyakit yang kerap menyebabkan kematian pada perempuan. Ini 3 jenis kanker yang kerap diderita perempuan.
Sampai saat ini, kanker masih menduduki peringkat atas yang menyebabkan kematian pada perempuan. Buat saya, fakta ini jelas saja menyeramkan. Tapi, apakah rasa takut saja cukup mencegah kita untuk terhindar dari penyakit kanker? Tentu saja tidak. Penting bagi kita, untuk lebih hati-hati dalam menjalankan pola hidup, termasuk melakukan pemeriksaan secara rutin.
Siapa di antara Mommies yang sudah rutin melakukan pemeriksaan? Terus terang saja, saya pun sempat maju mundur untuk melakukan skrining. Tapi, masa iya rasa takut mengalahkan keinginan saya untuk hidup sehat sampai tua? Untuk itulah akhirnya saya pun berani untuk melakukan pemeriksaan kesehatan perempuan.
Ngomongin masalah pemeriksaan untuk mendeteksi kanker, sebenarnya PR saya masih banyak sekali. Biar bagaimana pun pemeriksaan kanker idealnya dilakukan secara rutin. Sementara saya belum melakukannya. Setidaknya, saya sudah berusaha untuk mengubah pola hidup yang jauh lebih sehat.
Saya sendiri sudah beberapa kali mengikuti kelas media edukasi yang mengulas soal kanker yang banyak diderita perempuan. Ternyata, di berbagai belahan dunia banyak kaum perempuan yang harus berjuang melawan sekitar 6-7 jenis kanker. Tiga di antara penyakit kanker yang paling sering ditemui adalah kanker payudara, serviks, dan kanker rahim.
Kanker Serviks
Kanker serviks atau kanker mulut rahin sampai saat ini masih menempati posisi kedua kanker terbanyak yang diderita perempuan di seluruh dunia. Sedangkan untuk negara berkembang seperti Indonesia justru menempati posisi paling atas. Saya masih ingat sekali, saat mengikuti media diskusi yang dilangsungkan RS Pondok Indah-Puri Indah beberapa waktu lalu, dr. Andry, SpOG dari RS Puri Indah memaparkan fakta kalau kanker serviks merupakan kanker nomor dua tertinggi yang diidap di Indonesia. Menurutnnya, pertahunnya penderita bisa mencapai 15.000 orang, dan sampai menyebabkan kematian hingga 8.000 orang pertahun. Yang mengkhawatirkan, ternyata kanker serviks ini tidak bergejala. Gejala yang timbul justru baru diketahui ketika sudah memasuki stadium lebih lanjut. Oleh karena itulah, skrining lebih awal seperti papsmear perlu dilakukan. Tapi kalau mau hasilnya yang lebih akurat bisa lewat pemeriksaan LBC. Oh, ya, mengingat Human Papiloma Virus atau HPV ini penyebab terbesar terjadinya kanker serviks pada perempuan, nggak ada salahnya juga lho kalau kita vaksin HPV.
Kanker Payudara
Menurut data di organisasi kesehatan dunia (WHO), dibandingkan dengan negara tetangga kita, Malaysia, kanker payudara di Indonesia lebih banyak diderita oleh wanita usia muda dan pada tahap yang lebih lanjut. Salah satu penyebab terjadinya kanker payudara adalah faktor genetika. Walaupun begitu, bukan berarti apabila tidak ada keturunan akan bebas dari kanker payudara. Pasalnya, pola gaya hidup pun sangat memengaruhi. Pemeriksaan awal kanker payudara sebenarnya bisa kita lakukan sendiri di rumah, yaitu dengan SADARI. Menurut dr. Cahyo Novianto, M.Si.Med, SpB-Onk, ahli bedah onkologi dari RS Puri Indah kalau banyak perempuan yang enggan melakukan skrining kanker payudara lantaran takut jika ditemukan kanker pada payudara. Akibatnya, payudara pun diangkat agar sel kanker tidak menyebar ke seluruh tubuh. Padahal, kondisi sebenarnya tidak demikian. Tindakan operasi pengangkatan payudara baru akan dilakukan jika kanker payudara sudah memasuki stadium 3 atau stadium lanjut. Selain SADARI, pemeriksaan yang lebih lanjut seperti 3D Sonomamogram karena hasilnya akan jauh lebih akurat.
Kanker Rahim
Di Indonesia, kanker rahim juga menduduki peringkat terbesar yang sering dialami perempuan. Menuru artikel yang saya baca di aladokter.com, sejak tahun 20012, penyakit ini sudah menyerang sekitar 320.000 wanita. Angka yang cukup 'fantastis', ya? Menurut beragam litelatur yang sudah saya baca, hal yang meningkatkan risiko terjadinya kanker rahim adalah ketidak seimbangan hormon tubuh, terutama estrogen. Faktor risiko dari kanker rahim meliputi beberapa hal seperti obesitas dan makanan tinggi lemak, sindrom ovarium polikistik, usia, diabetes atau adanya asus hiperplasia endometrium, penebalan dinding rahim. Untuk itu, perempuan yang sudah menopause tapi tetap mengalami pendarahan atau perempuan yang belum menopause tapi terjadi pendarahan di luar siklus menstruasi sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Jadi, masih mau menunda untuk melakukan skrining? Jika skrining penyakit kanker dilakukan sedini mungkin, dan kanker terdeteksi lebih awal, maka pengobatan akan lebih mudah dilakukan. Dan tentunya biaya yang dikeluarkan pun nggak terlalu banyak. Benar kan?