Dua kali melahirkan dengan cara sesar bukan berarti saya ‘aman’ lho dari rasa sakit saat menjalani proses persalinan. Sakit mah teteeeeuuuup ada.
Saat hamil anak pertama, niat mulia saya adalah melahirkan secara normal. Segala macam cara saya lakonin. Mulai dari senam hamil, rutin jalan kaki di pagi hari, berenang, naik turun tangga saat berada di kantor (anyway ini bukan pilihan sih, karena waktu itu kantor saya memang nggak ada lift :D) sampai... eeehhhmmmm....... rutin bercinta menjelang hari H ..... yeaaaaaay #Eh.
Tapi, ketika niat berhadapan dengan kenyataan....... bubar jalan segala teori yang saya dapat di kelas senam hamil. Yang ada, saya cuma pingin buruan ngeden melampiaskan rasa mulas dan segera melahirkan. Belum lagi saat area vagina bolak-balik dimasukin jari sama perawat untuk ngecek sudah bukaan berapa..... rasanya kok ya harga diri saya jatuh ke titik nadir *__*.
Singkat cerita, lamanya saya menahan rasa sakit menunggu pembukaan mungkin nggak sedahsyat teman-teman saya yang sampai berhari-hari. Saya? Hanya bertahan 1 ½ hari sebelum akhirnya saya minta untuk disesar. Itu pun saya nggak berminat mencoba berbagai minuman atau makanan yang konon kabarnya bisa mempercepat pembukaan. Makanya penting mencari tahu mitos dan fakta tentang proses persalinan.
*Gambar dari sini
Tapi selama 1.5 hari itu, setidaknya ada beberapa hal yang saya lakukan untuk mengurangi rasa sakit yang WOW itu. Sisanya, saya bertanya sama teman-teman saya para pejuang hebat yang sanggup melahirkan normal.
1. Minta suami untuk stand by di samping tempat tidur. Jadi setiap kali rasa sakit datang, saya akan cubit manis suami saya. Memang nggak terus menghilangkan rasa sakit sih, tapi minimal ada orang lain yang ikut ‘menderita’ seperti saya, hahaha.
2. Mengingat-ingat kalau sebentar lagi bakalan ada bayi mungil lahir dan keluar dari rahim saya. Mencoba membayangkan wajah anak saya, cukup membuat saya setroooong menahan sakit.
3. Try hot or cold water. Ingat dong zaman kita kecil kalau demam dikompres pakai washlap isi es batu? Saudara saya melakukan hal ini tapi dengan sedikit modifkasi. Jadi suaminya menyiapkan dua washlap, yang satu berisi es batu dan yang satu direndam air hangat. Kemudian dua washlap itu ganti-gantian dibalurkan ke punggungnya. Rasanya enak, demikian testimoninya.
4. PeDe aja! Katanya, kalau kita pede bisa melahirkan normal dan merasa sanggup melawan rasa sakit, secara otomatis kemampuan tubuh menahan rasa sakit juga bertambah.
No Drama, berteman dengan air dan bantal serta trust your body adalah hal penting berikutnya yang bisa Anda coba.
5. Tidur miring sambil menjepit bantal di antara paha. Saya mempraktikkan ini dan lumayan sih memang. Rasa sakitnya jadi berkurang walaupun hanya sebentar.
6. Jangan drama! Drama yang saya maksud di sini adalah sibuk menangis, merintih, berteriak seolah-olah hanya kita yang paling menderita di ruang itu. Semakin drama kita, semakin banyak energi yang terbuang. Yang ada, saat proses melahirkan terjadi kita sudah keburu lelah.
*Gambar dari sini
7. Mandi air hangat. Teman saya ada yang melakukan ini. Sambil menunggu pembukaan, sambil nahan sakit, dia memilih untuk mandi air hangat sambil duduk. Katanya, dia merasa otot-otot di pundak jadi lebih rileks dan dia jadi kembali santai, nggak lagi tegang.
8. Trust your body, trust your self. At the end sih ini yang penting untuk kita lakukan. Kita yang paling paham diri kita. Kita yang paling mengerti sebatas mana kita kuat bertahan. Kalau memang kuat ya teruskan, kalau tidak kuat ya cari option Minta suntikan epidural mungkin? Toch, menjadi ibu yang baik itu tidak bergantung dari proses melahirkan yang mana yang Anda pilih, kok. Jadi santai saja.