Selalu marah mendengar terjadinya kekerasan seksual pada anak-anak, tapi kita sendiri masih enggan memberikan edukasi seks pada anak. Lah, bagaimana???
Tiga hari lalu, seorang teman memposting materi dari buku pelajaran anaknya yang baru kelas 5 SD. Menurut teman saya , materi yang kebetulan sedang membahas mengenai pubertas itu terasa sangat vulgar baik kalimat maupun pemilihan kata-katanya. Dan, disambut dengan rentetan komentar teman-temannya di path yang mengamini keluhan teman saya itu.
Seperti biasa, sebelum nyaut, sini menyimak dulu dong ya, dan membaca kalimat demi kalimat yang ada di dalam halaman itu. Dan, buat saya, nggak ada yang aneh, nggak ada yang vulgar dan nggak ada yang jorok. Isinya tentang penjelasan perubahan fisik yang dialami oleh anak ketika pubertas. Lah di mana bagian vulgar dan joroknya?
Ini yang kadang membuat saya suka merasa aneh dan menghela napas. No wonder di Indonesia kasus kekerasan seksual terhadap anak seolah-olah terus menerus ada. Kenapa? Karena kita sebagai orangtua nggak pernah menjelaskan mengenai topik yang satu ini ke anak. Alasan yang biasanya saya dengar adalah, malu, risih, dan ngerasa ini hal jorok. Pengetahuan kok dibilang jorok. Tapi terus saat tahu kalau pihak sekolah berinisiatif memberikan pendidikan seks, malah dibilang vulgar. Maunya apa sih!
Sekarang, mendingan mana, anak tahu istilah tentang penis, vagina, sperma, menstruasi dari mulut kita sebagai orangtua mereka, yang sudah pasti nggak akan punya niatan buruk sedikit pun terhadap mereka, atau tahu-tahu anak sudah bisa bilang f**k karena mendengar dari teman-temannya? Saya sih memilih yang pertama.
Kalau kita sebagai orangtuanya aja merasa malu dan risih mengajarkan anak untuk menyebut organ vitalnya dengan nama yang benar, kemudian sibuk mencari nama pengganti seperti burung atau apalah sebutan lainnya, apa kabar dengan orang yang hanya berstatus guru bagi anak-anak? Bisa jadi mereka juga lebih nggak nyaman. Kalau kita sebagai orangtua memang benar-benar sayang sama anak-anak, ya berikan edukasi seks yang benar dan sesuai usia mereka. Jangan berharap orang lain yang melakukan. Sesusah apa sih? Nggak susah kok.
Hal pertama yang bisa kita lakukan, berhenti memberikan nama panggilan untuk organ vital anak kita. Sebut saja Penis dan Vagina.
Hal kedua, mulai ajarkan mereka bagian-bagian tubuh yang sebaiknya tidak disentuh oleh orang lain selain orangtuanya dan dokter. Itu pun jika dia ditemani oleh orangtua saat pergi ke dokter.
Hal ketiga, banyak baca dan cari teman diskusi deh. Cari tahu, ilmu apa yang bisa kita bagikan ke anak kalau itu berkaitan dengan pendidikan seks. Bagaimana caranya dan kapan waktu yang tepat.
Hal keempat, bekerja sama dengan pihak sekolah atau guru juga bisa. Minta pihak sekolah menyelenggarakan seminar parenting tentang edukasi seks pada anak.
Hal terakhir, minta bantuan ke ahli dan ajukan pertanyaan sebanyak mungkin. Pergi ke Psikolog Anak dan berdiskusi selama satu jam nggak akan semahal Anda membeli branded bag baru atau smartphone terkini.
Satu lagi, jangan selalu mengaitkan kata seks dengan sesuatu yang vulgar. Mari kita sedikit memilliki pemikiran terbuka. Kalau anak sejak kecil sudah dimodali dengan pengetahuan yang benar tentang seks, setidaknya kemungkinan besar dia bisa terlindung dari kekerasan seksual. Setujuuuu ya.
Selamat Hari Tanpa Kekerasan Nasional :).