Apa saja ya yang seharusnya diperhatikan saat memilih sistem belajar anak? Supaya si kecil dan Anda tidak merasa terintimidasi – dan yang paling penting si kecil merasa senang menjalaninya.
Gambar dari sini
Nggak mau dong ya, sebagai orangtua kita malah merasa tidak nyaman dengan sistem belajar si kecil. Karena secara tidak langsung akan berdampak juga terhadap psikologi anak – kalaupun sudah terlanjur terjadi, Mommies bisa melakukan beberapa hal dalam artikel ketika orangtua merasa terintimidasi sistem belajar masa kini, yang saya tulis beberapa saat lalu. Tahap selanjutnya yang tidak kalah penting adalah memotivasi semangat belajar si kecil supaya tangguh menjalani aktvitas belajar mengajarnya – baik di sekolah maupun di tempat kursusnya.
Ketika dua tahapan tersebut sudah Mommies lewati, selanjutnya menurut psikolog anak Maharani Ardi Putri Msi, Psi, saatnya Anda mengenali dengan saksama memilih sistem belajar anak. Karena 5 langkah berikut ini akan berdampak panjang bagi kegiatan akademis maupun tumbuh kembangnya kelak.
Hal pertama yang dapat Anda praktikkan adalah sesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Caranya cari tahu di buku psikologi perkembangan anak, atau bertanya langsung pada psikolog, psikiater dan dokter anak.
Carilah sistem yang berorientasi pada kebutuhan anak, pelajari kurikulumnya, jangan malu bertanya pada staf di sekolah atau tempat kursus. Tanya sedetail mungkin – mulai dari tujuan pembelajaran mereka, program dan cara mengajar para pendidik. Bahkan Anda juga berhak mendapatkan informasi mengenai latar belakang para guru di tempat si kecil sekolah atau mengambil kursus.
Hindari memaksakan anak masuk ke jenjang pendidikan tertentu, padahal belum waktunya. Misalnya anak 5 tahun yang dipaksa masuk SD, karena secara emosi ia belum matang. Lain jika sudah 6 tahun, sudah mendekati tingkat kematangan yang dibutuhkan. Itulah sebabnya pemerintah mencanangkan usia 7 tahun untuk masuk SD.
Diskusikan dengan pasangan mengenai sistem belajar yang akan dipilih, tujuannya Anda dan pasangan memiliki pemahaman dan harapan yang sama. Hal ini untuk menghindari anak bingung karena antara Anda dan pasangan berbeda pandangan dan harapan.
Tanamkan dalam pikiran Anda, yang terpenting adalah anak yang sehat pikiran maupun emosi. Cerdas pikiran belum menjamin anak-anak untuk dapat menghadapi tantangan hidup. Justru anak-anak yang mampu mengelola emosinya, memahami tanggung jawabnya dan belajar menyelesaikan masalahnya sendiri biasanya lebih sanggup bertahan terhadap tantangan. Menurut Putri kemampuan inilah yang perlu Mommies bangun sedari awal.
Semoga anak-anak kita berada dalam sistem belajar yang nyaman, ya Mommies. Supaya si kecil happy, Anda pun tenang “mengirim”mereka ke lembaga pendidikan yang menjadi pilihan Anda dan pasangan.