Resistensi mikroba termasuk antibiotik sudah menjadi ancaman serius bagi dunia kesehatan. Semua pihak perlu berupaya mengendalikannya, termasuk kita sebagai ibu.
Pernah nggak mommies membatin kalau sekarang kayaknya penyakit membutuhkan waktu lebih lama untuk disembuhkan. Atau, berpikir, kalau dulu batuk pilek bisa sembuh dengan sendirinya, sekarang, nggak jarang batpil pun butuh antibiotik. Nggak salah kok kalau mommies berpikir demikian, karena memang beberapa hal di atas merupakan salah satu tanda bahwa semakin banyak bakteri yang kebal terhadap antibiotik.
Gambar dari sini
Resistensi mikroba termasuk antibiotik menyebabkan penurunan kemampuan antibiotik dalam mengobati infeksi dan penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan. Akibatnya pengobatan menjadi lebih sulit dan membutuhkan biaya yang tentunya lebih besar.
Jadi, sekarang sudah saatnya kita (para mommies) juga berperan aktif dalam mengendalikan resistensi antibiotik. (terdengar sangat serius? Yep! Memang ini masalah yang super serius Mommies :D). Ada cara sederhana kok yang bisa kita lakukan yaitu dengan menjadi pasien cerdas, artinya tidak pasrah jika dokter memberikan bermacam-macam obat.
Penting loh Mommies kritis bertanya, dan menggunakan antibiotik dengan bijak demi keselamatan diri sendiri maupun keluarga. Seperti yang disinggung oleh Purnamawati Sujud, Sp.A(K), MMPed dari Yayasan Orangtua Peduli (YOP), dalam seminar yang berjudul Cegah Resistensi Antibiotik Demi Selamatkan Manusia
Ada lima informasi dasar yang dapat Anda tanyakan ke dokter sebagai bagian dari hak Mommies sebagai pasien:
Apa saja kandungan aktifnya, cara bekerjanya seperti apa?
Untuk menangani infeksi apa?
Bagaimana dosis tepat dalam mengonsumsinya?
Apa risiko efek samping? Ingat Mommies, tidak ada satupun obat yang tidak memiliki efek samping.
Adakah pertentangan pemberian antibiotik bersamaan pemberian obat lainnya?
Selain itu, dr. Hari Paraton, Sp.OG (K) Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) juga mengingatkan sebagai ibu kita harus belajar tentang antibiotik. “Jangan memaksa dokter untuk memberikan antibiotik kepada anak. Dan jangan panik jika menghadapi anak yang sakit, lebih baik dicek darah daripada langsung memberi antibiotik. Cek apa si kecil infeksi bakteri, tandanya mudah, lekositnya normal pasti itu virus, kalau lekositnya tinggi itu tandanya si kecil sudah terserang bakteri. Jika situasinya sudah seperti ini bisa diberikan antibiotik,” jelas dr. Hari.
Masih di kesempatan yang sama, dr Hari menambahkan bahwa masyarakat juga bisa berperan mencegah resistensi antibiotik dengan:
Hal lain yang juga penting menurut saya adalah mencegah daripada mengobati, usahakan rajin mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun. Jangan lupakan juga menjaga pola hidup sehat – makan makanan sehat dan olahraga teratur :)